7.Ultah

160 19 2
                                    

Di atas Nakas berdiri Kalender kecil dengan bulatan merah sempurna pada tanggal 11 Januari.

Tanggal yang selalu penuh harapan dan ekspetasi.

Tapi berulang pula rasa putus asa
Dan patah arang setelah nya.

Seorang anak yang dengan 1
Permintaan kecil tapi tak pernah sekali pun di kabulkan.

Begitu sakit rasanya....

Dengan mata sayu
Sing menatap kalender itu.
Tanggal yang setiap tahun dia tandai dengan spidol merah.

Berharap orang terkasih
mengingat nya....

Namun nyatanya
Harapan kosong.







Pada malam 11 Januari
Hampir satu tahun yang
Lalu....

Memori nya masih jelas merekam ingatan.
Saat sing terbangun
Dari mimpi buruk di tidurnya.

Mendengar suara sayup dari luar kamar.
Mengintip dari balik pintu yang di buka sedikit.

Terlihat mama nya yang duduk si sofa ruang tengah.
Bersama mbak Uti.

Mama nya pulang.

Sing senang sekali saat itu.
Ia yakin karna mengingat hari kelahiran nya..

Mama pulang ke rumah.

Ingin ia berlari memeluk sosok yang melahirkan nya itu..
Setelah hampir 1 minggu tidak bertemu.

Mama yang sangat sibuk..
Yang harus mengurus 2 Toko furnitur peninggalan Papa nya.

Serta 1 Toko lagi yang berada diluar daerah..
Mama nya semakin tak pernah ada waktu di rumah.

Namun langkah nya seakan berat,
Niat ingin memeluk ia abaikan.
kala
Mendengar mama yang menangis terisak

"tolong ya mbak... Tolong urus Singie"

Terdengar sangat pilu suara itu.

"Semakin besar anak itu, semakin mirip wajah nya.... "

"Aku gak kuat mbak huuuu... " Tangis mamanya meluluh lantahkan pertahanan sing malam itu.

Sing ikut menangis dibalik pintu,kedua telapak tangannya menutup wajah yang sudah basah.

"Ya buk... Nak singie mirip sekali ayahnya" Mbak Uti terdengar ikut sesegukan menangis.

"Melihat nya.. Selalu mengingatkan ku pada almarhum bapak, mbak....."
Mama sing mengusap dadanya yang sesak,terdengat tangisan sesegukan yang menyayat.

Cinta yang dia punya untuk suaminya begitu besar.
Kematian mendadak dan begitu tiba-tiba membuat mama sing sangat syok dan tak percaya.

Karena itulah ia selalu menyibukkan diri mencari materi.

Berharap sing bahagia dengan semua harta yang di hasilkan nya.

Sungguh...
Mamanya tidak mau kalo Singie kekurangan seperti mereka di awal menikah dulu.

Di acuhkan...
Dan di rendahkan.
Di hina bahkan oleh keluarga mereka sendiri.

Setelah perjuangan dan pernikahan yang berjalan hampir 5 thn hadirlah Jagoan kecil mereka.
Menambah kebahagiaan paripurna yang sudah lama mereka tunggu.

Namun setelah hampir semua di dapat.
Suaminya pergi begitu cepat.

Hancur...
Itu yang dirasakan mamanya.

"Nak Singie udah kayak anak ku,
Ibuk nggak usah khawatir"
Percakapan mbak Uti yang terakhir itu yang didengar Singie.

Merasa tak kuat lagi mendengar tangisan pilu orang terkasih nya,sing cepat menutup pintu.

Relationship Brothers(Zaysing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang