Perkara acara berapa kali setahun, oh atau lebih tepatnya berapa tahun dalam sekali itu terencana sampai akhirnya terealisasi, di singgasana kediaman Imam dan keluarga. Pertemuan antara beberapa rekan sejawat yang sama sama telah melewati masa sulit sampai senang sekarang berkumpul dalam hiruk pikuk membangun usaha kehangatan, obrolan dan candaan pun menguar. Sebenarnya bisa dibilang mereka itu teman dari kecil yang kemudian tumbuh besar bersama dalam satu lingkup tapi juga latar yang berbeda. Sampai akhirnya ketika besar sudah, masing masing lalu membawa pasangannya. Ada yang sudah menikah dan punya anak seperti tuan rumah, ada juga yang memutuskan untuk hanya hidup berdua sampai tua tanpa embel embel bayi dalam kandungan, ada juga yang, ya lagi lagi jatuh pada pusaran kesendirian. Bermarga, dan status belakang duda, perkara perceraian sudah dari lama didepan mata.
Imam itu cinta sekali sama istrinya, pun teman sepermainannya seperti Indra, Gunawan, Bagus, pun Hanin tau betul dia sebegitu sayang dan rapuh apabila tanpa keluarga. Harusnya sih seperti itu. Namun mungkin satu rahasia yang cuma dipegang oleh Bagus dan tidak diketahui semuanya, kalau Imam itu ahlinya berdusta.
Dia akan datang pada Hanin, suaminya, bermanja seakan pria paling rapuh sedunia, lalu detik setelahnya ego nya berubah jadi hewan bringas tak karuan hanya karena tergoda. Dalam kungkungan tanpa ampun, lagi lagi dia jatuh pada dosa, menyetubuhi pasangan sahabatnya sendiri.
Satu hal yang diketahui Bagus tapi mungkin tak diketahui Hanin, istri Imam tercinta, atau pula, Indra sahabat mereka tersayang. Kalau, Imam itu sempat menjadi kisah masa lalu Jesika, orang yang sudah mengikat janji dari lama dengan Indra.
Main belakang mereka seada adanya.
Katakanlah nafsu dan dosa memang menggiring pemikiran Imam untuk ikut turut menjemput syahwat dibandingkan tanggung jawab.
Lalu, satu lagi dosa dijemput, dari insan yang berbeda.
Anak yang digadang gadang oleh kedua orangtuanya, sahabat Bagus sendiri, yang selalu ditimang timang sayang, dijaga mampus bukan kepalang. Sampai untuk keluar rumah saja harus lapor 24 jam. Maya, buah hati Imam dan Hanin itu, jauh dari kata polos seperti yang orangtuanya bayangkan.
Lagipula apa yang diharapkan dari anak umur 20 yang harusnya sudah terhitung 21 tahun ini, apa? Tetap bersuka ria dalam indahnya senang senang, dan tak memikirkan dosa perkara bercinta sampai tengah malam? Oh ayolah, anak SMA yang baru menetas, mencoba pakaian putih abu abu kemarin sore saja banyak kok yang sudah coblos sana sini dan pamer seakan dia memang si budak seks dan rajanya keperkasaan. Bukan satu hal tabu yang harus disembunyikan, ya walaupun, bagaimana juga tetap dosa yang mereka ciptakan.
Pada faktanya, Maya menjemput kesenangannya sendiri.
Menjemput maksud sebenarnya dari kata dewasa versi dia sendiri. Dengan menempatkan benda kecil bergetar itu pada gelambir belahan memeknya dalam-dalam, lalu diaktifkan, mendesah dia tak karuan. Menjepit seada-adanya Maya saat vibrator itu bergetar ketika dimasukkan, menyentuh dinding vagina nya yang masih kering kerontang. Merinding dia, tubuhnya bergetar. Lalu perasaan excited itu semakin membuatnya pusing, membayangkan nantinya geli yang dirasakannya sekarang akan jauh berbeda, dalam bentuk yang berbeda, dalam bentuk yang lebih besar padat dan panjang. Memikirkannya saja dia sudah hampir pingsan.
Sebenarnya, semuanya terjadi begitu saja. Begitu saja dia tiba-tiba mengenal Bagus, yang sering diminta tolongi oleh papa nya sendiri, untuk menjemput atau mengantarnya ketika butuh. Atau juga karena tatapan yang berkali-kali dia bubuhkan pada Bagus, entah sebagai isyarat, tiap kali pria dewasa yang dia tau sebagai teman ayahnya itu singgah dan bercengkrama di rumah megah tempat Maya menetap. Maya tau intensi Bagus, oh, dia memanggilnya om Bagus, itu datang sama sekali bukan karena ingin melihatnya. Lagi pula siapa dia? Mahasiswa yang pontang panting, mempercayai dirinya sudah dewasa tapi faktanya maminya masih terus menyusuinya.
Lalu ego nya mulai mengambil alih. Ingin terlihat, mulai ingin terlihat dimata om Bagus, laki-laki yang entah kenapa membuat darahnya berdesir hebat tiap dia menatap, dan memeknya lumer hebat tiap dia singgah menetap.
Lalu di bawah meja makan berlindung kan jaket panjang, Bagus mulai permainan mereka.
Tujuan utama mereka adalah mengadakan panggang memanggang di halaman belakang. Maya si anak dari pemilik rumah tentu dimintai turun untuk ikut serta, hanya sebagai formalitas belaka, agar sopan dan menghargai katanya. Lalu bak serigala yang mengendap ngendap, Bagus diam namun pasti mengambil tempat. Tepat disebelah Maya dia duduk. Menatap, meminum gelas ditangan seakan hal biasa dan tidak terjadi apa apa.
Padahal Maya disebelahnya bergetar hebat sudah, saat tangan kanan Bagus masuk menyentuh perut ratanya, lalu turun perlahan sampai kebawah, sampai ke buntelan tembam padat yang hampir becek sudah oleh cairan vagina Maya sebab vibrator didalam mengaduk aduk liangnya berantakan sampai lumer ke luar berceceran.
Lemas bukan main Maya, menahan matanya agar tetap normal, terbuka tertutup, merem melek dia menerima tiap stimulasi sentuhan jari Bagus yang mengelus labianya halus pelan namun pasti, ditekan, diputar-putar, dicubit, sampai rasanya Maya ingin mengaduh-aduh kalau saja mereka tidak ramai seperti sekarang. Bagus tau kelemahannya, sangat tau, atau lebih tepatnya mungkin, untuk anak seumurannya hal segini sudah biasa. Dan bukan sesuatu yang baru lagi untuk Bagus nya?
Tak tau Maya, karena di otaknya sekarang kosong melompong tolol dia, dengan mulut terbuka dan masih dengan paha yang usaha mengapit jari Bagus yang masuk.
Dia sengaja meninggalkan celana dalamnya, agar leluasa Bagus dapat mengaduk liangnya. Senyum remeh dia dapati, melihat Bagus yang menatap kearahnya seakan menghardik dia lacur paling tolol sedunia, minta di entot sampai mampus sampai kenyang perutnya hamil diisi benih sperma.
Jari manis nampaknya belum cukup adanya, karena sekarang jari telunjuk Bagus pun minta menerobos masuk, lebih dalam, lebih lagi dia hentakan kali ini dengan keras tanpa perasaan, dia keluarkan sampai ujung kuku terlihat lalu dimasukkan sampai ritme yang dirasa semakin memabukkan.
Maya hanya bisa memejamkan matanya, menahan muka merah, karena benda kecil bergetar hebat itu juga masih disana, masih hancur mengaduk tiap sudut vagina nya. Aduh-aduh dia dalam kepala menyusun skenario, haruskah mereka bersetubuh disini saja, dilihat kedua orangtuanya pun semua sahabat Bagus lainnya. Membayangkannya membuat memeknya berkedut, makin mengapit jari Bagus lebih erat, sampai terdengar geraman halus rendah Bagus keluar.
"Hmmphh hh.."
Desah Maya lolos pelan, tapi tentu telinga Bagus masih mendengarnya jelas.
Maya dan memeknya yang sudah basah kuyup, cairan kelaminnya pun menetes sampai keluar celananya. Dititik ini rasanya dia ingin pipis. Ingin memuntahkan semuanya lalu menduduki Bagus langsung, menggesekkan itilnya tepat pada kepala kontol Bagus yang besar, memasukkannya dengan hebat sampai dia terlonjak lonjak berantakan, mengucap "AHHH ahhhh..!" terus dia lolongkan. Mau, rasanya Maya mau. Tapi logika dia pegang kuat. Tak mungkin dia harus bertelanjang disini dilihati oleh mami yang selalu melarangnya, saat anaknya dirojok bukan main, dimasuki dan disetubuhi seperti hewan yang minta hamil pada tiap titik sudut rumah ini. Tak mungkin Maya membiarkan hal itu terjadi.
Lalu dia mengempit jari Bagus semakin keras, tangannya membawa Bagus untuk masuk lebih dalam, lebih mengobok-obok memeknya, sampai suara cairan memeknya terdengar nyaring memalukan. Maya bisa dengar, lalu sengaja dia tutupi dengan grasak-grusuk piring bergesekan.
Tepat saat Maya ingin menjemput putihnya, Bagus lepaskan jari itu dari lubang Maya. Gila rasanya Maya saat lubangnya langsung terasa kosong hampa minta diisi, belum lagi cairan yang lumer keluar tapi tak semua bisa di semburkan. Dia tatap nyalang mata Bagus yang hanya dibalas senyum meremehkan.
"Hold it." Bentuk bibir Bagus berucap.
Bagus beranjak lebih dulu dari tempat duduknya, mengatakan "sebentar," pada yang lain dan pergi asal meninggalkan Maya yang kewalahan berharap oragasme tadinya akan dia jemput.
Ingin marah pun mengumpat tapi Maya malah menarik isyarat. Saat dilihat Bagus mengedipkan mata kepadanya, pertanda nantinya dia harus mengikuti Bagus dan beranjak dari sana.
----------------------------------------------------------------------------------
Cerita ini ada dua bagian, untuk bagian kedua tidak akan ditampilkan spoiler. Silahkan akses cerita lengkapnya di:
1. Part 1 (14 halaman): trakteer.id/cariapadah atau karyakarsa.com/cariapadah
2. Part 2 (15 halaman): trakteer.id/cariapadah atau karyakarsa.com/cariapadah
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT ADULT STORY 21++
Short StoryCerita Maya dan kehidupan dewasanya. Alur maju mundur, setiap cerita tidak saling berkaitan.M