21. Morning kiss

5.4K 150 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Happy Reading...



Rembulan mulai turun perlahan, hari pun semakin terang. Pagi ini Juan bangun duluan ketimbang Leana tubuhnya terasa sedikit berat, Leana mendekapnya bak koala yang tak mau pisah dari induknya. Guling yang menjadi pembatas mereka pun lenyap entah kemana terlempar oleh kaki Leana. Catat Leana yang melewati garis batas yang ia buat sendiri, bukan Juan yang melanggar.

Netra elang Juan memandang wajah Leana yang berada diatas dadanya mengamati seksama gadis manis berambut hitam legam ini. Juan juga tak menampik ada rasa khawatir dirinya kepada Devan setelah memukulnya kemarin. Juan juga sudah mengirim pesan ke Devan untuk berbicara empat mata namun tak dihiraukan oleh anak tirinya itu. Devan masih marah.

Jemari Juan merapikan anak rambut yang menghalangi rambut Leana membuat sang empunya mengerenyit namun matanya tetap tertutup rapat. Leana merasa tidurnya sangat nyenyak ia bahkan semakin mengeratkan pelukannya kepada guling berotot didekapannya.

Tangan Juan meraih ponselnya menelepon asisten dikliniknya mengatakan ia akan terlambat datang "Iya saya mungkin terlambat jadi kamu tolong alihkan dulu ke dokter Ravi... oke terima kasih,"

Suara serak Juan yang telponable itu mengundang Leana untuk terbangun dari tidurnya ia membuka matanya menemukan Juan menelepon dipelukannya ia sedikit terkejut.

Pagi - pagi dapet pemandangan seger siapa yang nolak? Rambut acak - acakan Juan dan kaos yang mencetak jelas ototnya jangan lupakan suara serak beratnya.

Merasa gadis diatasnya terusik Juan mematikan teleponnya menaruh perhatiannya kembali pada Leana ia tersenyum "Good morning cantik..."

Duarrr... meledak hati ini mak!

Senyum Leana tak dapat ditahan lagi ia tersipu malu, "P-pagi juga kak" Leana duduk dari tidurnya. Sangat jelas jika Leana yang memeluk Juan secara gamblang.

"Jadi kamu yang ngelewatin batas teritori kita?" Juan menunjuk guling yang sudah tak berdaya dibawah ranjang sisi Leana.

Leana berdehem menetralkan rasa malunya "Ya kan gak sengaja kak lagi sakit kan gak sadar" elaknya.
"Kamu nyaman banget tidurnya tadi," sindir Juan dengan senyum menggodanya.
"Mulai deh.. masih pagi juga udah iseng.." Leana mencebik membuat Juan menjawil hidungnya.

Dengan sigap Juan meraih tas peralatan medisnya dari meja sampingnya. Ia mengeluarkan alat periksanya seperti semalam "Sebelum saya berangkat. Kamu sekarang saya periksa dulu," Leana mengangguk menurut saat bangun badannya lebih enakan juga tidak pusing seperti kemarin.

"Aku udah enakan kak," dengan telaten memeriksa Leana satu persatu melihat semuanya terasa normal, Juan mengangguk. Leana merasa bersyukur pria tampan ini begitu telaten dan sabar merawatnya. Hatinya menghangat mendapat perlakuan manis Juan.

Deserve Better (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang