SB11 - Permainan Terakhir

1 1 0
                                    

Hasan terjaga di tengah malam, merasakan dingin yang menusuk hingga ke tulang. Dia telah mencoba berbagai cara untuk melarikan diri dari ruang penyiksaan ini, tetapi setiap kali Carlos mengunjungi, Hasan kembali ke titik awal. Rasa sakit dan kelelahan menyelimuti tubuhnya, tetapi semangatnya tidak patah.

Tiba-tiba, pintu terbuka dengan suara berderak. Carlos muncul dengan wajahnya yang dipenuhi dengan ekspresi yang sulit ditafsirkan. Pria itu mengenakan jas hitam yang bersih dan rapi, seolah-olah baru saja keluar dari acara formal. Di tangannya, dia memegang sebuah piring kecil dengan makanan yang tampaknya sangat lezat.

"Ah, Hasan, aku kembali lagi," kata Carlos dengan nada ceria. Dia berjalan mendekat, menatap Hasan dengan tatapan yang penuh arti. "Aku lihat kau masih bertahan. Bagus sekali."

Hasan menatap makanan di tangan Carlos dengan penuh keheranan. "Apa maksudmu semua ini?" tanyanya, suaranya serak dan penuh rasa sakit. "Kenapa kau terus datang ke sini?"

Carlos tersenyum penuh kemenangan. "Karena aku sangat menikmati permainan ini, Hasan. Kau adalah bagian yang paling menarik dari permainan ini. Dan aku tidak bisa melewatkan kesempatan untuk melihat bagaimana kau berjuang."

Carlos meletakkan piring di meja kecil di samping Hasan dan mulai mengamati pemuda itu dengan penuh perhatian. "Aku harus mengakui, kau benar-benar menarik perhatianku. Setiap kali aku datang, aku semakin gemas melihat bagaimana kau berjuang. Seolah-olah kau adalah anak kecil yang tersesat."

Hasan merasa kemarahan dan frustrasi melonjak dalam dirinya. "Lepaskan aku! Apa yang kau inginkan dariku?"

Carlos hanya tertawa lembut, kemudian mendekati Hasan. "Oh, Hasan, kau tidak mengerti. Ini bukan tentang apa yang aku inginkan darimu. Ini tentang bagaimana kau bertindak dan bereaksi. Dan kau benar-benar luar biasa dalam hal itu."

Carlos menyentuh pipi Hasan dengan lembut, memberikan kesan yang sangat kontras dengan situasi yang mencekam. Dia mencubit dagu Hasan dengan gemas, memutar-mutar wajah pemuda itu seolah-olah dia sedang memeriksa mainan favoritnya.

"Kau tahu, Hasan," kata Carlos sambil tersenyum manis, "aku tidak bisa tidak merasa terhibur melihat betapa kerasnya kau berjuang. Kau seperti anak kecil yang mencoba melawan dalam permainan yang tidak bisa dia menangkan. Dan itu sangat menggemaskan."

Hasan merasa marah dan terhina. "Ini bukan permainan, Carlos. Aku tidak main-main dengan hidupku."

Carlos mengangkat bahu dengan santai. "Bagiku, ini adalah permainan yang sangat menyenangkan. Aku sangat menyukai tantangan yang kau berikan. Setiap kali aku melihatmu berjuang, aku merasa semakin gemas."

Carlos duduk di kursi yang terletak di dekat Hasan, menatapnya dengan penuh kehangatan. "Aku bahkan sudah memikirkan beberapa cara baru untuk membuatmu lebih berjuang. Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa pergi sebelum akhirnya kau menyerah."

Hasan mengerang, berusaha untuk tetap tenang. "Berhentilah dengan semua ini! Aku tidak akan menyerah. Aku akan terus berjuang sampai aku bebas."

Carlos mengangguk perlahan, senyum di wajahnya semakin lebar. "Bagus, Hasan. Itu semangat yang aku suka. Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa bertahan. Dan jika kau cukup kuat, mungkin aku akan memberimu kesempatan untuk keluar dari sini."

Carlos berdiri dan mengambil piring kecil berisi makanan yang sebelumnya dia letakkan di meja. "Kau mungkin lapar. Aku membawakanmu makanan. Aku pikir kau pantas mendapatkannya setelah semua usaha yang kau lakukan."

Carlos meletakkan piring di dekat Hasan, tetapi tidak memberinya makanan secara langsung. "Tapi sebelum kau makan, aku ingin kau tahu sesuatu."

Hasan menatap makanan dengan penuh rasa ingin tahu. "Apa itu?"

Carlos duduk kembali di kursi, menatap Hasan dengan intensitas yang luar biasa. "Aku harus memberitahumu, Hasan, aku sangat terhibur dengan cara kau berjuang. Ini bukan hanya tentang permainan bagi aku. Ini tentang bagaimana kau bisa membuatku merasa seperti aku sedang melakukan sesuatu yang sangat penting."

Hasan merasa bingung dan marah. "Apa yang kau bicarakan?"

Carlos mengeluarkan sebuah ponsel dari sakunya dan menunjukkan gambar yang ada di layar. "Ini adalah gambar dari seseorang yang sangat aku hargai. Dia adalah salah satu alasan mengapa aku begitu bersemangat dalam permainan ini. Dan aku ingin kau tahu bahwa dia melihat semuanya."

Hasan menatap gambar di layar dengan penuh rasa penasaran, tetapi tidak bisa mengenali siapa orang itu. "Siapa dia?"

Carlos tersenyum misterius. "Dia adalah salah satu orang yang sangat penting dalam hidupku. Dan dia menyaksikan semuanya. Dia tertarik dengan kemampuanmu, Hasan. Dia ingin melihat bagaimana kau berjuang dan bertahan."

Hasan merasa bingung. "Apa yang kau inginkan dariku? Kenapa semua ini?"

Carlos mengangkat bahu dengan santai. "Aku hanya ingin melihat bagaimana kau menghadapi tantangan ini. Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa melawan sebelum akhirnya kau menyerah. Dan aku sangat gemas melihat betapa kerasnya kau berjuang."

Hasan merasa frustrasi, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa menyerah. Dia harus terus berjuang untuk menemukan jalan keluar dan mengungkap semua rahasia yang tersembunyi di balik permainan ini.

Carlos berdiri dan mulai berjalan menuju pintu, tetapi sebelum dia pergi, dia berhenti sejenak dan menatap Hasan dengan senyuman penuh kemenangan. "Ingat, Hasan, permainan ini belum selesai. Aku akan kembali untuk melihat seberapa jauh kau bisa bertahan."

Dengan kata-kata terakhir itu, Carlos meninggalkan ruangan, meninggalkan Hasan dengan rasa sakit di tubuhnya dan kebingungan di pikirannya. Hasan menarik napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan diri. Dia harus menemukan cara untuk melarikan diri dan mengungkap semua rahasia yang tersembunyi di balik permainan berbahaya ini.


Selat BosphorusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang