Hasan dan Fayyadh berdiri di depan tembok di dekat asrama, menatap dengan ngeri pada pemandangan yang baru saja mereka temukan. Di atas tembok, tergambar sebuah kode yang terlukis dengan darah. Shafiyyah, yang berdiri di sebelah mereka, menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan rasa mual.
"Apa ini...?" gumam Shafiyyah, suaranya gemetar.
Hasan mendekati tembok tersebut, memperhatikan kode yang tertulis dengan cermat. "Ini bukan sekadar simbol. Ini sebuah pesan," katanya dengan suara rendah, hampir berbisik.
Fayyadh mendekat, menatap kode itu dengan saksama. "Sepertinya ini kode. Tapi apa artinya?" Dia mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari di internet, tetapi tidak menemukan hasil yang sesuai.
Hasan, yang memiliki ketertarikan pada teka-teki sejak kecil, mencoba memecahkan kode tersebut. "Ini bukan sembarang kode. Ini seperti...sebuah anagram," katanya, mencoba memecahkan pola huruf yang terukir. "Tapi, ini tidak terlalu jelas."
Shafiyyah menatap Hasan dengan cemas. "Apakah kita harus memberi tahu polisi tentang ini?"
Hasan menggeleng. "Belum. Kita harus mencari tahu apa artinya sebelum memberitahu mereka. Bisa saja ini mengarah pada sesuatu yang lebih besar."
Fayyadh menatap Hasan dengan ragu. "Tapi ini berbahaya, Hasan. Kita tidak tahu siapa yang menulis ini dan apa niat mereka."
Hasan tahu Fayyadh benar, tetapi dia merasa harus mencari tahu lebih banyak sebelum menyerahkan informasi ini. Ada sesuatu yang mendesaknya untuk memahami kode ini sendiri, seolah-olah takdirnya terikat dengan pesan berdarah ini.
"Aku akan mencoba memecahkan ini," katanya tegas. "Kalian berdua harus berhati-hati. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, segera laporkan."
Shafiyyah dan Fayyadh setuju, meskipun mereka merasa cemas. Mereka kembali ke rumah Arga dengan hati yang gelisah, mencoba memahami apa yang baru saja mereka lihat.
Di kamarnya, Hasan memandangi gambar kode yang telah dia foto di ponselnya. Dia memutuskan untuk menghubungi seorang profesor yang dia kenal di fakultasnya, seorang ahli dalam linguistik dan kode-kode kuno.
"Prof. Idris," Hasan memulai, "saya butuh bantuan Anda. Saya menemukan sesuatu yang aneh dan saya rasa Anda mungkin bisa membantu."
Profesor Idris, yang selalu ramah kepada Hasan, setuju untuk bertemu dengannya keesokan harinya. Saat mereka bertemu, Hasan menunjukkan foto kode berdarah itu.
Profesor Idris menatapnya dengan kening berkerut. "Ini bukan kode biasa, Hasan. Ini seperti sebuah bahasa kuno yang telah dienkripsi. Tapi ada sesuatu yang lain... sesuatu yang gelap."
Hasan menatap profesor itu dengan cemas. "Apa maksud Anda, Pak?"
Profesor Idris menarik napas dalam-dalam. "Kode ini... saya pernah melihat sesuatu yang mirip dalam sebuah penelitian yang saya lakukan tentang organisasi rahasia. Organisasi ini dikenal sebagai 'Al-Qibla al-Aswad.' Mereka adalah sekelompok orang yang terkenal tidak berperikemanusiaan dan menggunakan kode-kode rahasia seperti ini untuk berkomunikasi."
Hasan merasa tubuhnya menggigil. "Anda pikir ini ada hubungannya dengan mereka?"
Profesor Idris mengangguk pelan. "Mungkin saja. Jika mereka masih ada, ini bisa menjadi sangat berbahaya. Organisasi ini terkenal menggunakan metode brutal untuk mencapai tujuan mereka."
Hasan tahu dia berada di tengah-tengah sesuatu yang lebih besar daripada yang pernah dia bayangkan. "Apakah Anda bisa membantu saya memecahkan kode ini?"
Profesor Idris berpikir sejenak. "Saya bisa mencoba, tapi ini akan memakan waktu. Kode-kode seperti ini biasanya memiliki lapisan makna yang tersembunyi."
Hasan mengangguk. "Apa pun yang Anda bisa lakukan, Pak. Saya harus tahu apa yang terjadi."
________________
Beberapa hari berikutnya dihabiskan dengan penuh kecemasan. Profesor Idris bekerja keras mencoba memecahkan kode itu, sementara Hasan, Fayyadh, dan Shafiyyah melanjutkan penyelidikan mereka dengan lebih hati-hati. Mereka berbicara dengan lebih banyak mahasiswa, mencari tahu apakah ada yang pernah melihat sesuatu yang mencurigakan. Namun, semakin banyak yang mereka temukan, semakin banyak pula pertanyaan yang muncul.
Akhirnya, Profesor Idris menghubungi Hasan. "Saya telah menemukan sesuatu," katanya dengan nada serius di telepon.
Hasan segera pergi menemui profesor itu di kantornya. Saat tiba, Profesor Idris menunjukkan catatan yang penuh dengan simbol-simbol dan terjemahan.
"Kode ini adalah instruksi," kata Profesor Idris. "Ini adalah petunjuk untuk melakukan sesuatu, atau mungkin untuk mengaktifkan sesuatu."
Hasan mengerutkan kening. "Mengaktifkan apa?"
Profesor Idris menggeleng. "Saya tidak bisa memastikan. Tapi ada satu hal yang jelas. Ini berkaitan dengan sesuatu yang akan terjadi di kampus."
Hasan merasa hatinya berdebar kencang. "Di kampus?"
Profesor Idris mengangguk. "Ya, dan saya takut ini akan terjadi dalam waktu dekat."
Hasan tahu dia harus bertindak cepat. Dia mengumpulkan Fayyadh dan Shafiyyah, memberitahu mereka apa yang telah dia pelajari. Mereka setuju bahwa mereka harus memberitahu pihak berwenang, tetapi mereka juga harus berhati-hati.
"Kita tidak tahu siapa yang berada di balik semua ini," kata Hasan dengan serius. "Jika kita terlalu terbuka, mereka bisa tahu kita sedang menyelidiki dan mungkin menyerang kita."
Fayyadh, yang selalu bijaksana, berkata, "Kita harus memastikan kita memiliki cukup bukti sebelum melangkah lebih jauh."
Shafiyyah menambahkan, "Dan kita harus melindungi diri kita sendiri. Kita tidak bisa gegabah."
Namun, meskipun mereka berhati-hati, Hasan merasa ada sesuatu yang mendesak. Sebuah perasaan bahwa waktu semakin menipis, dan bahwa apa pun yang akan terjadi di kampus, itu akan sangat berbahaya.
_________________
Malam itu, Hasan memutuskan untuk memeriksa area di sekitar kampus lebih dekat. Dia pergi sendirian, mencoba mencari petunjuk lebih lanjut. Saat berjalan melalui lorong-lorong kampus yang sepi, dia merasa seolah-olah ada yang mengawasinya.
Tiba-tiba, di salah satu dinding, dia melihat sebuah tanda lain. Sebuah simbol yang mirip dengan yang dia lihat sebelumnya, tetapi kali ini lebih jelas. Ada sesuatu yang menggelitik ingatannya, sesuatu yang dia lihat di catatan Profesor Idris.
Hasan memotret simbol itu dan bergegas kembali ke rumah Arga. Dia tahu ini adalah petunjuk lain, dan bahwa dia harus segera memberi tahu Profesor Idris.
Namun, saat dia kembali ke kamarnya, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Pintu kamarnya sedikit terbuka, meskipun dia ingat telah menguncinya. Dengan hati-hati, dia memasuki kamar dan melihat sekeliling. Tidak ada yang tampak aneh, tetapi perasaan cemas tidak hilang.
Dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Fayyadh, memberitahunya tentang simbol yang baru saja dia temukan. Namun, saat dia akan mengirim pesan itu, dia mendengar suara langkah kaki mendekat.
Hasan berbalik, dan tiba-tiba, dia merasakan sesuatu yang keras menghantam kepalanya. Dunia menjadi gelap saat dia jatuh ke lantai, ponselnya terlepas dari genggaman dan layar menunjukkan pesan yang belum terkirim: "Fayyadh, aku menemukan sesuatu lagi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Bosphorus
AdventureSetelah kembali dari petualangan yang penuh tantangan di Turki, Hasan dihadapkan pada realitas baru yang tak pernah ia duga: ia dijodohkan dengan sepupunya sendiri, Hafshah. Meskipun mereka tumbuh bersama, Hasan tidak pernah menganggap Hafshah seba...