SEBUAH RAHASIA

128 35 3
                                    

Naren tak bisa kembali tidur setelah mimpi tentang Naya menggantung di benaknya, seperti bayangan yang enggan menghilang meski dia telah terjaga. Pikirannya terus berputar, memikirkan makna di balik mimpi itu, tapi semakin dia mencoba memahaminya, semakin kabur jawabannya. Naren hanya bisa meringkuk di tempat tidur, memandang langit-langit vila yang gelap, namun perasaan gelisah membuatnya tak nyaman. Ia akhirnya berniat membangunkan Arya untuk berbicara dan sekadar mengalihkan pikirannya dari mimpi yang aneh itu.

Dengan langkah pelan, Naren berjalan menuju kamar sebelah. Ketika ia membuka sedikit pintu, cahaya remang dari lorong tampak menerangi tubuh Arya yang tidur dengan begitu nyenyak, terbungkus selimut tebal. Wajahnya damai, napasnya tenang, seakan dunia tak bisa mengganggu kedamaian itu. Naren pun berhenti dan tersenyum kecil. Naren sadar bahwa Arya sudah banyak direpotkan olehnya hari ini, dan ia tak ingin mengusik lebih jauh. Maka Naren langsung menutup kembali pintu kamar itu dan berbalik, meninggalkan temannya dalam keheningan.

Naren memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi vila. Mungkin menghirup udara malam akan menenangkan pikirannya yang kacau. Ia mulai menjelajahi lantai pertama, melewati ruang tamu yang mewah dan lorong-lorong yang panjang. Lantai marmer yang dingin menyentuh telapak kakinya seolah menariknya dalam-dalam. Matanya tertuju pada kolam renang yang ada di luar, airnya berkilau terkena cahaya bulan. Sebuah oase ketenangan yang anehnya terasa begitu jauh dari jangkauan.

Setelah puas menjelajahi lantai satu, Naren menaiki tangga menuju lantai dua. Di sana, ia menemukan lebih banyak kamar, semuanya tampak tertutup rapat, seolah menyimpan cerita-cerita yang tak ingin dibuka. Vila itu terasa semakin sunyi, udara dingin perlahan menyelinap ke dalam tulangnya.

Lalu, Naren melihat tangga menuju lantai tiga. Rasa penasaran menyergap dirinya, membuatnya ingin tahu apa yang ada di atas sana. Namun, ketika ia baru melangkah menaiki anak tangga pertama, tiba-tiba Edi muncul dari balik kegelapan dan menghentikannya.

"Mas Naren, mau ke mana?" tanya Edi dengan nada yang lembut namun tegas, membuat Naren menoleh ke arahnya dengan sedikit terkejut.

"Ah, saya tidak bisa tidur, Pak," jawab Naren, sedikit tersenyum canggung. "Jadi, saya berpikir untuk berjalan-jalan sebentar. Mencoba menjelajahi seluruh vila ini."

Edi mengangguk perlahan, lalu tanpa diduga, ia tersenyum. "Kalau begitu, bagaimana jika kita mengobrol saja, Mas? Sudah lama saya tidak punya kesempatan untuk mengobrol dengan tamu. Saya juga butuh teman bicara."

Naren berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah."

Mereka duduk di ruang tamu yang luas, menghadap ke jendela besar yang langsung terhubung dengan taman belakang. Disana malam terasa begitu tenang dengan dihiasi suara angin yang berhembus lembut. Naren awalnya ragu, tapi obrolan dengan Edi ternyata sangat menyenangkan. Pembawaannya yang tenang dan bijaksana membuat Naren merasa nyaman, seolah sedang berbicara dengan seorang teman lama. Mereka berbicara tentang banyak hal—tentang vila, tentang perjalanan Naren, bahkan tentang masa lalu.

Kemudian, tanpa sadar, Naren mulai menceritakan mimpinya. Tentang bagaimana ia terjebak dalam dunia yang aneh, disertai suara gadis kecil yang memanggil-manggil namanya. Ia menceritakan betapa nyata mimpi itu terasa, dan bagaimana perasaan yang ditimbulkan olehnya begitu kuat hingga membuatnya terbangun dengan keringat dingin.

Saat Naren hendak menyebutkan nama gadis dalam mimpinya, sesuatu yang tak terduga terjadi.

"apakah kamu memimpikan Naya?" tanya Edi tiba-tiba, memotong kalimat Naren. Wajahnya tampak serius, matanya menyelidik.

Naren terkejut. Ia terdiam sesaat, menatap Edi dengan tatapan bingung. "Bagaimana Anda tahu tentang Naya?"

Edi tidak langsung menjawab. Mereka kini hanya saling menatap dalam keheningan, seolah ada rahasia besar yang baru saja terungkap di antara mereka. Sesuatu yang tak pernah mereka berdua duga.

ALTERIA | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang