Aku dan Rani berdiri di depan gerbang sekolah untuk menunggu angkutan kota yang lewat. Kosong, adalah isi pikiranku saat ini.
"Anala Naladhipa, punya crush namanya Ganesh Akhilendra. Asal lo tau, Ganesh udah punya pacar. Pacarnya jauh lebih cantik dari lo. Lo sama aja kayak Rani, nggak cantik, hobinya nyusahin. Ganesh juga pasti nggak mau punya cewek modelan lo."
Kalimat yang Tama ucapkan kurang dari dua puluh menit yang lalu, berhasil membuatku termenung. Dalam pikiranku saat ini hanya tebersit sebuah pemikiran yang sudah lama tidak mampir semenjak aku menyukai Ganesh.
Insecure, dirinya datang kembali dengan diantarkan seorang lelaki atas nama Diratama Akandra. Bodohnya, aku kembali menerima masuk tamu tak diundang itu, tapi bukan jelangkung.
"Na, Nala, jangan ngelamun. Itu angkutan kotanya udah dateng. Ayo, katanya mau ke apotek?"
"Eh? Iya Ran, ayo, ayo."
"Turun di mana, Kak?" tanya sopir angkot.
"Apotek Obat Hati ya, Pak," jawab Rani.
"Siap, Kak!"
𖹭𖹭𖹭𖹭𖹭
Di dalam angkot, masih saja pikiran itu memenuhi kepalaku. Mama benar, pelajar SMA sepertiku seharusnya memang fokus untuk belajar. Alih-alih belajar, setiap hari niatku ke sekolah yang paling utama adalah bertemu Ganesh. Aku kembali mengingat apa yang dikatakan Bunda setiap aku hendak berangkat sekolah.
"Fokus dan tunjukkan prestasimu, Na, jangan sampai karena cinta buat nilaimu turun."
"Bun, Na salah, seharusnya Na tetap fokus sama pembelajaran sekolah meskipun Na lagi jatuh cinta," batinku.
Lamunan ini dibuyarkan dengan notifikasi handphone milikku. Chat dari Ganesh, rupanya.
"Siapa, Na?" tanya Rani.
"Ganesh," balasku singkat.
"Kok nggak kamu balas?"
"Nggak penting, 'kan?"
"Na, kamu masih kepikiran sama omongan Tama tadi, ya? Tama bisa aja bohong, Na, kamu juga belum dapat bukti kalau Ganesh udah punya pacar."
"Tapi kamu pernah bilang kalau Ganesh udah punya crush, Ran, siapa tau memang saat ini mereka berdua udah jadian, kan?"
"Jangan cepat menyimpulkan, Na, itu buktinya Ganesh masih chat kamu?"
"Dia chat aku bukan karena dia nggak punya pacar, tapi emang dasarnya Ganesh itu friendly, Ran."
"Aku tenggelam dalam lautan fakta. Setidaknya coba kamu bales dulu chat-nya Ganesh, siapa tau dia tanya tentang pelajaran?"
"Dia bisa tanya ke temen yang lain, Na, di kelas kita siswanya nggak cuma aku kan?"
"Na, baca dulu chat-nya gih,"
"Huft! Demi kamu ya, Ran."
"Besok pulang sekolah, Ganesh pengen ketemuan sama aku."
"Kamu terima?"
"Iya, aku penasaran dia mau ngomongin apa."
"Jangan-jangan dia mau nembak kamu, Na?"
"Ran, stop, jangan buat aku berharap lagi sama Ganesh.
"Kan nggak ada yang tau, Na, bisa aja selama ini Ganesh deket sama kamu karena dia suka kamu. Terus soal isu dia yang udah punya crush, siapa tau crush-nya Ganesh itu kamu! Selama ini juga Ganesh jarang deket sama cewek manapun selain kamu, terus dia juga cerita ke kamu kan, kalau belum pernah suka sama orang?"
"Ran, nanti di apotek aku mau beli obat juga deh."
"Ada apa, Na?"
"Kepalaku jadi pusing mikirin Ganesh!"
"Tapi kalau dipikir-pikir, teoriku ada benernya kan, Na?"
"Nggak salah sih, Ran, tapi nggak bisa langsung disimpulin gitu aja," kataku menyanggah pendapat Rani.
𖹭𖹭𖹭𖹭𖹭
"Kak, udah sampai ini di apoteknya," ucap sopir angkot.
"Oh iya, Pak, ini uangnya. Terima kasih ya!" balas Rani.
"Ayo, Na!"
Aku dan Rani turun dari angkot tepat di depan Apotek Obat Hati.
"Langsung beli obatnya ya, Ran, terus kita pulang."
"Na, tunggu bentar," ucap Rani menahan tanganku.
"Itu, bukannya Ganesh? Kok sama cewek?" tanya Rani memastikan.
"Tuh kan, aku bilang juga apa, Ran? Ganesh itu punya crush dan mereka berdua udah jadian."
"Bisa aja itu adiknya, kan?"
"Ran, jangan terlalu positive thinking, ya? Udah, besok aku langsung tanya ke orangnya aja. Tapi, aku yakin itu pacarnya Ganesh, Ran."
"Kalau cewek itu betulan pacarnya Ganesh, kamu sakit hati nggak, Na?"
"Aku mau sakit hati juga rasanya percuma, Ran. Sakit hatiku nggak bisa buat Ganesh suka balik ke aku. Aku nggak apa-apa, selagi dia lebih bahagia sama pacarnya aku tetep dukung dia kok! By the way, apa yang diomongin Tama ternyata bener, ceweknya Ganesh cantik, positive vibes juga. Berbanding terbalik sama aku."
"Na, kamu insecure lagi," ucap Rani lirih.
"Nggak kok, memang kenyataannya seperti itu. Ternyata selama ini aku yang baperan karena sikap Ganesh. Dia friendly dan bodohnya aku kira aku spesial di matanya."
"Udah yuk, Na," ajak Rani masuk ke dalam apotek.
"Dia memang baik, Ran, tapi kenapa harus ngasih mixed feelings ke aku? Kenapa dia bersikap selalu perhatian dan peka saat di dekatku, padahal ada yang lebih dekat daripada aku? Kenapa dia selalu meluangkan waktunya untuk sekedar membalas curhatanku yang tidak penting bagi kehidupannya? Kenapa juga dia selalu membagikan cerita hidupnya di saat orang lain, bahkan teman dekatnya sendiri pun tidak tau dengan cerita itu? Tapi di satu sisi, kenapa dia seperti tidak mengenaliku saat di hadapan umum? Sikapnya selalu berubah lah yang buat aku bingung sendiri, Ran. Dia ini sebenernya bener-bener peduli sama aku apa cuma kasian sama aku? I love him, but I let him go, so that he can be happy with his choice, Ran," tak terasa air mata mengalir begitu derasnya saat aku mengucapkan kata-kata itu.
♪Aku ingin kau sadari
Cintamu bukanlah dia
Dengar laraku
Suara hati ini memanggil namamu
Kar'na separuh aku, dirimu♪Lagu ini yang pertama kali terputar dalam otakku ketika melihat kejadian itu.
"I love him, Ran, I really do. It hurts to see him with another girl. But for his happiness, I'm willing," kalimat ini aku katakan sesaat setelah Ganesh memakaikan helm kepada perempuan di dekatnya.
To be continued...
𓇢𓆸
Pemilik akun whoopschn mengucapkan banyak terima kasih untuk chensbae yang telah meluangkan waktu untuk membaca bagian keempat ini.
Semoga pemilik akun ini bisa konsisten dalam menulis bab-bab selanjutnya. Selalu dukung whoopschn dengan vote dan comment, ya!
Warm regards,
Whoopschn🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
A Shoulder to Lean On [SEGERA TERBIT]
Novela JuvenilHidup ini memang berat, apalagi ketika memasuki fase jatuh cinta. Untungnya, Anala Naladhipa mempunyai seseorang yang siap menjadi sandaran baginya jika dia sedang tidak baik-baik saja. Namun, seperti yang orang lain katakan, tidak ada kata perteman...