Suasana kampus semakin mencekam. Sejak rumor buruk tentang Hasan merebak, hari-hari di universitas terasa lebih tegang daripada sebelumnya. Namun, tak ada yang menyangka bahwa ketegangan ini akan mencapai puncaknya ketika beberapa mahasiswi, termasuk Leyla, tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
Pagi itu, Hasan dan Fayyadh tiba di kampus lebih awal dari biasanya. Mereka berdua berencana untuk bertemu dengan beberapa dosen untuk membicarakan proyek kelompok mereka. Namun, saat mereka melewati koridor kampus, suasana yang biasanya ramai mendadak terasa sunyi. Beberapa mahasiswa yang mereka temui tampak gelisah, saling berbisik-bisik dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Kenapa kampus terasa aneh hari ini?" tanya Fayyadh dengan nada bingung.
Hasan menggelengkan kepala. "Aku juga merasa begitu. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi."
Sesampainya di kelas, mereka bertemu dengan Shafiyyah yang tampak panik. "Kalian sudah dengar tentang Leyla?" tanyanya tanpa basa-basi.
Hasan dan Fayyadh saling pandang, bingung. "Dengar apa?" tanya Fayyadh.
"Leyla... dia hilang," jawab Shafiyyah dengan suara gemetar. "Bukan hanya Leyla, tapi ada beberapa mahasiswi lain juga. Mereka semua menghilang sejak tadi malam."
Hasan merasakan jantungnya berdetak kencang. "Hilang? Bagaimana mungkin?"
"Tidak ada yang tahu. Mereka terakhir kali terlihat di kampus kemarin sore, tapi setelah itu, tidak ada yang melihat mereka lagi," jelas Shafiyyah. "Orang tua mereka sudah dihubungi, tapi mereka juga tidak tahu apa-apa. Sekarang pihak kampus dan polisi sedang melakukan pencarian."
Hasan merasakan kepanikan mulai merayapi dirinya. Leyla adalah teman dekat mereka, dan kehilangannya secara tiba-tiba menambah kekhawatiran yang sudah menumpuk sejak rumor buruk tentang dirinya menyebar.
"Kita harus bantu mencari," kata Hasan dengan tegas. "Leyla dan yang lainnya... mereka harus ditemukan."
Namun, sebelum mereka bisa bergerak, salah satu teman sekelas mereka, Adnan, tiba-tiba datang dengan wajah serius. "Hasan, aku perlu bicara denganmu."
Hasan menatap Adnan dengan heran. "Ada apa?"
"Kamu perlu lihat ini," kata Adnan sambil menyerahkan sebuah ponsel kepada Hasan. Di layar ponsel itu, ada sebuah pesan yang baru saja beredar di grup chat kampus. Pesan itu berisi tuduhan serius yang mengarah langsung kepada Hasan.
"Mahasiswi-mahasiswi yang hilang kemungkinan terlibat dengan Hasan dalam insiden tak pantas. Bukti-bukti yang ada menunjukkan keterlibatan Hasan dalam kasus ini. Jangan biarkan hal ini berlalu begitu saja!"
Hasan merasa dunia seolah berputar di sekitarnya. Tuduhan ini lebih parah daripada rumor sebelumnya. Dan yang lebih mengerikan, ada "bukti" yang diklaim mengaitkan dirinya dengan hilangnya Leyla dan mahasiswi lainnya.
"Apa ini?" suara Hasan bergetar, marah sekaligus bingung.
"Ini sudah menyebar ke seluruh kampus," kata Adnan dengan nada cemas. "Semua orang mulai membicarakanmu lagi, Hasan. Dan kali ini, mereka sepertinya benar-benar percaya pada tuduhan ini."
Fayyadh segera berdiri. "Ini nggak masuk akal! Hasan nggak mungkin terlibat dalam hal seperti ini!"
"Tenang dulu, Fayyadh," kata Shafiyyah, meski wajahnya terlihat tegang. "Kita perlu berpikir jernih. Hasan, kamu nggak mungkin melakukan ini, tapi kita perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Hasan merasakan kepalanya berdenyut hebat. "Aku nggak tahu siapa yang melakukan ini, tapi aku harus membersihkan namaku. Ini terlalu jauh. Mereka sudah melibatkan Leyla dan yang lainnya dalam permainan kotor ini."
Shafiyyah mencoba menenangkan Hasan. "Kita harus kumpulkan semua informasi yang kita punya. Mungkin kita bisa cari tahu siapa yang memulai pesan ini dan bagaimana mereka bisa mengaitkan kamu dengan hilangnya Leyla."
Fayyadh mengangguk. "Aku setuju. Kita perlu selidiki ini dengan hati-hati. Kalau kita bisa buktikan kalau ini semua bohong, maka kita bisa bersihkan nama Hasan."
Namun, sebelum mereka sempat memulai penyelidikan, seorang petugas kampus mendekati mereka. "Hasan, kamu diminta datang ke kantor dekan sekarang juga."
Hasan menatap Fayyadh dan Shafiyyah, merasa ada sesuatu yang sangat salah. Tapi dia tahu bahwa tidak ada gunanya menghindar. "Baiklah, aku akan ke sana sekarang."
Dengan hati yang berat, Hasan mengikuti petugas menuju kantor dekan. Di sana, dia disambut oleh dekan kampus yang sudah menunggunya bersama beberapa petugas keamanan dan seorang polisi.
"Hasan, silakan duduk," kata dekan dengan nada serius.
Hasan duduk, berusaha tetap tenang meski perasaannya berkecamuk. "Ada apa ini, Pak?"
"Kami menerima laporan tentang hilangnya beberapa mahasiswi, termasuk temanmu, Leyla," jelas dekan. "Dan ada beberapa bukti yang ditemukan di kampus yang mengarah padamu."
"Bukti?" Hasan menatap dekan dengan tidak percaya. "Bukti apa yang kalian punya?"
Polisi yang berada di sana membuka map dan mengeluarkan beberapa lembar foto serta dokumen. "Ini adalah beberapa foto yang ditemukan di sekitar kampus, serta pesan-pesan yang menunjukkan bahwa kamu berkomunikasi dengan mahasiswi-mahasiswi yang hilang tepat sebelum mereka menghilang."
Hasan merasa darahnya mengalir deras ke kepala. Dia melihat foto-foto itu, dan yang lebih mengejutkan lagi, itu adalah foto-foto dirinya bersama Leyla dan mahasiswi lainnya. Namun, ada sesuatu yang aneh pada foto-foto tersebut. Tampak jelas bahwa foto-foto itu telah diedit untuk membuatnya terlihat mencurigakan.
"Ini semua palsu!" seru Hasan dengan marah. "Foto-foto ini diedit! Aku tidak pernah melakukan apa pun seperti yang dituduhkan!"
Dekan menatap Hasan dengan serius. "Kami belum mengambil keputusan apa pun, Hasan. Namun, situasi ini sangat serius. Kami harus menindaklanjutinya dengan hati-hati."
"Pak, aku mohon kalian percaya padaku," kata Hasan, mencoba menahan emosinya. "Aku tidak tahu siapa yang melakukan ini, tapi mereka berusaha menjebakku. Aku ingin nama baikku dibersihkan."
Polisi mengangguk. "Kami sedang menyelidiki lebih lanjut, Hasan. Untuk saat ini, kami hanya ingin memastikan bahwa kamu tidak terlibat. Kami akan memeriksa semua bukti lebih dalam."
Setelah pertemuan itu, Hasan keluar dari kantor dekan dengan perasaan yang sangat kacau. Fayyadh dan Shafiyyah yang menunggunya di luar langsung menghampirinya.
"Bagaimana, Hasan?" tanya Fayyadh dengan cemas.
"Mereka punya foto-foto palsu yang mencoba menjebakku," jawab Hasan dengan suara berat. "Aku nggak tahu siapa yang melakukan ini, tapi aku harus temukan mereka sebelum semuanya semakin parah."
Shafiyyah menghela napas panjang. "Kita harus kerja sama untuk membersihkan namamu, Hasan. Ini nggak boleh dibiarkan."
"Kita harus mulai dengan mencari tahu siapa yang punya akses untuk memalsukan bukti-bukti itu," kata Fayyadh dengan tegas. "Dan yang paling penting, kita harus menemukan Leyla dan mahasiswi lainnya. Mereka kunci untuk mengungkap semuanya."
Hasan mengangguk. "Aku setuju. Kita harus mulai sekarang. Ini bukan cuma tentang aku lagi, ini tentang keselamatan teman-teman kita."
Dengan semangat baru, mereka bertiga bersiap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Mereka tahu bahwa tugas ini tidak akan mudah, tetapi dengan keberanian dan tekad, mereka yakin bisa mengungkap kebenaran di balik semua ini dan membersihkan nama baik Hasan sebelum terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Bosphorus
AdventureSetelah kembali dari petualangan yang penuh tantangan di Turki, Hasan dihadapkan pada realitas baru yang tak pernah ia duga: ia dijodohkan dengan sepupunya sendiri, Hafshah. Meskipun mereka tumbuh bersama, Hasan tidak pernah menganggap Hafshah seba...