Bab 7

65 7 0
                                    

HARGAI KARYA PENULIS DENGAN MEMBERIKAN VOTE DAN KOMEN KALIAN. SATU VOTE DAN KOMEN SANGAT BERARTI BUAT LARA.

*

*

*

*

-•☆✿☆•-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-•☆✿☆•-

Pukul 8 malam, Renjun, Chenle, dan Haechan kini tengah duduk DJ ruang tengah. Mereka telah duduk di sana sekitar 10 menit yang lalu, tepatnya setelah Haechan selesai berkencan dengan Yeri. Mereka juga sudah menghapus semua bukti tentang kencan Haechan hari ini. Bisa kalian tebak, bukan?

Berbeda dengan mereka yang duduk santai sembari berbincang-bincang kecil, Mark, Jisung, dan Jaemin lebih memilih pergi ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Bukan karena hanya lelah mempersiapkan tempat untuk kencan Haechan, tetapi mereka juga lelah dengan segala tugas kuliahnya.

“Lihat, Chan? Lo berhasil makan dengannya tanpa earphone Lo. Selanjutnya, Lo akan bisa melakukan lebih banyak lagi, teman,” ujar Chenle tersenyum bangga.

“Iya, biar gue fokus bertahan untuk makan dulu. Terima kasih banyak, teman-teman.”

Chenle dan Renjun mengangguk. “Haechan, Lo harus mengundangnya ke tempat kita lagi,” usul Renjun.

“Apa maksud Lo mengundang? Siapa yang Lo undang?” celetuk Jeno tengah duduk anteng di kursi kosong dekat mereka.

Jeno menatap mereka penuh curiga, membuat mereka meneguk ludahnya kasar.

Renjun tersenyum kikuk. “Oh, gue ingin pergi ke taman dekat kota. Haechan sering kesana. Gue mau dia mengajak gue kesana,” ujarnya berdusta yang mendapat persetujuan dari Haechan dan juga Chenle.

Jeno hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seolah percaya, namun jauh di lubuk hatinya, ia masih menaruh kecurigaan yang cukup besar terhadap mereka. Jangan mencoba untuk membohongi Jeno. Di tengah keadaan yang tengah canggung, suara dering telepon membuat Chenle, Haechan dan Renjun tanpa sadar bernapas lega.

“Permisi dulu ya,” Renjun berjalan menjauh dari mereka untuk mengangkat panggilan telepon dari handphonenya.

“Halo ayah.” ucapnya setelah telepon tersambung.

-•☆✿☆•-

Pagi ini, Jeno tidak memiliki jadwal kuliah pagi sehingga ia memutuskan untuk duduk bersantai di teras rumah sembari membaca sebuah novel.

7 Bayangan Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang