***
Xiao Zhan terus memperhatikan pergelangan tangan Wangji yang terbalut perban putih tanpa berkedip. Tiba-tiba saja ingatan akan kejadian kemarin malam di dalam kamarnya terlintas begitu saja. Seketika itu juga jantungnya berpacu dengan kencang dan wajahnya menghangat. "Jangan bilang jika yang menciumku kemarin adalah ...." Xiao Zhan menggelengkan kepala, mencoba menyangkal dugaannya.Wangji meletakkan cangkir kopi ketika mendapati Xiao Zhan menatap ke arah pergelangan tangannya yang terbalut perban. Seringaian dan tatapan setajam salju musim dingin mengarah ke arah wajah Zhan yang bersemu merah. "Kenapa wajahmu memerah? Apa yang sedang kau pikirkan?"
Xiao Zhan tersentak kaget dari pikirannya dan merasa malu karena ketahuan memandangi pergelangan tangan Wangji. "A-aku ...." Xiao Zhan ingin menggigit lidahnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan yang dilontarkan Wangji.
"Apa kau tertarik dengan ini?" tanya Wangji seraya mengangkat tangan yang terbalut perban.
Xiao Zhan terkejut mendengar ucapan Wangji. Sontak ia berdiri dengan tiba-tiba hingga membuat kursi yang diduduki hampir terbalik. "A-aku, aku---'
"Aku? Aku apa?" Wangji ikut berdiri dan melangkah mendekat.
Kaki Xiao Zhan bergerak mundur sampai dirinya terpojok di meja counter dapur. "Tu-Tuan ...."
Para pelayan dan koki segera memalingkan wajah karena ketakutan. Mereka berpikir bahwa Wangji akan memarahi Xiao Zhan.
Wangji berdiri cukup dekat, hingga Zhan dapat mencium aroma kopi yang sedap. Tanpa sadar ia menelan ludah dengan susah payah.
"Apa kau penasaran dengan benda ini?" tanya Wangji dengan suara pelan dan berat.
Xiao Zhan menggelengkan kepala dengan cepat, detik kemudian mengangguk beberapa kali.
"Hmm, yang benar yang mana, Bocah?"
"A-a-apa ... ehem, a-apa tangan Anda terluka?"
Kilasan senyum mengintai di sudut bibir Wangji sewaktu menunduk menatap Xiao Zhan. "Bisa dibilang begitu. Ada nyamuk nakal yang menggigitku."
Kedua tangan Zhan mengepal di kedua sisi tubuhnya. Ucapan bernada sindiran itu hampir meyakinkan Xiao Zhan bahwa pria yang menciumnya kemarin malam adalah Wangji. "Nya-nyamuk?"
Wangji mendekatkan wajah, lalu berbisik di telinga Zhan. "Ya, nyamuk. Kau tahu nyamuk yang bersuara nging, nging, 'kan?"
Xiao Zhan mengerjapkan manik hazelnya beberapa kali sebelum ia menyemburkan tawa keras.
"Hahahahaha!"
Wangji menarik kepala ke belakang, sebelah alisnya terangkat ke atas. "Kenapa kau tertawa? Apa ada yang lucu?"
Xiao Zhan masih tertawa terbahak, dan itu mengundang rasa penasaran dari para pelayan dan koki yang masih berada di ruangan dapur.
Sedangkan Wangji terlihat bingung. Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah ucapannya ada yang lucu? "Hei, berhentilah tertawa, Bocah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Belonged To The Three Mafias
FanfictionBermula dari Xiao Ming, ayah Xiao Zhan, yang bekerja sebagai penjaga hewan di rumah keluarga mafia. Dia mengalami kecelakaan, dan mengharuskannya beristirahat sampai lukanya sembuh total. Xiao Zhan akhirnya dengan terpaksa menerima permintaan dari...