Tiga bulan sudah William menempuh pendidikan di negara asalnya. Akhirnya ia memilih universitas tempat orang tuanya dulu belajar.
Ia sudah tak lagi memikirkan mantan kekasihnya. Toh mantannya sudah memiliki orang lain. Ia akan belajar move on, meski cukup sulit.
Di universitas barunya, William menjadi anak yang introvert. Ia hanya tak ingin terlibat perasaan dengan orang lain yang mungkin akan membuatnya kembali merasakan sakit hati.
Rasanya ia tak ingin berkenalan dengan orang baru saat mengingat sakitnya sebuah perpisahan. Tetapi namanya juga manusia hidup, tidak mungkin sendiri selamanya kan?
"Eh, hari ini klub musik ada acara. Yang mau ikut nyanyi meski bukan dari klub musik diijinkan. Kau minat gak?"
William menguping pembicaraan teman satu kelasnya. Ia sangat suka bernyanyi, karen itulah ia sedikit tertarik dengan topik yang mereka bicarakan.
"Pasti ada tantangannya. Tak mungkin mereka membebaskan orang luar ikut bernyanyi tanpa syarat."
"Kau benar. Katanya yang mau ikut akan langsung dikumpulkan lalu diminta bernyanyi bersama tanpa latihan. Tes kekompakan."
"Gila, kalo gak saling kenal gimana bisa kompak?"
"Nah itu dia tantangan sebenarnya."
William menghela napas panjang. Apa yang mereka bicarakan memang cukup sulit dilakukan. Dipikir secara logika pun tak mungkin beberapa orang baru akan langsung kompak dalam sekali pertemuan.
Di tempat lain masih di universitas yang sama, dua orang pemuda sedang memakan makan siangnya. Mereka adalah Hong dan Lego.
"Kemarin Lio membawa orang ke rumah."
Hong menatap sahabatnya sebelum menanggapi kalimat yang baru saja didengarnya.
"Pacar?"
Lego mengangguk. Ia mengambil gelas berisi jus miliknya dan meminumnya.
"Namanya Diamond. Orangnya tinggi dan cukup tampan."
"Pasti orang kaya!"
Lego menatap sahabatnya. "Dari mana kau tahu? Kau kenal?"
Pletak.
"Kenal dari mana coba? Setiap hari kita selalu bersama!"
Lego mengusap kepalanya setelah mendapat jitakan sayang dari Hong.
"Kali aja kan kenal gitu. Kau langsung tahu kalo dia orang kaya."
"Tipe Lio itu tampan plus kaya. Kalo biasa saja dia tak mungkin mau."
"Kau benar juga."
Mereka melanjutkan acara makannya. Saat menikmati isi piringnya, tiba-tiba Lego mendengar kabar dari meja sebelah.
"Klub musik ngadain acara untuk umum."
"Acara apa?"
"Nyanyi diiringi langsung sama anak klub musik."
"Wah seru dong. Mau ikut ah!"
"Tunggu dulu!"
"Kenapa?"
"Katanya siapapun yang mau ikut nanti akan dikumpulkan jadi satu. Lalu mereka akan bernyanyi secara bergantian tanpa latihan dulu. Lagunya juga anak klub musik yang milih."
"Gila! Kalo enggak hafal lagunya gimana? Terus bagi bait lagunya juga giman kalo tak pake latihan? Ngaco nih klub musik."
Lego menatap Hong di depannya. Hong yang kebetulan juga mendengar obrolan dua orang di meja sebelahnya kini menampilkan senyum yang sama dengan Lego.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins (BL)✓END
FanfictionBukankah setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Jika pertemuan membuatmu bahagia, lalu kenapa perpisahan terasa sangat menyakitkan? Karena sebuah kejadian di masa lalu, dia sangat takut dengan sebuah pertemuan. Lalu bagaimana jika ia bertemu dengan...