"Maafkan aku, Liam!
"Tak bisakah kita memikirkan solusi lain?"
Pemuda yang dipanggil Liam sudah meneteskan air matanya. Ia sangat mencintai pemuda di hadapannya. Pemuda yang menemani hari-harinya sejak awal menginjakkan kaki di negara asing ini.
"Tidak bisa, Liam. Aku tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh. Kau tahu aku kan?"
"Jika begitu, tetaplah di sini. Aku bisa membantu membayar biaya kuliahmu."
Pemuda yang lebih pendek dari Liam hanya bisa menggeleng. Sebenarnya ia juga tak ingin berpisah dengan kekasihnya ini, tapi keadaan keluarganya saat ini sangat tidak memungkinkan untuknya melanjutkan kuliah di luar negeri.
"Liam, aku harus pulang. Di sana orang tuaku membutuhkanku."
"Lalu bagaimana denganku, Lio? Aku juga membutuhkanmu di sini."
Lio kembali menggeleng. Keputusan yang sudah ia ambil tak bisa dibatalkan lagi. Ia harus kembali untuk membantu orang tuanya.
"Baiklah, aku tak akan memaksamu. Aku akan berusaha menerima keputusanmu."
"Terima kasih, Liam."
Mereka pun berpelukan untuk terakhir kalinya. Hari ini juga Lio harus segera terbang kembali ke negara asalnya.
Ia harus menghapus mimpinya untuk bisa lulus di universitas luar negeri karena keadaan orang tuanya yang tiba-tiba mendapat musibah hingga keuangan mereka menurun drastis.
Sepeninggal Lio, Liam atau pemuda tampan dengan nama William hanya merenung di dalam kamar apartemennya.
Biasanya tempat itu tidak terlalu sepi karena ditempati dua orang. Kini hanya tinggal William seorang.
"Pertemuan dan perpisahan memang sudah ditakdirkan, tapi kenapa perpisahan semenyakitkan ini?"
***
Lio baru saja tiba di negara asalnya. Ia menarik napas dalam dan menghembuskan nya perlahan. Mulai detik ini, ia sudah bertekad untuk melupakan cinta pertamanya.
Lui akan membuka hati untuk mengenal orang baru. Karena tak mungkin ia menunggu cinta pertamanya. Jarak mereka terlalu jauh.
"Lio!"
Lio menoleh saat mendengar suara yang memanggilnya. Ia menampilkan senyum saat melihat orang tuanya. Ia pun berlari untuk menghampiri mereka.
"Pa, Ma, kangen kalian!"
Lio memeluk kedua orang tuanya untuk melepas rindu. Ia senang bisa berkumpul kembali dengan keluarganya meski harus meninggalkan mimpinya.
"Kalian apa kabar? Maaf, Lio enggak tahu apa-apa tentang keluarga kita." Lio sudah menunduk dengan ekspresi sedih.
Sejak belajar di luar negeri ia memang kehilangan kabar dari keluarganya. Masalah sekarang saja jika bukan sepupunya yang memberitahu, mungkin Lio akan terus melanjutkan pendidikan di luar negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins (BL)✓END
FanfictionBukankah setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Jika pertemuan membuatmu bahagia, lalu kenapa perpisahan terasa sangat menyakitkan? Karena sebuah kejadian di masa lalu, dia sangat takut dengan sebuah pertemuan. Lalu bagaimana jika ia bertemu dengan...