KEPERGIAN NAYA

153 35 3
                                    

Matahari pagi baru saja menyapa dunia dengan cahaya lembut yang menyebar melalui tirai jendela kamar tidur Naren. Kamar tersebut tidak hanya luas, tapi juga dihiasi dengan warna-warna dan dekorasi elegan yang mencerminkan kemewahan. Naren sendiri terbangun setelah cahaya matahari pagi itu menyorot matanya. Ia perlahan mulai duduk dan merentangkan kedua lengannya sehingga selimut yang ia kenakan merosot turun, menampakkan piyama yang dihiasi dengan gambar-gambar robot berwarna biru muda.

Lima menit kemudian, setelah selesai mencerna keadaan sekitarnya, Naren turun dari tempat tidur untuk berjalan ke arah jendela. Disana, Naren menghirup udara segar yang membuat dia tersadar sepenuhnya. Suasana pagi yang damai seperti ini rasanya ingin Naren nikmati sepuasnya. Tetapi tiba-tiba, Naren teringat bahwa hari ini adalah hari yang istimewa-ulang tahun ke tujuh sahabat terbaiknya, Naya.

Maka detik itu juga, secepat kilat Naren langsung berlari keluar kamar dan melihat para pelayan sedang sibuk mempersiapkan banyak hal untuk perayaan ulang tahun Naya dirumahnya. Perayaan ulang tahun ini memang sudah direncanakan oleh dirinya sendiri dan kedua orang tuanya sejak lama.

"Naren sayang, selamat pagi" suara lembut ibunda Naren, Meera, terdengar menyapa Naren dari arah yang berbeda.

Naren tersenyum ceria kemudian berlari ke pelukan ibunya. "Selamat pagi, Bunda! Naren sudah siap untuk hari yang sangat spesial ini!"

Meera tersenyum penuh kasih. "Baguslah. Ayahmu sekarang juga sedang mengatur persiapan pesta. Mari kita bergabung dengannya."

Naren mengangguk semangat kemudian meraih tangan ibunya untuk berjalan bersama menyusuri lorong-lorong megah rumah mereka, menuju ke lantai pertama tempat pesta akan dilaksanakan. Disana, tampak pelayan-pelayan dengan cepat dan cekatan menyusun meja, menggantungkan dekorasi, dan menyiapkan hidangan bagi tamu yang akan datang. Sementara Rajendra, ayah Naren, terlihat sibuk memeriksa setiap detail. Dengan pakaian formalnya yang rapi dan ekspresi serius yang terkadang digantikan oleh senyuman kecil, Rajendra memastikan semuanya sudah dalam keadaan sempurna.

"Selamat pagi jagoan," sapa Rajendra ketika melihat Naren berlari kecil kearahnya diikuti oleh Meera dibelakang. "Lihat, pestanya sudah hampir siap. Sekarang kita tinggal menunggu tamu dan memastikan kejutan ini berjalan lancar."

Naren memeluk ayahnya dengan penuh semangat. "Terima kasih, Ayah! Ini pasti akan jadi hari yang tidak akan terlupakan bagi Naya."

"Tentu saja, nak. Ayah juga sangat menantikan hari ini. Naya sudah seperti putri Ayah sendiri." Sahut Rajendra sembari membalas pelukan putra semata wayangnya itu dengan penuh kasih sayang. "Oh iya, bagaimana dengan ucapan selamat ulang tahun yang katanya kamu kumpulkan dari teman-teman di sekolah kalian? Sudah siap?" lanjutnya.

Seorang pelayan saat itu langsung menghampiri Naren dengan membawa sekotak kartu berisi ucapan selamat yang ditulis tangan. "Sudah Naren kumpulkan sejak seminggu lalu, Ayah. Naren yakin Naya akan sangat senang."

"Kerja bagus." Rajendra tersenyum sembari mengacak-ngacak rambut Naren.

"Naren sayang, sebentar lagi persiapan pestanya akan selesai. Sekarang segera sarapan, mandi, dan bersiaplah. Nanti kamu akan menjemput Naya, bukan? Kita harus memastikan pesta kejutannya dimulai tepat waktu," ucap Meera sembari berdiri di dekat Rajendra.

"Siap, Bunda!" jawab Naren dengan penuh semangat.

---

Setelah menyelesaikan rutinitas paginya, Naren mengenakan pakaian yang telah disiapkan untuk hari istimewa ini-sebuah kemeja biru muda dan celana berwarna senada yang membuatnya tampak semakin ceria. Ia tidak sabar untuk melihat reaksi Naya ketika kejutan ulang tahun dimulai. Dengan senyum lebar menghiasi wajahnya, Naren segera melangkah keluar rumah dan menuju ke garasi di mana sepeda favoritnya menunggu.

ALTERIA | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang