***
"Lo harus bantuin gue!"aku menarik Rony hingga di pinggir gudang kampus. Aku mengawasi sekitar, takut jika ada orang lain yang memergoki kami disini dan berfikir aneh aneh. Padahal aku sengaja membawanya kesini atas urusan mendesak yang tak bisa di tunda hingga bertemu di rumah. Pria itu mengenakan casual style dengan atasan oversize shirt bewarna putih polos yang di padukan dengan denim jeans yang sedikit di lipat pada bagian ujung dan sepatu Vans bewarna putih plus kaos kaki.
"bantuin apaan?"dia menyandarkan tubuhnya di dinding gudang yang sebenarnya masih sangat rapi untuk ukuran gudang pada gedung lain.
" tapi lo janji, jangan bocorin ini ke siapapun?"sebenarnya aku rada cemas saat meminta bantuan lelaki yang ku sebut dengan "bagogo". Selain dia super menyebalkan, dia juga tipekal pria yang tak bisa di prediksi. Tindakan nya lebih sering di luar prediksi BMKG.
"Nahh..kayak gini bakal seru ni"
"Kan..kan?belum apa apa aja lo udah mau jailin gue kan?"
"Geer banget sih lu"
Aku mencebik yang di iringi wajah dengan mode tengil "makanya diomongin, capek gue nebak nebak"dia mulai gusar dan sedikit naik darah.
"Hmm.. Gimana ya ngomong nya?"
"Cepatan Sal.. Bentar lagi kelas gue di mulai"
"Iyaaaaaaa..bentar ron" aku menarik nafas pelan.
Sepertinya Rony sudah mulai hilang kesabaran karena dia hendak beranjak pergi dengan meraih tas punggung yang tadi digeletakan di meja.
"Jadi pacar gue" aku mengucap kalimat itu dengan lantang hingga membuat langkahnya terhenti dan berbalik menatap heran padaku.
"Hmm..maksud gue pura pura jadi pacar gue" aku segera me revisi kalimat yang mungkin membuat dia menjadi Shock. Wajahnya tampak tegang dan menatap penuh kebingungan.
"Lo ngelantur ya?"
"Enggak..tolong bantuin gue. Kali ini aja ya?" aku memasang tampang memelas agar dia mengasihaniku dan bersedia membantu dalam problem ini. Aku sudah tak bisa berfikir jernih dan hanya dia yang dalam hal ini dapat membantuku menyelesaikan nya.
"Kenapa pura pura?" pertanyaan ambigunya membuat akupun tercengang dan hampir tak dapat menjawab nya.
"Apanya?" tanyaku memastikan ucapannya.
"Kenapa harus pura pura?" tanya Rony kembali
"Emang lo maunya jadi pacar beneran gue?" aku membungkam mulut ku sendiri karena lancang mengeluarkan statment yang sebenarnya bertentangan dengan logika.
"Dihh..apaan sih lo?"
"Nah..makanya jadi pacar boongan gue satu hari ini aja"aku mendekat kearah nya dengan tatapan menghiba.
"Kenapa cuma satu hari?" lagi lagi pertanyaan yang keluar dari bibir tipis itu sungguh di luar batas kamampuan manusia pada umumnya.
"Kebanyakan nanya, lo mau apa gak bantuin gue. Capek gueee ngomong sama lo"
"Loh kok malah lu yang emosi?"
"Makanya, timbang mau apa enggak aja susah banget tu mulut"
"Merepet aja lu, ya udah gue bantuin"
Aku tak menyangka bahwa dia setuju untuk membantuku hingga membuat aku kegirangan dan secara spontan memeluk nya erat. Dia mematung dalam peluk ku dan membuat aku merasa sedikit merasa bersalah.
"Sorry..gue gak sengaja"
"Hmm.." kata andalannya tiap kali aku meminta maaf padanya.
"Ya udah..ntar gue kabarin apa tugas lo" belum sempat aku melenggang pergi, dia menarik lenganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang Rony
Romancekisah antara dua insan yang berbeda usia, kepercayaan dan memiliki ikatan persaudaraan. akankah ada rasa tersembunyi antara keduanya atau hanya sebatas rasa ingin saling melindungi dan bergantung satu sama lain. *yang berminat, silahkan di baca saja...