Kamu dan Senja

300 27 8
                                    

Cahaya jingga perlahan menyelimuti langit, perlahan-lahan mengganti warna biru yang cerah. Sinar matahari sore menyentuh wajahmu, memancarkan aura hangat yang menenangkan. Di teras rumah, kita duduk berdampingan, menikmati keindahan senja yang begitu sempurna.

Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering, menciptakan harmoni yang menenangkan jiwa. Burung-burung berkicau riang, seakan ikut larut dalam keindahan senja ini. Kita saling berpandangan, senyum tipis terukir di bibir.

Dalam keheningan yang syahdu, kita berbagi cerita, tawa, dan mimpi. Setiap kata yang keluar dari mulutmu terasa begitu indah dan bermakna. Aku merasa begitu beruntung bisa menghabiskan waktu bersamamu, menyaksikan keindahan alam yang terhampar di hadapan kita.

Matahari semakin condong ke barat, meninggalkan jejak warna-warni di langit. Langit berubah menjadi gradasi warna merah, oranye, dan ungu yang begitu memukau. Cahaya senja memantul di permukaan air kolam, menciptakan pemandangan yang begitu romantis.

Sejenak, kita terdiam, menikmati keindahan alam yang begitu sempurna. Tanganmu menggenggam tanganku erat, memberikan rasa aman dan nyaman. Dalam hati, aku berdoa agar momen indah ini dapat terus berulang. Meskipun lebih didominasi oleh rasa khawatir karena hubungan kita yang judge sebagian orang sebagai abnormal .

Saat senja mulai merangkak, kita masuk ke dalam rumah. Suasana hangat menyelimuti ruangan, membuat kita merasa semakin nyaman. Kita menikmati teh lalu duduk bersantai di sofa sambil ditemani sepiring pisang goreng yang di goreng Ibuku.

Diiringi alunan musik lembut, kita kembali bercerita tentang hari ini. Setiap cerita yang kamu bagikan selalu membuatku kagum. Kamu adalah duniaku, tempatku pulang setelah lelah menghadapi kehidupan yang terkadang bercandanya terlalu berlebihan.

Senja ini, sekali lagi membuktikan bahwa kebahagiaan itu sederhana. Cukup dengan kehadiranmu, aku merasa begitu lengkap. Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku.

"Kak Ca" aku terkaget mendapati sosok cantik dengan senyuman semanis wanita jawa pada umumnya. Perlahan ku lepas genggaman tangan Rony dan berharap tak diketahui oleh Seyra.

"Ngagetin aja" aku bersungut pada perempuan yang merupakan adik tunggalku. Yang bersangkutan hanya menampilkan senyum canggung sambil melirik sekilas kearah pria di sebelahku.

"Loh Kak Ca sama Bang Rony pacaran ya?" aku segera menyumpal mulut adikku yang membuat dia sedikit memberontak. Aku membisikkan kata kata keramat di kupingnya

"Lo bisa gak sih ngomongnya jangan pake teriak"

"Bearti benar?"dia menatap intens padaku kemudian menoleh sekilas kearah Rony yang tampak tak terpengaruh dengan ucapan adikku.

"Gak" sanggahku cegat yang di balas ketidakpuasan dari Seyra yang akhirnya berpaling kembali pada sosok pria yang sejak tadi hanya menyaksikan perseteruan ku bersama saudari kandung satu satunya.

"Abang pacaran sama kak Ca?" Rony mengangguk yang membuat aku gemas padanya. Bisa bisanya dia tak mengelak bahkan dengan sukarela diiringi senyum manis khas pria batak.

"Tuh kan benerrr"Seyra tertawa senang mendapati jawaban yang di inginkannya.

"bisa bisa nya Kak Ca gak ngakuin pacar setampan bang Rony"timpalnya kembali menyenggol bahuku secara sengaja. Pria yang dibicarakan segera memberi ancungan jempol yang di sambut senyum penuh kemenangan.

"Nih..gue tambahin buat jajan" Seyra segera mendekat kearah Rony yang mengeluarkan beberapa lembar uang 100.000 dari dompetnya.

"Wihh..gak salah punya abang ipar modelan abang yang goodlooking, good atitude dan good rekening"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tentang RonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang