SB8 - Mengerikan

3 1 0
                                    

Keesokan harinya, Hasan memutuskan untuk melanjutkan penyelidikannya secara lebih mendalam. Dia, Fayyadh, dan Shafiyyah mulai dengan mengumpulkan semua informasi yang mereka miliki. Mereka membuat peta kecil di papan tulis, menandai semua lokasi di mana para mahasiswi terakhir kali terlihat.

"Semua titik ini dekat dengan asrama atau kampus," kata Fayyadh, menatap peta dengan serius. "Sepertinya mereka semua diambil dari area yang sama."

Hasan mengangguk, merasa ada pola di sini. "Mungkin kita harus memfokuskan penyelidikan kita di daerah ini. Tapi kita perlu lebih banyak informasi."

Mereka memutuskan untuk berbicara dengan beberapa mahasiswa lain yang mungkin telah melihat sesuatu. Mereka memulai dengan menemui seorang mahasiswa yang sering berada di sekitar asrama pada malam hari.

Mahasiswa itu, seorang pria bernama Ali, tampak cemas saat bertemu dengan mereka. "Aku tidak tahu banyak, tapi aku pernah melihat seorang pria aneh di sekitar asrama beberapa malam sebelum Leyla hilang," katanya.

Hasan merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Coba ceritakan lebih banyak, Ali. Apa yang dia lakukan?"

Ali terlihat ragu-ragu. "Dia hanya berdiri di sana, mengamati asrama. Aku pikir dia sedang menunggu seseorang, tapi tidak ada yang datang. Dia berdiri di sana cukup lama sebelum akhirnya pergi."

Hasan mengerutkan kening. "Apakah kamu bisa melihat wajahnya?"

Ali menggeleng. "Tidak terlalu. Dia mengenakan topi yang menutupi wajahnya, dan itu malam hari. Tapi ada sesuatu yang membuatku merasa tidak nyaman."

Hasan mengucapkan terima kasih kepada Ali dan kembali bersama Fayyadh dan Shafiyyah untuk merenungkan informasi ini. Mereka tahu bahwa mereka semakin dekat dengan sesuatu, namun tetap saja, semua bukti yang mereka miliki masih samar.

Pada malam harinya, Hasan tidak bisa tidur. Dia terus memikirkan semua informasi yang telah mereka kumpulkan. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya, sesuatu yang belum terungkap, namun ia tidak bisa menempatkan jari pada apa yang salah.

Fayyadh yang melihat Hasan gelisah, duduk di sebelahnya. "Kamu harus istirahat, Hasan. Terlalu banyak berpikir tidak akan membantumu."

Hasan menggeleng. "Aku tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang hilang. Seperti ada bagian dari teka-teki ini yang belum kita temukan."

Fayyadh menatap Hasan dengan prihatin. "Mungkin kita butuh bantuan lebih banyak. Kita tidak bisa menyelesaikan ini sendirian."

Hasan merenung sejenak, lalu mengangguk. "Mungkin kamu benar. Besok, kita akan menemui beberapa orang yang lebih berpengalaman dalam penyelidikan seperti ini."

_________________________

Namun, keesokan harinya, sebelum mereka sempat melanjutkan penyelidikan, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Saat mereka tiba di kampus, mereka mendapati bahwa kampus dipenuhi oleh polisi. Pita kuning melintang di beberapa area, dan mahasiswa dilarang memasuki asrama dan area sekitarnya.

"Ini buruk," bisik Shafiyyah, wajahnya pucat. "Apa yang terjadi?"

Hasan berusaha menenangkan dirinya, namun rasa panik mulai merayapi dirinya. "Kita harus mencari tahu," katanya dengan suara tegas.

Mereka bertiga bergegas menuju aula utama kampus, di mana kerumunan mahasiswa berkumpul. Di sana, seorang petugas polisi sedang berbicara dengan para mahasiswa, memberi tahu bahwa sebuah penemuan mengerikan telah terjadi di dekat asrama.

"Maafkan kami," kata petugas itu dengan suara serius. "Kami menemukan mayat seorang mahasiswi di dekat asrama. Kami sedang menyelidiki kasus ini, dan untuk sementara waktu, akses ke beberapa bagian kampus akan dibatasi."

Hasan merasakan dunia seakan berhenti berputar. Fayyadh menepuk bahunya, mencoba memberikan dukungan. "Hasan, kita harus tetap tenang. Ini mungkin lebih besar dari yang kita duga."

Namun, Hasan merasa seperti jantungnya mencelup ke dalam lautan es. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin ada mahasiswi yang ditemukan tewas? Apakah ini terkait dengan hilangnya para mahasiswi lainnya?

Hasan tahu bahwa waktunya semakin sedikit, dan mereka harus bergerak cepat sebelum semuanya semakin parah. Dengan tatapan penuh tekad, ia berkata, "Kita harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas semua ini, dan kita harus menemukannya sebelum ada korban lagi."


Selat BosphorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang