Ponakan Brondong

500 0 0
                                    

CW // vaginal sex, oral sex, rough sex, nipple play, vaginal fingering, firs time blowjobs, older woman/younger man

Wina masih sibuk menata dan menyiapkan koper serta tas yang berisikan segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh Fahri selama ia tinggal dan titipkan ke rumah adiknya. Padahal hanya lima hari saja tapi persiapan yang dilakukan oleh Wina seperti selayaknya akan meninggalkan sang anak untuk kurun waktu berbulan-bulan.

Fahri memakai celana pendek selutut, hoodie biru tua dengan kupluk yang ia pasang menutupi rambut hitam legam dengan tatanan rapi, tentu saja karena yang menata rambutnya adalah sang ibu tercinta. Kemudian tas punggung hitam juga menempel di punggung, cukup berat sebab selain laptop dan tablet, di sana juga terdapat beberapa buku dengan ukuran yang cukup lumayan tebal. Sudah sampai di sebuah apartemen, berada di kawasan apartemen elit sebab dari jendela Fahri bisa melihat dengan jelas panorama panjang serta luasnya kota metropolitan.

Time skip

Pagi itu adalah pagi ketiga Fahri berada di rumah ini. Semalam Maya tidak pulang, atau mungkin sudah pulang tapi Fahri tidak tahu karena sudah ketiduran. Dan seperti biasa, penampilan Maya adalah celana dalam dengan atasan berupa kaos ketat kecil, sangat kecil sekali sampai pusarnya terlihat sekaligus putingnya tercetak dari balik baju ketat tersebut.

Fahri menelan ludah pelan, ia tundukkan pandangan namun samar-samar aroma kopi yang terseduh membuat Fahri tergoda untuk melirik ke arah mesin kopi otomatis, berharapnya dia juga dibuatkan satu.

"Aku belum pesen apa-apa sih tan, nanti aja kayaknya sekalian di jalan." Jawab Fahri sambil meremat handuknya, berusaha menahan diri agar tetap fokus, tidak jelalatan untuk memandang Maya yang sedang berdiri di depan mesin kopi.

Kopinya harum sekali, pasti mahal, rasanya pun tidak usah ditanya. Tahan. Tahan diri.

"Gua masakin mau gak? Gak usah makan di luar, lu gak lagi buru-buru kan?" Maya menawari.

Fahri berkedip pelan. "Gak, gak kok tan. Masih entar jam sepuluh berangkatnya soalnya hari ini cuma classmeeting. Jadi lagi gak buru-buru." Fahri berbinar, tidak sengaja lepas kendali dan berakhir menaruh mata kepada Maya -badannya. Seketika ludah berkumpul di dalam mulut dan sulit untuk menelannya.

Ya Tuhan, astaga, bagaimana ini.

Dada Maya besar, montok sekali. Terlihat bulat di balik pakaiannya yang kelewat ketat, dan saat Fahri menunduk ke bawah...kakinya jenjang, celana dalam itu tipis sekali, bahkan nyaris transparan membuat Fahri sampai bisa melihat lipatan labia yang tercetak di baliknya. Tidak berkedip, napas tertahan begitupun liur yang hendak ia telan malah mandek begitu saja.

Fahri belum pernah melihat tubuh seseorang, apalagi wanita secara nyata dalam jarak yang dekat —dekat sekali seperti sekarang ini. Rasanya juga masih tidak percaya, sungguhkah ini nyata? Ya, memang nyata, lagipula dada itu juga sangat bulat dan tebal sekali, bagaimana bisa itu ia sebut sebagai tidak nyata.

"Kenapa liatin terus?" Maya memergokinya, yang tengah dilihat oleh Fahri, yaitu bagian selangkangan bergantian dengan bagian dada miliknya, dilihat terus sambil tanpa berkedip sama sekali. Maya tidak tersinggung, sebaliknya malah ia anggap lucu tingkah bocah itu.

Karena ketahuan, Fahri buru-buru sekali berpaling muka dan sadar untuk segera menelan ludahnya cepat-cepat atau nanti itu akan menetes dan dia akan berakhir dengan memermalukan dirinya sendiri di hadapan Maya.

"A-anu itu tante ak-aku gak ada-"

"Kenapa liatin tetek tante terus, um?" Maya tersenyum tipis. Ketika Fahri sudah berusaha untuk mengalihkan topik di sini ada Maya yang malah kedapatan senang sekali untuk terus membahas masalah tersebut. "Suka, ya kamu?" Maya datang mendekat, sambil membawa cangkir berisikan kopi hitam dengan aroma yang pekat.

"Ga-gak! Gak kok tante! Tadi Fahri gak sengaja ngelamun-aduh! Maaf tante, pokoknya tadi Fahri gak sengaja, gak ada maksud gitu juga tante! Maafin, ya! Adu-tan?!!" Fahri memekik pelan, suara mencicit; terdengar ciut sekali seperti tikus yang terjepit. Maya ada di depan matanya, jarak mereka sangat dekat sampai masing-masing ujung kaki mereka saling bertemu, bertabrakan, dan saat ia menunduk maka dua gundukan besar yang sejak tadi telah ia perhatikan, kini terlihat dari jarak yang sangat dekat, lebih lagi kaos milik Maya memiliki jenis kerah yang lebar dan sedikit turun ke bawah, menjadikan Fahri dapat melihat gundukan itu menyembul, lipatannya pun nampak jelas sekali. Kali ini menelan ludah sungguh benar-benar sulit, Fahri bahkan yakin bahwa dia akan berakhir ngiler sungguhan jika posisi ini terus dibiarkan.

"Emang uda pernah nyoba? Berani banget uda bilang gak suka duluan." Awalnya Maya memasang wajah seperti tanpa ekspresi, tapi saat ini kondisi sudah berubah. Maya mendongak, memberikan senyuman miring sambil menyuguhkan cangkir kopi di depan bibir merahnya sendiri. Asap mengepul di antara mereka, aroma pahit kopi pun segera menyeruak, menari-nari di sekitar tubuh mereka yang saling menyatu.

"Ya-ya gak gitu tan! Maksud aku-tante?!" Fahri menarik tangannya buru-buru, gerakannya cepat sekali karena baru saja Maya mengarahkan tangan miliknya supaya berada di atas gundukan payudara yang bulat itu. Fahri menjadi semakin gugup, bagaimana bisa tantenya akan semudah itu membiarkan tubuhnya dijamah oleh orang lain, terlebih oleh keponakannya sendiri.

"Kaget banget kamu, kayak gak pernah pegang tetek cewek aja." Maya berkata, santai sekali sambil menyesap kopinya pelan-pelan dan mata tidak lupa untuk memberi lirikan kepada Fahri.

Fahri diam saja, tidak bisa keluar reaksi sama sekali karena yang dikatakan oleh Maya itu memang benar. Dia tidak pernah menyentuh dada wanita. Bagaimana pengalaman itu bisa ia dapatkan jika kenyataannya selama ini sang ibu sangatlah protektif terhadap dirinya. Keluar rumah jika bukan masalah sekolah maka tidak diizinkan, main dengan teman saja jarang bahkan dia nyaris tidak punya teman karena ibunya yang terlalu sering memberi batasan.

Jadi boro-boro! Yang sesederhana punya teman saja tidak dapat ia miliki kesempatan itu, apalagi yang sangat luar biasa mengenai masalah pegang payudara! Payah!

"Diem lagi? Jangan bilang kamu juga belum pernah pegang dada cewek?" Maya menaikkan satu alisnya. Kopinya sudah berkurang sedikit, ia sodorkan kepada Fahri barangkali Fahri akan tergoda atau bahkan diam-diam sudah memendam hasrat ingin mencicipinya; kopinya yang menyimpan rasa pahit namun menyegarkan.

"Tante, maaf aku mau ke kamar aja, tante juga tadi katanya mau makan kan?" Fahri beringsut mundur sambil berusaha mengalihkan topik, tapi usaha mundurnya gagal sebab punggung telah bertemu permukaan pintu kamar mandi.

"Kenapa sih, Fahri? Kayaknya gugup banget. Gak usah gugup kalau sama tante. Yang santai aja. Mau?" Maya menawari kopinya, tidak menyerah ketika Fahri terus berusaha menghindar, itulah yang membuatnya semakin bersemangat. Fahri lucu sekali, upayanya untuk menghindar itu benar-benar membuatnya terlihat sangat lucu, apalagi ditambah dengan ekspresi wajah gugup, ketakutan.

"Gak dulu tan, Fahri mau ke kamar aja-ahhnn!" Fahri menahan desahan, secara tiba-tiba, dia pun terkejut dengan ulahnya ini sampai-sampai ia rapatkan mulut, membungkamnya agar diam.

Tapi Fahri ada alasannya sendiri mengapa ia bisa sampai keluar desahan seperti itu! Ini adalah salah Maya, iya Fahri akan terang-terangan menyalahkan tantenya yang rupanya sangat nakal itu!

Bisa-bisanya dada sebesar itu ditekankan kuat ke arah dada bagian bawah miliknya, apalagi pakai digesek-gesekkan segala, dan masalah terbesarnya juga adalah yang saling bergesekkan itu bukan hanya tubuh bagian atas mereka, melainkan sesuatu yang ada di bawah sana juga ikut saling bergesek. Penisnya bergesek di sekitar area perut milik Maya, mungkin pada bagian pusar milik wanita dewasa tersebut.

Fahri kewalahan untuk menahan diri jika begini. Mulut sudah ia bungkam rapat tapi akan percuma jika tubuhnya ini tidaklah dapat berdusta sama sekali, dan lantas memberi reaksi yang sangat alamiah yaitu ereksi. Tegang. Masih setengah tegang. Tapi tetap saja itu sudah keras dan Fahri yakin bahwa Maya pasti sudah menyadarinya.

"Ngaceng? Gesek dikit doang uda ngaceng?"

-------------------------------------------------------------------------------

Akses cerita lengkap:

1. https://trakteer.id/cariapadah/showcase/ponakan-brondong-fNNkB (20 Halaman; akses 30 hari)

2. https://karyakarsa.com/cariapadah/ponakan-brondong (35 halaman; akses seumur hidup)

Khusus pembelian di karya karsa ada voucher yang bisa dipakai untuk 20 orang pertama. 

KODE VOUCHER: Ponakan15

ONE SHOOT ADULT STORY 21++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang