16 • Sebuah Ancaman

3.3K 272 31
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Sampai saat ini, Emma masih tidak percaya apa yang terjadi di warung tadi. Rendy hanya tersenyum misterius ketika Emma bertanya perihal dari mana lelaki itu tahu ulang tahunnya.

Belum selesai mencerna situasi yang terjadi tadi, kini Emma kembali dikejutkan dengan aroma bau makanan dari dapur. Waktu yang menunjukkan hampir tengah malam membuat Emma mengernyit bingung. Siapa yang memasak tengah malam begini?

Langkah Emma terhenti ketika menemukan seseorang yang baru saja selesai menyiapkan sebuah menu makanan dengan dapur yang berantakan.

"Sedang apa?"

Pertanyaan Emma seketika membuat orang yang dimaksud terperanjat kaget. Deon yang ditatap menjadi salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Silahkan duduk," ajaknya yang menuntun Emma menuju kursi.

Deon melirik sekilas ke arah Emma, lidahnya begitu kelu untuk berucap. Detak jantungnya berpacu begitu cepat saat ini.

"Deon?" Panggil Emma.

"S-selamat ulang tahun," ucapnya canggung.

"Kenapa wajahmu kotor begitu?" Tanya Dina tanpa membalas ucapan selamat dari suaminya.

Dengan senyuman kikuk, Deon menjawab. "A-aku nggak tau mau kasih apa, karena kamu suka membuat kue... jadi aku juga mau mencoba membuatnya untukmu," jelas Deon dengan suara pelan.

Sejenak hening menyelimuti mereka sebelum akhirnya Emma mengambil beberapa lembar tisu kemudian ia usapkan ke wajah Deon yang kotor itu. Deon yang diperlakukan lembut oleh Emma tentu saja tanpa sadar senyuman tipis hadir padanya.

"Terimakasih," balas Emma.

"T-tiup lilinnya? Buat permohonan."

Tidak ada penolakan, Emma menurut begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada penolakan, Emma menurut begitu saja. Ia memejamkan mata dengan mengatakan doanya di dalam hati sebelum akhirnya api yang sejak tadi menyala itu ia tiup hingga padam.

Deon yang tak melepaskan pandangannya dari Emma hanya bisa tersenyum. Wanita yang cantik.

"Aku potongkan kuenya?" Tanya Deon ragu. Namun, jawaban Emma membuat hati Deon menghangat.

Hanya anggukkan kecil yang Emma berikan sebagai jawaban.

Dengan hati-hati Deon memotongkan kuenya menjadi potongan kecil, karena terbawa suasana tanpa ragu pria itu mencoba menyuapi Emma.

Emma yang menghargai apa yang Deon perbuat untuk merayakan ulang tahunnya sebelum waktu berganti, dengan senang hati menerima suapan yang Deon berikan.

"Apa enak?" Tanya Deon.

Emma mengangguk samar, meski baru pertama kali membuat kue nyatanya buatan Deon tidak terlalu buruk. "Enak, kok."

Deon yang terus memperhatikan Emma, baru saja sadar kalau ada setangkai bunga yang ada di dekat istrinya. Ia sangat yakin bahwa itu pasti pemberian lelaki muda yang akhir-akhir ini menempeli Emma.

I BECAME THE SUGAR MOMMY (TELAH TERBIT✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang