Voice 🎶🎶

144 7 0
                                    

Satu tahun kemudian.

William memutuskan untuk kembali ke negara asalnya. Jika ditanya apa karena Lio? Maka jawabannya 50% iya, 50% lagi tidak.

Sejujurnya ia masih menyimpan rasa pada orang yang sudah berstatus mantannya itu. Mungkin ia kembali juga ingin mencari tahu lagi tentang pemuda itu.

Tetapi jika ditanya ingin kembali? Maka Wiliam akan menjawab tidak. Karena ia tak ingin mengulang masa lalu yang membuatnya sakit.

Jika memang membuatnya sakit, lalu kenapa masih menyimpan rasa untuknya?

Kenyataannya menghapus cinta pertama itu lebih sulit dari saat jatuh cinta padanya.

"Selamat datang kembali, Willie!"

William tersenyum saat kedua orang tuanya merentangkan tangan untuk menyambutnya. Ia langsung memeluk kedua orang tuanya.

"Terima kasih, Mom, Dad."

"Putra Daddy akhirnya pulang setelah sekian lama!"

"Maaf, Dad. Will pernah egois dan sekarang Will ingin memperbaiki semuanya."

Daddy William mengusap kepala putranya dengan sayang. Memang sejak awal orang tua William tidak ada yang setuju anaknya melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

William adalah seorang anak tunggal. Orang tuanya hanya memilikinya. Karena itu mereka tak ingin putranya berada jauh dari mereka.

"Sudahlah, sebaiknya sekarang kita pulang dulu. Willie juga pasti lelah kan?" ajak mommy William.

William hanya mengangguk. Ia ditarik lebih dulu oleh mommy-nya. Sedangkan sang Daddy kini menarik koper milik William.

Dalam perjalanan pulang, William menceritakan semua yang ia alami saat berada jauh dari orang tuanya. Ia hanya menghilangkan bagian saat patah hati.

Tidak mungkin kan ia bercerita hal sedih kepada orang tua yang sudah lama tak ia temui.

"Suasana di sini lebih ramai ya, Mom," ujar William.

"Kamu benar, Nak. Beberapa waktu terakhir daerah sini terkenal karena ada anak muda yang sering menari dan bernyanyi. Beberapa dari mereka terlihat sangat berbakat. Gerakan juga suara mereka sangat bagus," jelas Mommy-nya.

William jadi merasa penasaran. Ia ingin melihat apa yang diceritakan orang tuanya.

"Bisa kita turun dan melihatnya sebentar, Mom?"

"Tentu saja, Nak."

"Kau masih suka bernyanyi, Will?" tanya Daddy.

"Masih, Dad. Hanya Will lakukan kadang-kadang saat senggang."

Mobil yang ditumpangi keluarga William sudah terparkir di tempat parkir mobil yang memang disediakan di sana.

William sudah turun bersama kedua orang tuanya. Mereka berjalan ke arah kerumunan orang. Sepertinya di sanalah pusat pertunjukan jalanan yang dimaksud orang tua William.

Di tengah kerumunan itu, ada Hong dan Lego yang sedang menunjukkan bakat mereka. Seperti biasa, mereka menggerakkan tubuh sesuai irama musik yang dilantunkan oleh teman-teman mereka.

Beberapa saat setelah puas menari, salah seorang teman mereka maju untuk memberi keduanya masing-masing sebuah mic. Itu tandanya mereka diminta bernyanyi. Dan dengan senang hati dua pemuda itu menurutinya.

William dan keluarganya tak bisa sampai ke depan. Kerumunan itu terlalu padat. Mereka hampir menyerah hingga indera pendengaran William menangkap suara yang sangat indah.

William menghentikan langkahnya. Ia memejamkan mata untuk bisa menikmati dua suara berbeda yang cukup indah itu.

"Will, katanya mau pulang?" tanya Daddy saat melihat putranya berhenti melangkah.

The Twins (BL)✓ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang