**
Pagi itu di pinggiran ibukota, tepatnya di sebuah rumah yang di huni oleh dua makhluk random berlabel sepupu.
"Sal..sempak gue kemana ya?" suara Rony terdengar di ikuti gempuran ketukan pintu yang berkali kaii.
"Ca..hari ini gue ada kuliah pagi banget"kali ini ketukan tersebut sudah setingkat naik menjadi gedoran bertubi tubi yang semakin tidak sabaran.
Aku membuka pintu dengan kasar kemudian memasang wajah menyeramkan karena sejak kami tinggal serumah, migranku mendadak kambuh kembali setelah vakum beberapa waktu. Penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah si pria dihadapanku yang hanya melilitkan tubuhnya dengan handuk yang mengantung sebatas betis.
Dia mendadak mundur beberapa langkah kebelakang bahkan hampir menjatuhkan vas bunga yang ada di rak pajangan.
"Bisa gak sehari aja gak bikin rusuh?"
"Makanya bantuin gue nyari sempak"
"Bisa bisanya lo gak malu ngomong gitu ke gue?"
"Lah..kenapa emang?"
"Mikirrlah rony.."
"Lo kan kakak gue"
"Tapi gue juga cewek"
"Bukannya lo abang abang"
"Gue potong lidah lo ya?"
"Takutttt...."nada mengejek khas yang diiringi dengan seringai geli.
"Capek gue ngeladen Lo" niatku ingin kembali menutup pintu namun di cegah oleh lengan kokoh milik pria Batak menyebalkan yang sialnya adalah sepupuku.
"Bantuin dulu" wajah memelasnl akan dia pajang saat aku sudah ngambek dan bodohnya hati mungil ini selalu saja terhipnotis tiap kali dia merengek manja untuk membantu menyelesaikan sesuatu yang sebenarnya kadang terlihat sangat sepele.
Dengan gontai aku menuju ruang laundry yang tak jauh dari dapur utama, di pojok kanan ada lemari gantung dan beberapa rak yang sebenarnya aku buat khusus untuk menyimpan pakaian tertentu sebelum di simpan di lemari utama dalam kamar. Cukup fokus, aku menarik laci paling bawah kemudian mencari objek yang membuat Rony harus merusak jadwal tidurku. Kebetulan hari ini, aku masuk kerja agak siang jadi setelah menunaikan ibadah subuh, aku sengaja melanjutkan tidur dan semuanya harus buyar hanya karena pekara sempak milik pria gila itu.
Aku menunjuk di deretan pakaian yang ada di laci tersebut dan hampir semua dalaman milik Rony ada di tempat tersebut. Gegas ia, mengambil salah satu dari banyak CD tersebut seraya bersenandung.
"Lain kali cuci sendiri, jangan di tumpuk tumpuk aja. Jijik banget gue nyuci daleman lo"
"Biasanya juga gue cuci sendiri kok"
"Kapan bambang?"
"Kapan kapan lah, Lagian siapa suruh nyuci pakaian gue?"
"Lailahaillah Ronik..otak lo ada apa gak sih??? Gue juga ogahhh nyuci sempak lo. Itu karena terpaksa, karena gue gak pake milah milah lagi. Pas gue masukin semua pakaian di mesin cuci ternyata ada yang beginian, mana banyak banget lagi. Lagian, ngapain sih lo nyimpan sempak di keranjang pakaian kotor gue, kan udah gue pisahin"
"Gue asal nyimpan aja"
"Lain kali liat liat dulu lah"
"Makanya Lo tulis di keranjang nama Lo dan nama gue. Jadi gue bisa bedain"
"Kan emang udah beda Bambang, Lo gak liat noh" aku menunjuk keranjang keranjang yang kumaksud.
"Yang warna pink itu punya Lo dan warna biru itu punya gue" dia menatap bingung ke pojok ruangan yang terdapat dua keranjang dengan warna pink terang dan biru muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang Rony
Romancekisah antara dua insan yang berbeda usia, kepercayaan dan memiliki ikatan persaudaraan. akankah ada rasa tersembunyi antara keduanya atau hanya sebatas rasa ingin saling melindungi dan bergantung satu sama lain. *yang berminat, silahkan di baca saja...