┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘Malam telah tiba. Namun, Emma masih betah berada di tokonya meski sekarang sudah tutup. Sesekali dirinya memijat keningnya untuk berusaha membuat pikirannya menjadi tenang.
Meski dirinya bukan Emma yang dulu, nyatanya mengetahui suami menghamili wanita lain jelas membuatnya marah, kecewa, dan sedih. Perasaan itu menjadi satu dan kepalanya berdenyut hebat seakan mau pecah. Emma tidak suka ketika kepalanya harus berpikir keras seperti sekarang ini.
Gini amat! Dulu mau nikah ternyata diselingkuhi, sekarang status sudah menikah malah lebih parah. Hati dan otak Emma terlalu berisik sekarang. Dadanya sesak, Emma seakan menyadari bahwa rasa sesak itu adalah rasa Emma yang masih tertinggal hingga membuatnya merasakan hal yang sama.
"Biarkan aku bahagia." Emma bergumam sembari menatap langit-langit ruangannya.
Dering ponsel beberapa kali tidak ia angkat. Tanpa melihat pun, Emma yakin bahwa ponselnya berdering karena ulah Deon yang berusaha menelepon dirinya.
"Izinkan aku tenang, Deon," gumam Emma untuk kesekian kalinya. Matanya terpejam dalam keadaan posisi duduk dan kepalanya yang mendongak ke atas.
"Bagaimana caranya agar bisa membuat Deon mau mengajukan perceraian?" Tanyanya dengan nada yang pelan.
Tidak masalah kalau harus sendiri, Emma tidak mau terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak sehat. Tidak perlu harus meneruskan pernikahan ini.
Tanpa menerima panggilan telepon dari sang suami, Emma membawa tas kecilnya dan bersiap untuk pergi dari tokonya. Emma memilih berjalan sebentar menikmati angin malam, dia tidak mau diganggu oleh siapa pun saat ini.
Emma menatap jalan raya yang terlihat masih ramai. Seulas senyum terbentuk menghiasi wajah cantiknya. Terlihat damai tidak seperti kehidupannya yang berisik.
Tenggelam dalam kedamaian yang ia rasakan, langkah Emma terhenti ketika menabrak sesuatu.
Bruk!
Emma mengelus keningnya yang terasa sedikit sakit. Ia mendongakkan kepala dan mendapati seorang lelaki dengan kondisi yang terluka, wajahnya penuh dengan lebam dan darah mengucur dari kepalanya. Belum sempat Emma mengenali anak muda di depannya, tubuh lelaki itu oleng mengenai Emma. Hal itu sontak membuat Emma dengan singap menopang tubuh lelaki itu agar mereka berdua tidak jatuh.
"Berat..." keluh Emma sembari menatap sekitar mencari kursi yang bisa membuat anak muda itu duduk.
❁❁❁❁❁
Dengan teliti Emma memperhatikan anak muda itu dari atas sampai bawah. Matanya membulat sempurna ketika mengenali sosok yang saat ini sedang duduk dengan raut kesakitan.
Dia lelaki malam itu!
Emma mengumpat dalam batinnya, kenapa dirinya bisa sampai bertemu seperti ini. Tahu begitu dia langsung pulang dengan diantar sopir tanpa harus menikmati udara malam.
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Emma kemudian.
Mata tajam lelaki itu terbuka, mata mereka bertemu dalam beberapa saat sampai akhirnya Emma memandang ke arah lain.
"Emma, tolong... aku diserang orang jahat," ucapnya dengan nada memohon.
Tangannya berusaha meraih baju Emma, detik berikutnya tanpa bisa Emma hindari. Lelaki itu memeluknya tanpa permisi dengan menenggelamkan wajahnya pada perut Emma. Sontak hal itu membuat Emma berusaha melepas pelukan tersebut. Namun, lelaki itu memeluknya begitu erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I BECAME THE SUGAR MOMMY (TELAH TERBIT✓)
General Fiction[ JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU, SEBELUM MEMBACA YA! ] Bab tidak lengkap, ingin Versi lengkap ada di novel. ♡ Umur bukanlah patokan untuk seseorang jatuh cinta. Hal tersebut memanglah benar. Hanya saja Elma yang dikhianati oleh calon peng...