Suasana kampus hari ini cukup sepi. Entahlah, perasaanku saja atau memang penghuninya tak banyak yang datang. Aku melangkah menuju lift untuk naik ke lantai lima. Hari ini, aku ada bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing.
Setelah pintu lift terbuka, aku melangkah masuk. Memencet tombol angka lima, lalu menutupnya. Namun, sebelum aku memencet tombol tutup pintu, seorang laki-laki lari dengan terburu-buru menuju lift.
“Tunggu!”
Setelah ia mendekat, aku baru sadar, kalau laki-laki itu adalah seseorang yang aku kenali.
Jevan. Teman laki-laki Tama.
“Jevan?”
Ia mengatur napasnya setelah berlari, lalu menoleh ke arahku. “Eh...Raya?”
“Iya, lo inget gue?”
Ia mengangguk. Aku memencet tombol tutup. “Iya lah, kita kan beberapa kali ketemu bareng sama Tama.”
Sunyi. Hanya ada sepi di antara kita. Baik aku ataupun Jevan sama sekali tak berminat membuka suara. Aku sibuk menatap ke arah angka yang silih berganti seiring dengan lift yang terus bergerak.
Tak lama, pintu lift terbuka. Aku melangkah keluar. Ternyata, Jevan juga ikut keluar begitu pintu terbuka.
“Lo ada kelas, Jev?”
Ia menggeleng. “Nggak, bimbingan skripsi ini.”
“Loh, sama” timpalku.
Aku dan Jevan berkuliah di fakultas yang sama, hanya berbeda prodi saja. Aku mengambil prodi teknik kimia, sedangkan Jevan teknik sipil.
“Oh ya?”
Kami melangkah bersama menuju ruang bimbingan. Ruang bimbingan kami bersebelahan.
“Iya,” aku melihat ke arahnya yang kini juga menatapku, “semangat bimbingannya, Jev.” ucapku begitu langkah kami telah sampai di depan pintu ruang bimbingan.
Jevan mengangguk, melempar senyum padaku. “Lo juga, Ray, semangat ya!”
Aku masuk ke dalam ruang bimbingan, meninggalkan Jevan yang masih berdiri di depan pintu.
YOU ARE READING
All Things About Us | Jay Park
FanfictionSeharusnya, ia tak mengabaikan perkataan sahabatnya waktu itu; "Jangan pernah suka sama temen lo sendiri. Repot, Ray. Akhirnya lo harus pilih antara berkorban perasaan atau pertemanan."