┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘Langkah kecil yang Emma lakukan terhenti ketika dihadang langsung oleh Deon yang menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.
Melihat ia dihadang oleh orang yang begitu menyebalkan membuat Emma berusaha mengambil langkah ke sisi yang lainnya. Namun, Deon kembali menghalangi jalannya. Terus begitu, entah ia mau mengambil ke sisi yang kanan atau kiri.
Emma menyugarkan rambutnya dengan perasaan yang kesal, dia yang merasakan sakit pada dadanya ketika berhadapan dengan Deon itu sudah tidak tahan lagi rasanya. Amarah lebih menguasainya saat ini.
"Apa maumu," tanya Emma langsung.
"Dengan siapa kamu pulang?"
Pertanyaan konyol yang masuk ke dalam pendengaran Emma hingga membuatnya tertawa. "Kamu? Tanya aku pulang sama siapa?" Tanya Emma yang masih tertawa.
Beberapa kali Emma berusaha untuk tidak tertawa lebih lama lagi karena akan membuat perutnya sakit nanti.
"Jawab Emma," meski wajah Deon begitu datar, nada bicaranya penuh dengan penekanan.
"Kamu serius tanya aku begitu? Orang yang baru saja jalan keluar bersama kekasihnya?" Dengan nada yang terlihat jelas sedang menyindir, Emma membalas tatapan itu dengan tatapan datar tanpa ekspresi.
"Kamu sakit! Gila kamu!" Kata Emma kemudian yang ingin pergi. Namun, lengannya kembali ditahan oleh Deon.
"Kamu masih istriku, Emma. Ingat itu!" Tegas Deon tak terbantahkan.
"Aku telah mati saat kamu mencintai wanita lain," balas Emma dengan nada yang datar, namun terasa begitu tajam dan menusuk.
Emma membalikkan tubuhnya, ia maju beberapa langkah mendekat ke arah Deon sang suami. "Deon..." ia menggantungkan kalimatnya sebelum kembali berkata. "Aku tidak peduli lagi denganmu mau bersama siapa. Tapi aku mohon, jangan menyiksaku lebih dari ini."
Deon melepas genggaman tangannya pada lengan Emma ketika mendengar apa yang Emma katakan dengan wajah datarnya itu. Tidak pernah ada maksud untuk Deon menyakiti Emma, meski ia tahu bahwa apa yang terjadi saat ini memang karena kesalahannya.
Melihat ada celah untuk pergi dari sana membuat Emma langsung meninggalkan Deon tanpa melirik ke arah suaminya itu sedikitpun.
Hati yang sudah terlalu sakit membuatnya seakan mati rasa.
❁❁❁❁❁
Di saat Emma telah menyelesaikan kesibukannya untuk membersihkan diri agar lebih segar dan bisa tidur dengan nyenyak, sebuah panggilan telepon berbunyi membuat perhatiannya menjadi teralihkan.
Kerutan halus terlihat. Kenapa nelpon? Emma heran kepada lelaki yang baru saja mengantarnya pulang ke rumah.
"Tadi di luar sempat gerimis, kamu tidak keluar untuk main hujan-hujannya, bukan?" Tanyanya langsung pada intinya.
"Ngaco kamu! Aku dari tadi cuma di dalam rumah."
"Bagus deh, aku nggak mau kamu sakit karena gerimis."
"Aku sakit, apa hubungannya sama kamu?"
"Ada! Jelas sekali ada. Kamu sakit, aku juga bakalan rasakan sakit," tegasnya membuat sebelah alis Emma terangkat naik.
"Dasar bocah. Belajar yang benar, bukannya ngegombal."
Mendengar perkataan Emma membuat panggilan telepon itu menjadi hening. Rendy yang memang jauh di bawah Emma, sangat kurang nyaman dengan panggilan itu. Dia bukan anak kecil lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I BECAME THE SUGAR MOMMY (TELAH TERBIT✓)
Aktuelle Literatur[ JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU, SEBELUM MEMBACA YA! ] Bab tidak lengkap, ingin Versi lengkap ada di novel. ♡ Umur bukanlah patokan untuk seseorang jatuh cinta. Hal tersebut memanglah benar. Hanya saja Elma yang dikhianati oleh calon peng...