14.Posesif 2

327 30 2
                                    


Di sebuah ruang makan pada meja Jati panjang, yang satu di pojok paling kanan dan yang satu lagi paling kiri. ke dua anak remaja yang sudah lama bersitegang menikmati sarapan mereka pagi ini, beberapa lapis tawar dan pilihan toping tersedia di atas meja.
Bisa dibilang tidak sepenuhnya menikmati, jika harus mengisi perut tapi di hadapan seseorang yang paling menyebalkan seumur hidup.

Tapi ini untuk pertama kali Sing melakukan nya...
Meski kini Leo satu rumah dengannya dia tidak pernah makan satu meja dengan sepupunya ini.
Dia lebih memilih makan di kamar nya atau di tempat lain,pagi ini sebuah kebetulan yang di sengaja.

"Sebaiknya kau tak perlu melakukan nya lagi... " Sing membuka percakapan dengan mulut yang masih mengunyah
"Tapi...Aku akan bilang terimakasih karena kau sudah baik"

Senyum Leo terlihat sinis, dia paham arah perbincangan pagi ini. Bahkan sejak awal Sing mendatangi meja ikut duduk dan makan sambil berhadapan.
Sebuah peringatan yang di tujukan padanya, dia sudah menduganya.

"Aku baik karena aku ingin berbuat baik.... "

Cisss sing berdecak sedikit mengejek, setelah beberapa waktu perselisihan mereka. Bagaimana bisa ucapan nya di percaya.

"Jangan menyulitkan zayyan.. Dia akan merasa berhutang budi padamu" Tegas Sing lagi, dia hapal sekali karakter sahabat nya itu. Anak polos dengan semua ketulusannya, dia akan memberikan apapun yang dia punya kepada orang yang bahkan hanya memberikan setitik kebaikan untuk nya.

"Lantas apa masalah nya dengan mu jika Zayyan ingin membalas kebaikan ku..? "
Ada sedikit gusar yang Leo rasakan karena Sing yang terlalu men dikte Zayyan.
Jika kemarin dia rela di hukum menggantikan zayyan , itu karena dia merasa tidak tega. Mungkin apa yang Sing rasakan sama dengan nya, Zayyan anak yang terlalu baik Leo hanya mau menolong.

"Kau... Kau bisa mencari teman yang lain, asal bukan Zayyan"
Ucapan Sing kali ini penuh penekanan,Netra nya menghujam seakan menunjukkan sebuah ancaman tanpa bantahan.

Leo mendesah menarik senyum nya..
Zayyan sahabat Sing bahkan hampir satu sekolah tau kisah mereka.
Jika mereka sangat dekat sebagai dua anak manusia yang saling berbagi banyak hal, tapi Leo menilai nya berbeda.
Sikap Posesif Sing yang kelewat kentara apa bisa masih di sebut sekedar sahabat?

Salah satu pertanyaan Leo sejak mengenal Zayyan, Lelaki lembut dengan mimik wajah cerianya.
Sing seperti lebih ter obsesi memiliki ketimbang hanya menjadi sahabat. Entahlah..... Leo hanya menerka karena bisa saja salah.

"Kita serahkan saja pada Zayyan..
Bukan aku atau kau yang memutuskan" Leo mengakhiri acara sarapan nya dan meninggal kan Sing yang menatap kepergian nya dengan rasa tidak Terima.


























Pagi sekali zayyan sudah bangun, selain biasa membantu ibunya membereskan rumah. Dia juga mempersiapkan kebutuhan sekolah nya sendiri.
Ibunya yang mencari nafkah dengan berjulan berbagai jenis makanan harus sudah bangun di saat hari masih gelap di Toko kue nya.

Namun semalam zayyan menyempatkan minta tolong Ibu nya untuk membuat kan Nasi kari, dia ingin membawa nya ke sekolah.

Ibunya yang terbaik hampir di setiap masakan.
Hari selasa ini termasuk hari terpanjang di sekolah ibunya mengerti anak nya lebih suka membawa bekal makan siang dari pada jajan di kantin sekolah.

Tiga kotak bekal di siapakan..
Kenapa bisa tiga, karena yang dua nya akan zayyan berikan kepada Leo dan Sing.
Apa boleh buat, ini bisa jadi penebusan dosa kecerobohan nya.

Juga permintaan maaf mungkin, setidaknya dengan ini rasa Bersalah Zayyan berkurang karena kemarin pagi ke dua ber saudara itu harus berjemur di tengah lapangan karena dirinya.

Relationship Brothers(Zaysing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang