Pacar Salma

249 24 16
                                    

Terus kangen siapa?" tanya Paul yang mulai merasa aneh dengan tingkah temannya itu.

"Seseorang yang ada di sini"

Degh

Rony kalau sudah mode begini maka akan sulit diberi kode atau bahasa isyarat agar dia membungkam mulutnya.

"Jangan bilang lo kangen Salma?"

"Iyah, gue kangen dia sampe sulit napas" singkat, padat dan aku mendadak ngefreez.

Mata Paul spontan menatap aku yang saat ini merasa salah tingkah sedangkan Rony dengan santainya menyandarkan punggung di kursi tanpa sekalipun mengalihkan pandangan.

"Lo jangan bercanda cok"

"Gue seriuslah, gue bener bener kangen sama cewek di sebe...."refleks ujung kakiku menendang betis Rony.

"Shhh" kagetnya yang ditatap heran oleh Paul.

Belum sempat Paul bertanya lebih lanjut, dering telpon membuat ia pamit untuk berbicara pada si penelpon. Setelah Paul melangkah semakin menjauh, tinggalah aku dan Rony yang masih mengelus tulang betisnya.

"Lo kenapa mukul kaki gue"

"Mulut lo tu" jawabku kesal

"Mulut gue kenapa?"

"Lo sendiri yang minta agar merahasiakan hubungan kita sama teman teman lo"

"Ceritanya lagi backstreet ni"

"Kan lo yang minta, gimana sikh?" 

"Kalau sama Paul gak apa apa lah Ca"

"Lah..kok jadi gue, kan lo yang jelas jelas ngewanti wanti gue kalau selama di kampus atau ketemu sama teman teman lo, kita kayak orang asing aja"

"Itu kan dulu Ca, sebelum kita ada hubungan"

"Apa sikh Ron?"

"Kalau sekarang gue mau semua teman teman gue bahkan semua orang di dunia agar mereka tau kalau lo punya gue"

"Main klaim aja lo"

"Kan lo sendiri yang bilang kita ada hubungan"

"Manaaa ada"

"Lo tadi yang bilang gue yang minta ngerahasiain hubungan kita. Ini berarti secara tersirat lo mengakui hubungan kita"

"Ckk..bukan gitu maksud gue"

"Terus maksud lo hubungan kita ini kayak mana Ca?" manik mata indah berbulu lentik itu seolah menuntut jawaban dariku.

"Yaaa..hubungan kita sebagai sepupu"

"Sepupu apa yang bisa saling bertukar ciuman"

"Sttt..." aku memberi isyarat agar dia menghentikan ucapannya.

"Ngapain sih ngomong gitu, ntar di dengar Paul"

Bukannya diam justru dia sengaja mengeser tubuhnya sehingga lebih mendekat kearahku.

"Mulut gue emang gini Ca, kalau gak di bungkam sama lo, bisa keterusan"

"Ihh..Ron..ntar diliat orang orang" dia mengelus lembut pipiku sedangkan aku semakin serba salah. Meskipun pengunjung tak terlalu ramai dikarenakan bukan weekend, tetap saja aku was was.

"Lah..biarin..punya gue iniiiii" nada bicara nya berubah manja dan tangannya mulai aktiv meremas jemariku. Aku celingak celinguk mencari keberadaan Paul, Semoga dia tak melihat ini. Apa yang harus aku kata kan padanya jika dia mengetahui kebenaran ini sedangkan sejak awal aku selalu mengaku tak kenal dengan Rony.

tentang RonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang