Bab 4

161 34 8
                                        

HARGAI KARYA PENULIS DENGAN MEMBERIKAN VOTE DAN KOMEN KALIAN. SATU VOTE DAN KOMEN SANGAT BERARTI BUAT LARA.

*

*

*

*

-•☆✿☆•-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-•☆✿☆•-

Pagi ini, lebih tepatnya jam 8 pagi, mereka semua kini tengah sarapan bersama di meja makan minus Jeno. Mengapa Jeno tidak ikut sarapan? Jawabnya karena Jeno telah berangkat untuk kuliah pagi tadi, katanya hari ini ia memiliki kelas pagi. Lagipula, mau Jeno kuliah pagi ataupun tidak, dia tidak akan mau jika diajak untuk sarapan bersama.  Jangankan sarapan bersama, mengobrol bersama merey saja bisa dihitung dengan jari. Sehingga seringkali mereka merasa kalau Jeno itu sangat tertutup pada mereka. Bagi mereka, Jeno itu sangatlah misterius.

“Nama panggilanmu sebenarnya Hans, kan?”  Renjun berdehem pelan menjawab pertanyaan yang Chenle lontarkan padanya.

Chenle membulatkan matanya dengan mulut yang sedikit menganga. Mereka yang ada di meja makan memandang aneh Chenle yang mana seketika membuat Chenle meringis malu.

“Serius Lo? Sial. Ini aneh sekali.” Chenle kembali berujar heboh.

Renjun menelan makanan yang dikunyahnya. Raut wajahnya menjadi serius, “Ini lebih aneh dari itu, karena gue punya nama belakang yang sama dengannya. Gue Renjun Hans Jayendra.”

Brak!

Mark mengebrak meja makan lantaran terkejut, beruntung makanan yang ada di atas meja tidak ada yang jatuh ke lantai, salah kan saja tangan Mark yang selalu reflek itu. Mereka hanya memakluminya, mereka juga sama-sama terkejut.

“Kamu pasti bercanda.” ucap Mark tak percaya.

Dirinya mulai bertanya-tanya, apakah Renjun adalah keluarga Jeno? Tapi mengingat sifat dan perilaku mereka selama ini membuatnya tak yakin jika Jeno dan Renjun memiliki hubungan darah. Lihat saja, Renjun itu emosian dan Jeno pendiam, tidak ada kesamaan bukan? Jika diibaratkan, Jeno dan Renjun itu bagaikan kutub Utara dan juga kutub selatan.

“ Apakah Lo itu kembarannya dari dunia paralel?? Siapa yang ingin dapetin kembali tubuh lamamu?”

Mereka semua saling lirik dan kemudian memutar bolamatanya malas mendengar pertanyaan tak masuk akal yang Jisung lontarkan.

“Itu nggak mungkin. Hanya ada satu marga Hans Jayendra di sini,” bantah Haechan membuat Jisung mendengus kesal.

“Kamu berbicara omong kosong,” ujar Renjun membuat Jisung mempoutkan bibirnya, yang mana membuat yang lain menatap gemas ke arah Jisung. Bukannya mereka alay, hanya saja ekspresi yang baru Jisung tampilkan itu sangatlah langka. Mereka tak menyangka, bahwa dibalik ucapan Jisung yang pedas, ternyata dia memiliki sisi yang sangat imut.

7 Bayangan Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang