Lagi pengen dengerin lagu ini aja😁
🐾Happy Reading🐾
Mata bulat milik Salma Sofia, menyorot sendu kerta-kertas di hadapannya. Terlihat putus asa, seolah sudah lenyap semangatnya untuk melanjutkan skripsinya. Memang bener-benar ujian di akhir semester ini, bukan hanya ilmu yang diuji. Tetapi juga mental, kesabaran dan pikirannya terkuras habis. Tubuhnya semakin hari semakin layu, sebab makannya yang tidak teratur."Huwaaaaaa dosen jelek, jelek, jelek. So cool, gak berprikemahasiswaan. Kesel gue lama-lama sama tuh dosen. Kenapa juga harus dapet dospem modelan tiang listrik kaya dia." Rengeknya tak henti-henti sejak tadi, entah sadar atau tidah, setiap penghuni kantin yang melewati mejanya menatap aneh, juga terkikik geli. Bisa-bisanya seorang mahasiswa mengata-ngatai dosennya sendiri secara terang-terangan.
"Ini yang buat kamu kesulitan Sal, ngata-ngatain dosen sendiri bikin kamu kehilangan keberkahan ilmu." Ucap Lathifah.
"Masalahnya, dosen kaya dia tuh gak bisa dibaik-baikin. Ntar ngelunjak."
"Sikap kita terhadap guru tuh mempengaruhi keberkahan ilmu yang kita punya tau. Karena pada dasarnya setiap ilmu yang kita dapet, bakal bermanfaat kalo kita memuliakan orang yang udah ngasih kita ilmu. Coba kamu inget-inget mata pelajaran apa yang menurut kamu paling sulit."
Salma nampak berpikir, sekiranya pelajaran apa yang dirasa sangat sulit masuk ke dalam otaknya.
"Kalo waktu SMP kayaknya PKN, karena gurunya nyebelin, marah-marah mulu. Terus kalo SMA itu pelajaran IPA, gurunya bosenin, bikin gue ngantuk, terus cuman ngedepanin murid-murid yang pinter doang, yang otaknya di bawah rata-rata kayak gue mah lewat aja."
"Terus, pelajaran kesukaan kamu apa?"
"Emmmm, yang pertama itu bahasa Inggris, terus Kesenian, Matematika, dan yang terakhir PAI. Udah cuman segitu kayaknya."
"Karena apa kamu suka mata pelajaran itu?"
"Gurunya humble, asik, perhatian, bikin nyaman, sabar dan gak bosenin. Yang terpenting gak suka marah-marah."
"Nah kan, jadi bisa diambil kesimpulannya, hal yang harus kita mulai adalah sukai gurunya, soal pelajaran bakal ngikutin."
"Tapi masalahnya dospem itu bukan type gue banget Fah, gue gak suka yang galak-galak, ketus, judes kaya dia. Gue sukanya yang soft spoken, mukanya yang adem diliat, ramah, uhhh idaman banget deh."
"Memang yang paling bener kamu diem aja Fah, gak ada faedah ngomong sama ni bocah. Otaknya rada-rada." Timpal Kia yang baru datang dengan membawa semangkok mie ayam, juga segelas jus alpukat.
"Apaan sih lo, nyamber mulu. Kagak ada yang ngajak juga."
"Fah, gimana nih. Kayaknya kita butuh orang untuk nyanyi di café kita deh, biar gak sepi-sepi banget. Lebih menarik juga kalo ada orangnya lansung dibanding lewat playlist." Ucap Kia, mengganti topik pembicaraan yang lebih bermanfaat.
"Ya udah nanti kita bikin broadcast, terus kita share di sosial media. Siapa tau ada yang berminat." Saran Lathifah.
"Ah, masalah itu mah gampang. Kagak usah repot-repot nyebarin begituan, gue punya kenalan yang bisa ngisi di café kita. Kalian semua tenang aja okeyyy." Ucap Salma meyakinkan. Dalam hatinya seorang Salma Sofia bersorak gembira, akhirnya dia bisa mendapatkan alasan untuk modus.
✨✨✨
Ketukan pintu terdengar keras di luar sana, membuat resah ibu dan putri kecil yang kini berasa di ruang tengah. Tak ada siapa-siapa di rumah ini selain mereka berdua, anak sulungnya yang belum juga pulang sejak dua hari kemarin. Suaminya pun masih dinas di luar kota.
"HANAN.... BUKA PINTUNYA. SAYA TAU KAMU ADA DI DALAM, JANGAN BUAT SAYA BERTINDAK LEBIH!!!" teriak pria itu sambil mengetuk pintu dengan kasar.
Mendengar itu, Hanan langsung membawa putri kecilnya ke dalam pelukan, menutup kedua telinga putrinya agar tidak mendengar perkataan kasar pria itu.
"Mbuu telinga Lulu takit, lagian ciapa cih yang teliak-teliak belisik banget, kan gak copan di lumah olang." Ucap anak kecil berusia 4 tahun itu.
"Sssstt Lulu ke kamar ya, kunci kamarnya dan jangan keluar sebelum ibu. Ini ponsel Ibu, Lulu mainnya di dalem aja ya sayang."
Hanan pun segera mengunci pintu kamar dan bersiap untuk menemui mantan suaminya itu. Cukup heran, sudah hilangkah rasa malu lelaki itu. Sudah lari dari tanggung jawab, tetapi masih seenaknya mengganggu kedamaian dirinya dan ana-anak.
Sementara Lulu yang berada di dalam kamar menatap bingung ponsel di tangannya. Tak tau mesti diapakan. Akhirnya ia pun meletakkan ponselnya di atas nakas, dan ia pun memilih mengeluarkan mainannya yang terdapat dalam box di pojok ruangan. Baru akan melangkah, tetapi ia tahan ketika mendengar ponsel ibunya berbunyi. Tertera nama putri sulungnya di layar ponsel, karena Lulu yang belum bisa membaca, Lulu pun hanya menekan asal tombol, dan ternyata panggilan pun terhubung dengan kakak perempuannya.
"Assalamu'alaikum, haloo Buu, Ibu. Mba mau pulang, Ibu ada yang mau dibeli gak? Biar sekalian Mba beliin."
"Ini Mba ya?" Tanya anak kecil itu.
"Lulu, Ibu kemana? Kok yang jawab panggilan Mba, kamu?" tanya Lathifah heran.
"Ibu lagi ada tamu Mba."
"Siapa?"
"Ndak tau, olangnya kayak malah-malah gitu sambil pukul-pukulin pintu kelas banet. Cakit telinga Lulu dengelnya."
"Lulu, dengerin Mba." Kata Lathifah yang diangguki oleh adiknya.
"Lulu jangan samperin Ibu, sebelum Mba dateng. Oke sayang?"
"Ay ay kapten Mbaa." Seru Lulu begitu lugu.
✨✨✨
Lathifah begitu tergesa-gesa menyusuri lorong kampus, hatinya tak tenang ketika tahu pria itu lagi-lagi muncul mengusik ketenangannya. Dia tak bisa tinggal diam, mengingat sang ibu hanya berdua di rumah dengan adinya, karena setahu Lathifah ayah sambungnya sedang pergi ke luar kota. Sangking terburu-burunya, ia sampai tak sadar melangkahi dua anak tangga.
Suara benturan pun terdengar cukup keras, buku-buku yang ia bawa berjatuhan, kertas-kertas yang tadinya sudah tersusun rapih berserakan di lantai. Lathifah terjatuh dari tangga, untungnya tinggal dua anak tangga terakhir ia sampai di lantai bawah. Ia pun berusaha untuk bangun, memeriksa keadaan kaki yang sepertinya terkilir. Bersamaan dengan itu, sepasang kaki menghampiri dan berdiri tepat di depannya.
Lathifah yang melihat orang yang kini berada di hadapannya dengan tatapan sulit diartikan.
"Ada yang perlu dibantu?" tanya orang itu, yang hanya mendapatkan respon jengah dari Lathifah.
🐾To Be Continue🐾
Don't Forget
Vote, Comment, and Share
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Rasa Milik Kita (SEGERA TERBIT)
Romance"𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐧𝐲𝐚. 𝐓𝐚𝐩𝐢, 𝐚𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐢𝐭𝐮 𝐝𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧𝐧𝐲𝐚?" Begitu sekiranya pertanyaan yang ada dalam benak Lathifa Putri Anindita. Selalu mempertany...