┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘Mentari telah terbit, membuat Emma merasakan cahaya yang membuat tidurnya terganggu. Perlahan mata indahnya terbuka, Emma menatap sekitarnya. Detik berikutnya wanita itu menarik napas panjang. Ternyata bukan mimpi. Emma sama sekali tidak bermimpi. Dirinya memang telah masuk ke dalam cerita buatan sahabatnya sendiri.
Emma mengubah posisinya menjadi duduk. Dia harus apa sekarang? Biarkan dia berpikir sejenak.
Tadi malam Emma sudah berhadapan dengan para protagonis. Cantik dan tampan, tidak bisa Emma pungkiri akan hal itu. Kalau mereka saling jatuh cinta karena fisik, tidak heran sama sekali karena memang digambarkan begitu menawan. Wajah Deon yang begitu tampan dan Delia yang sangat cantik.
Sudahlah, kalau mereka menawan. Aku juga menawan, cantik dan siapa saja bisa jatuh cinta sama aku. Biarkan Emma percaya diri untuk dirinya sendiri. Itu harus ia lakukan agar tidak merasa rendah diri ketika berhadapan dengan para protagonis.
Setelah merasa kesadarannya telah penuh, Emma beranjak untuk mandi dan mempersiapkan dirinya agar terlihat lebih cantik dan segar. Biarkan dia menikmati waktunya sekarang.
Ketika Emma yang sedang fokus merias dirinya di depan cermin. Terdengar suara pintu kamar yang terbuka, pantulan Deon pada cermin terlihat jelas. Emma memutar bola matanya malas.
Kenapa pria itu harus masuk, sih? Mood baik Emma seketika hilang entah ke mana.
"Tidurmu nyenyak?" Tanya pria itu.
Tidak ada jawaban, Emma hanya fokus melakukan apa yang sejak tadi ia lakukan hingga selesai.
"Emma, aku bertanya."
Seolah tidak mendengar suara Deon, jawaban yang diinginkan pria itu sama sekali tidak ada. Emma hanya diam.
"Emma ak-"
"Kenapa?" Emma mendekat ke arah Deon dengan tatapan penuh keberanian dan kebencian. Sangat terlihat jelas mata itu bertemu dengan pandangan Deon. "Mau menjadi perhatian?"
Deon diam, dia hanya menatap sang istri yang menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
"Kamu merasa bersalah karena telah membunuh anakku?"
"Dia juga anakku, Emma." Deon menatap tajam sang istri. Dia sangat tidak suka ucapan Emma yang mengatakan seolah itu bukanlah anaknya.
"Anakmu?" Tanya Emma memastikan, wanita itu tertawa kemudian. "Anak itulah yang kamu bunuh. Kamu tau tidak? Dia saja tidak mau hidup karena tau kebusukan ayahnya yang berselingkuh," jelas Dina penuh penekanan.
"Jaga bicaramu Emma."
"Aku mengatakan yang sebenarnya, Tuan Deon Bimantara."
"Sebegitu yakinnya kamu, kalau aku memang selingkuh?"
"Kenapa tidak? Waktu di mana anakku pergi saja kau mau berciuman dengan wanita itu bukan?"
Deon sungguh tidak tahan ingin sekali dia menutup mulut wanitanya ini dengan mulutnya sendiri. "Jangan pernah bersikap seperti seorang suami mulai sekarang," tegas Emma. "Eh, tunggu. Bahkan sejak dulu kau tidak ada berperan sebagai suami kecuali di hadapan banyak orang. Bukan begitu?" Sindir Emma.
Wanita itu menjauh meninggalkan Deon yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tangan pria itu terkepal kuat.
❁❁❁❁❁
Saat ini toko roti yang sudah lumayan lama Emma bangun, tengah ramai pengunjung. Emma membangun toko roti ini hanya untuk menemani atas kesepiannya karena Deon yang tidak perhatian dan terkesan cuek terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I BECAME THE SUGAR MOMMY (TELAH TERBIT✓)
General Fiction[ JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU, SEBELUM MEMBACA YA! ] Bab tidak lengkap, ingin Versi lengkap ada di novel. ♡ Umur bukanlah patokan untuk seseorang jatuh cinta. Hal tersebut memanglah benar. Hanya saja Elma yang dikhianati oleh calon peng...