Satu minggu setelah acara yang diadakan kampus, membuat lima pemuda berstatus sahabat itu semakin terkenal. Mulai dari teman satu jurusan, anak satu kampus, anak jalanan yang biasa nongkrong di taman kota, hingga orang dari sebuah agensi artis pun melirik mereka.
Kehidupan lima pemuda itu pun mengalami perubahan. Seperti Nut dan Tui yang biasanya tinggal di apartemen, kini lebih sering menginap di rumah Hong atau William.
William yang enggan berkenalan dengan orang baru karena trauma rasa sakit saat ditinggalkan, kini bisa membuka hati untuk lebih banyak bicara pada orang lain. Terutama pada empat sahabatnya. Ia tak lagi menjadi orang yang tertutup seperti saat pertama ditinggalkan Lio.
Hong dan Lego? Sepertinya hanya kehidupan mereka berdua yang masih seperti biasa. Hanya bertambah teman saja.
Sekarang jika mereka berdua ingin nongkrong di taman kota, tiga sahabat mereka pasti akan mengikutinya. Mereka akan selalu berlima ke mana pun, kecuali ke rumah Lego.
Kisah Lego sudah diceritakan dengan mendetail pada tiga sahabat barunya. Hanya saja, Lego tak pernah menyebutkan nama orang tua atau saudaranya.
"Hong, hari ini menginap di rumahmu ya!" seru Tui.
"Kenapa? Rumah Will tak enak?" tanya Hong dengan menatap Tui.
Beberapa hari kemarin mereka berlima memang menginap di rumah William. Karena itu Hong bertanya.
"Nyaman kok, sama aja. Hanya ingin ganti suasana."
"Pulang ke apartemen, suasana pasti beda!" seru Nut dengan merangkul pundak Tui.
"Apartemen sepi, Nut. Biasa berlima, kalo sendiri jadi kesepian."
Yang lain tertawa mendengar Tui. Sebenarnya mereka merasakan hal yang sama. Berlima seperti sudah menjadi kebutuhan.
"Mama juga sudah menunggu kalian. Katanya kangen. Jadi nanti kalian langsung ke sana aja!"
Hong bersandar di pundak Nut dan mulai memejamkan mata. Hal ini juga seperti sudah kebiasaan. William, Lego, maupun Tui juga sering melakukan hal yang sama. Saling peluk di antara mereka sudah sering dilakukan karena rasa nyaman.
"Kau mau ke mana dulu?" tanya Nut dengan mengusap kepala yang bersandar di pundaknya.
"Nganter dia bercermin."
"Hah?"
Semua kompak bertanya? Mereka tak mengerti maksud kalimat yang Hong ucapkan.
Hong membuka mata. Ia tak lagi bersandar di pundak Nut. Ia menatap semua sahabatnya.
"Lego mau ketemu kakaknya, jadi aku mau nemenin dia. Bahaya kalo Lego dibiarin sendiri. Bisa pulang hanya nama dari kabar polisi!"
Pukk.
Lego sudah menepuk mulut Hong dengan buku yang ia pegang.
"Mulutnya! Jelek banget kalo ngomong."
"Capek, Le. Makin hari itu anak makin seenaknya. Seandainya membunuh tak berdosa, sudah kulakukan sejak pertama ku kenal dia."
Kini semua mata menatap Lego. Tentang masalah Lego, mereka bertiga memang masih memiliki batasan. Lego maupun Hong melarang mereka ikut campur. Bagaimanapun keadaannya.
"Kalian yakin tak butuh bantuan kami?" tanya William yang sebenarnya merasa khawatir pada sahabat barunya.
"Sementara ini masih enggak, Will. Aku sama Hong aja cukup. Dia juga tak akan berani macam-macam, kecuali...."
Lego diam tak melanjutkan ucapannya. Hal itu membuat empat sahabatnya menatap dengan rasa penasaran. Hingga suara Hong yang melanjutkan ucapan Lego.
"Kecuali kalo dia ingin hidup sendiri tanpa bayangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins (BL)✓END
FanfictionBukankah setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Jika pertemuan membuatmu bahagia, lalu kenapa perpisahan terasa sangat menyakitkan? Karena sebuah kejadian di masa lalu, dia sangat takut dengan sebuah pertemuan. Lalu bagaimana jika ia bertemu dengan...