Setelah bel pulang berbunyi, Noval langsung melenggang masuk ke dalam kelas Devon, mendekatinya yang sedang memasukkan barang ke dalam tas.
“Dev, ikut gue yuk. Gue mau ke tempat Alter, ada urusan penting yang harus dibahas" kata Noval dengan senyum penuh arti.
Devon, terlihat ragu. "Eum... Urusan apa? Penting banget?" tanyanya.
Noval mengangguk cepat. "Penting banget-banget pokoknya mah. Ikut ya?"
Devon berpikir. Terlihat enggan menerima ajakan Noval, karena bagaimanapun dia selalu berangkat dan pulang bersama Arson.
Melihat Devon yang tampak ragu, Noval menyela, "Udah sih gausah kebangakan mikir, ayo ikut aja!" bujuknya.
Meskipun masih dengan keraguannya, tapi akhirnya Devon mengangguk. "Yaudah, ayo" katanya. Dia mengikuti langkah Noval dengan tangan yang fokus mengirim deretan chat pada Arson, merayu pacarnya itu supaya dia tidak dilarang pergi main dengan Noval.
Noval dan Devon berjalan beriringan di sepanjang koridor. Beberapa menit lalu bel pulang sekolah baru saja berbunyi, dan kebanyakan murid sudah hilang meninggalkan lingkungan sekolah, membuat keadaanya mulai sepi.
Mereka berdua melangkah dengan santai, meskipun dilingkupi oleh rasa canggung. Noval diam-diam mencuri pandang pada Devon melalui ekor matanya, memperhatikan Devon yang masih sibuk mengetik sesuatu di ponsel. Dia tidak tau pasti, kapan perasaan menganggu ini mulai muncul diantara mereka. Noval rindu saat mereka kerap bergurau santai, apa trauma mental yang Devon dapat selama dua bulan terakhir membuat hubungan pertemanan mereka juga perlahan merenggang?
Mengingat ketidakbecusannya sebagai teman Devon, Noval kembali merutuki diri. Dia memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain. Memfokuskan atensi pada suara langkah mereka berdua yang bergema keras memenuhi koridor.
Mereka menuju parkiran, di mana Yasa sudah menunggu di atas motornya. Bisa dilihat dari kejauhan, dia melambaikan tangan, memberikan sinyal kalau dia sudah siap untuk pergi. Di sampingnya, ada motor Noval yang diparkir dengan rapi. Hari ini, Noval membawa motor sendiri, jadi Devon otomatis ikut membonceng dengannya.
“Yas, langsung ke alter ya,” kata Noval sambil memasang helm. Devon mengikuti naik ke atas motor ketika Noval sudah siap.
Perjalanan menuju tempat Alter tidak memakan waktu lama. Hanya sepuluh menit berkendara melalui jalan-jalan yang sudah mereka hafal luar kepala. Motor yang Noval kendarai berhenti saat mereka telah sampai di tujuan.
Tidak ada bangunan rumah yang nyaman seperti milik Sinister, juga tidak ada bangunan tua seperti markas Astral. Tempat Alter hanyalah lapangan kosong yang sudah ditumbuhi oleh banyak ilalang-ilalang liar. Di tengah lapangan, terdapat sebuah pohon mangga besar, dengan cabang-cabang yang rimbun memberikan keteduhan pada bangku panjang dibawahnya.
“Ayo sini!” gumam Noval sambil melepaskan helmnya. Devon hanya diam, tidak bereaksi apapun.
"Ini...dimana?" tanya Devon bingung. Matanya mengedar pada sekitar.
Noval mengernyit, menatap Devon dengan mata terkejut. "Ngomong apa sih? Ini kan tempat biasa kita ngumpul, tempat Alter"
"Oh iya..." cicit Devon sangat pelan.
Noval yang masih dapat mendengarnya, memandang aneh ke arah Devon. Menganggap ada yang salah dengan kepala bocah itu, mungkin terbentur atau terpukul sangat keras hingga membuatnya menjadi linglung. Tanpa mengetahui, bahwa itu sebagian kecil efek yang ditimbulkan dari trauma yang Devon alami.
"Kenapa diem disini?" Suara lain mengintrupsi keduanya dari arah belakang, membuat mereka refleks menoleh, menatap Yasa sebagai pelaku utama. "Ayo, kesana!" Yasa merangkul dua orang bertubuh kecil itu dan menggiring mereka menuju tempat anggota Alter yang lainnya berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Innocence [END]
Teen FictionSinister Series : 2 Sebelum membaca cerita ini, disarankan untuk melihat bio di profil lebih dulu!! Devon Abimana, ketua dari geng Alter, bertemu dengan Arson Juliard, yang merupakan anggota geng musuh. Arson yang saat itu tergerak membantu Devon me...