Hasan terbangun dengan kesadaran yang kabur, tubuhnya terasa kaku, dan kepalanya berdenyut tajam. Matahari sudah hampir tenggelam, menciptakan bayangan panjang di lantai berdebu gedung tua tempat dia berada. Suara berderak dari kayu yang rapuh di sekitarnya mengingatkan Hasan bahwa dia tidak sendirian. Namun, apa yang paling menarik perhatiannya adalah sensasi dingin yang menusuk pergelangan tangannya.
Dia mencoba bergerak, tetapi segera menyadari bahwa tangan dan kakinya terikat erat pada kursi kayu yang sudah tua. Tali yang kasar menekan kulitnya, meninggalkan rasa sakit setiap kali dia mencoba menggerakkan tubuhnya.
"Ah, kau sudah bangun," terdengar suara yang penuh dengan kejenakaan. Hasan mendongak dan melihat seorang pria berdiri di sudut ruangan yang gelap, menatapnya dengan senyuman yang aneh. Pria itu, dengan penampilan yang mencolok dan penuh karisma, mengenakan setelan hitam elegan yang kontras dengan lingkungan yang suram di sekitarnya.
"Aku harap kau merasa nyaman, Hasan," lanjut pria itu sambil melangkah lebih dekat. "Aku Carlos, dan kau... adalah tamu istimewaku malam ini."
Hasan berusaha menenangkan dirinya. Dia menatap tajam ke arah pria itu, mencoba memahami situasinya. "Apa yang kau inginkan dariku?" tanyanya dengan suara tegas, meskipun di dalam hatinya ada ketakutan yang merayap.
Carlos tertawa kecil. "Kau tahu, aku sangat penasaran denganmu, Hasan. Aku telah mendengar banyak hal tentangmu. Pemuda yang berani, cerdas, dan berbahaya, seperti kata mereka. Tapi aku ingin tahu, apa yang membuatmu begitu istimewa?"
Hasan menahan napas. Dia tidak tahu apa yang Carlos ketahui, tapi jelas bahwa dia dalam bahaya besar. "Aku hanya seorang mahasiswa biasa. Kau menangkap orang yang salah," jawabnya dengan tenang, meskipun pikirannya berputar mencari jalan keluar.
Carlos menggeleng sambil tersenyum lebar, "Oh, tidak, Hasan. Kau jauh dari sekadar mahasiswa biasa. Kau sudah mencampuri urusan yang seharusnya tidak kau ketahui. Kau dan teman-temanmu terlalu jauh dalam pencarian kebenaran, dan sayangnya, itu membawa kita ke sini."
Carlos berhenti sejenak, mengambil kursi yang tergeletak di dekatnya dan duduk di depan Hasan. Dia menatap pemuda itu dengan intensitas yang tak terduga, seolah-olah sedang mempelajari setiap detail wajahnya.
"Bagaimana rasanya, Hasan? Bagaimana rasanya menjadi pusat perhatian seseorang seperti aku?" Carlos mencondongkan tubuhnya ke depan, wajahnya hanya beberapa inci dari Hasan.
Hasan tetap diam, tetapi matanya tidak pernah lepas dari Carlos. Dia tahu bahwa pria ini bukan sekadar musuh biasa. Ada sesuatu yang jauh lebih berbahaya dalam dirinya.
Carlos tampaknya menikmati keheningan itu, dia kemudian berdiri dan mulai berjalan di sekitar Hasan. "Kau tahu, aku bisa saja membuatmu menghilang dalam sekejap mata. Tapi di mana kesenangannya dalam itu? Aku ingin memahami apa yang membuatmu istimewa, Hasan. Apa yang membuatmu menjadi ancaman bagi organisasiku."
Hasan menatap Carlos dengan tajam. "Organisasi? Apa kau bagian dari organisasi yang terlibat dalam semua ini?"
Carlos tertawa, suara tawanya bergema di ruangan yang kosong. "Aku lebih dari sekadar bagian, Hasan. Aku adalah orang yang menjalankan semuanya. Dan sekarang, kau adalah bagian dari permainan yang aku ciptakan."
Hasan merasa darahnya mendidih, tapi dia berusaha tetap tenang. "Jadi, kau dalangnya?" tanyanya dengan suara rendah.
Carlos mengangguk perlahan. "Bisa dikatakan begitu. Tapi jangan salah paham, Hasan. Aku bukan penjahat yang kejam. Aku hanya seorang pria yang menyukai permainan, dan kau adalah bagian yang paling menarik dari permainan ini."
Hasan merasa seluruh tubuhnya menegang. Dia harus keluar dari situasi ini, tetapi bagaimana? Dia terikat dengan erat, dan Carlos tampaknya sudah siap untuk apa pun yang mungkin dia coba.
"Lalu apa rencanamu sekarang?" Hasan akhirnya bertanya, suaranya tegas meskipun dalam keadaan putus asa.
Carlos berhenti berjalan, menatap Hasan dengan tatapan penuh arti. "Rencanaku? Rencanaku adalah melihat seberapa jauh kau bisa bertahan, Hasan. Seberapa kuat kau ketika berada di bawah tekanan yang luar biasa. Dan jika kau cukup kuat, mungkin aku akan memberimu kesempatan untuk keluar dari sini hidup-hidup."
Hasan merasa perutnya menciut. Dia tahu bahwa dia dalam bahaya besar, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa berhenti sekarang. Dengan keberanian yang masih tersisa, Hasan berlari ke arah pintu di ujung lorong, berharap bisa melarikan diri dari cengkeraman Carlos.
Namun, sebelum dia bisa mencapai pintu, Carlos menarik sesuatu dari sakunya dan melemparkan ke arah Hasan. Sebuah suara tajam terdengar, dan dalam sekejap, Hasan merasakan sesuatu menancap di kakinya. Rasa sakit yang luar biasa menyebar dari kakinya, membuatnya terjatuh ke lantai dengan teriakan tertahan.
Carlos berjalan mendekat, menatap Hasan dengan tatapan yang tidak bisa dibaca. "Maafkan aku, Hasan. Tapi semua ini harus berakhir di sini. Aku terlalu menikmati permainan ini untuk membiarkannya berakhir begitu saja."
Dengan kata-kata terakhir itu, Carlos melangkah pergi, meninggalkan Hasan terbaring di lantai, kesakitan dan keputusasaan melanda hatinya. Dia tahu bahwa dia harus bertahan lebih lama, mencari cara untuk melarikan diri sebelum Carlos kembali. Dalam kegelapan dan kesakitan, satu hal yang Hasan tahu adalah bahwa dia harus berjuang untuk hidupnya, dan tidak ada yang bisa menghentikannya dari mencapai tujuannya.
Saat Carlos menghilang dari pandangan, Hasan menarik napas dalam-dalam dan mulai memeriksa ikatan di pergelangan tangannya. Tali itu sangat kuat, tetapi ada sedikit kelonggaran yang mungkin bisa dia manfaatkan. Perlahan, dengan kesabaran dan ketelitian, Hasan mulai menggerakkan pergelangan tangannya, mencoba melonggarkan tali yang mengikatnya.
Waktu terasa berjalan sangat lambat, dan setiap gerakan terasa menyakitkan. Namun, Hasan tidak berhenti. Dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri.
Setelah beberapa menit yang tampak seperti berjam-jam, Hasan akhirnya berhasil melonggarkan tali di pergelangan tangannya cukup untuk membebaskan satu tangan. Dengan hati-hati, dia melepas tali yang mengikat tangan satunya dan kemudian kakinya.
Dia berdiri perlahan, tubuhnya terasa lemah dan kaku setelah terlalu lama terikat. Hasan mendengarkan suara di sekitarnya, memastikan bahwa tidak ada yang mendekat. Dia harus bergerak cepat sebelum Carlos atau orang lain kembali.
Saat Carlos menghilang dari pandangan, Hasan berusaha untuk menemukan jalan keluar. Dia merangkak menuju pintu dengan langkah hati-hati. Namun, tanpa diduga, pintu terbuka dan Carlos muncul kembali. Kali ini, Carlos mengenakan masker putih di wajahnya, menunjukkan keseriusan yang lebih besar.
"Wow, kau benar-benar cekatan, Hasan," ujar Carlos sambil berjalan mendekat. "Tapi aku rasa aku belum puas dengan pertunjukanmu. Aku ingin melihat lebih banyak dari kemampuanmu."
Hasan merasa gemetar. "Apa lagi yang kau inginkan dariku?"
Carlos tersenyum, dan untuk pertama kalinya, Hasan melihat sisi lain dari Carlos yang tidak menyenangkan. Carlos mengambil langkah ke depan dan tiba-tiba membungkuk, menangkup wajah Hasan dengan lembut. Hasan merasa kehangatan tangan Carlos yang lembut di pipinya, yang kontras dengan situasi yang mencekam.
Carlos memutar wajah Hasan perlahan, seolah-olah memeriksanya dengan seksama. Dia kemudian mencubit dagu Hasan dengan gemas. "Kau tahu, Hasan," katanya sambil tersenyum manis, "aku tidak bisa tidak merasa terhibur melihat betapa kerasnya kau berjuang. Kau seperti anak kecil yang tersesat, dan itu sangat menggemaskan."
Hasan merasa marah dan bingung. "Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"
Carlos hanya tersenyum lebih lebar, kemudian berdiri dan mundur. "Oh, aku sangat menikmati permainan ini, Hasan. Tapi saat ini, aku perlu pergi. Aku punya urusan lain yang harus diselesaikan. Jangan khawatir, aku akan kembali untuk melihat perkembanganmu."
Dengan senyuman penuh kemenangan, Carlos meninggalkan ruangan, meninggalkan Hasan dengan rasa sakit di tubuhnya dan kebingungan di pikirannya. Hasan menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri dan memikirkan rencana berikutnya. Dia harus menemukan cara untuk melarikan diri dari cengkeraman Carlos dan mengungkap semua rahasia yang tersembunyi di balik permainan berbahaya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Bosphorus
AdventureSetelah kembali dari petualangan yang penuh tantangan di Turki, Hasan dihadapkan pada realitas baru yang tak pernah ia duga: ia dijodohkan dengan sepupunya sendiri, Hafshah. Meskipun mereka tumbuh bersama, Hasan tidak pernah menganggap Hafshah seba...