✨Nostalgia 3✨

10 5 0
                                    




🐾Happy Reading🐾


Sepulang sekolah, Lathifah mampir terlebih dahulu ke toko kue sang ibu. Sudah menjadi kebiasaan ia sebenarnya, selalu membantu sang ibu melayani pembeli. Sekedar mengambilkan pesanan-pesanan yang ibunya minta untuk diberikan kepada pembeli.

Namun, untuk sekarang, sepertinya pekerjaan Lathifah akan bertambah. Bukan hanya membantu di dalam toko, tapi ia juga harus mengantarkan pesanan ke rumah-rumah. Tidak sendiri, ia ditemani Pak Aryo selaku driver di toko ibunya.

"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabrokaatuh, Buuu."

"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh, eh anak Ibu sudah datang."

"Udah dong, gimana Bu, ada yang bisa aku kerjain gak?

"Kerjaan mah banyak, Nak. Tapi kamu ganti baju sama makan dulu, rantangnya ibu simpen di meja depan dapur."

"Aku ganti baju aja deh Bu, masih kenyang soalnya. Habis anter satu pesanan keu janji deh aku makan."

"Ya udah kalo gitu, ganti baju dulu gih. Ibu mau bikin adonan dulu, maaf ya Ibu repotin kamu. Kalo Mba Tari udah masuk, kamu usah lagi antar-antar pesanan oke."

"Siap Bu, santai aja. Sama anak sendiri juga." Balasnya dengan candaan, tak ingin ibunya merasa bahwa dirinya merepotkanku.

Lathifah pun langsung bergegas mengganti seragamnya dengan pakaian santai, rok plisket berwarna navy, berpadu dengan tunik pitih bermotif bunga, juga jilbab segi empat yang membalut apik auratnya. Dari atas sampai bawah terlihat perpaduan warna naju yang begitu senada, tak lupa dilengkapi dengan Sepatu sneakers putihnya.

Setelah semuanya rapi, Lathifah pun kembali menemui ibunya. Menanyakan alamat pesanan yang akan ia antar.

"Bu, mana almatnya?"

"Duh, Fah. Kayaknya Pak Aryo gak bisa antar kamu deh, soalnya tadi ada pesanan dadakan, mana pesennya banyak banget. Kamu anter ke alamat yang udah ibu catetnya pakai sepeda aja ya. Deket dan gak banyak kok pesenannya, cuman 4 box. Kamu iket di belakang aja, kertas alamatnya udah ibu tempel di box kuenya. Kamu tinggal bawa aja."

"Oke siap Bu, kalo gitu aku langsung berangkat aja deh. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, hati-hati ya Nak."

"Siap Bu." Ucap Lathifah seraya memberikan hormat kepada sang Ibu."

✨✨✨

"Ini benerkan alamtnya?" tanyanya pada diri sendiri.

Kini Lathifah sedang berdiri di depan rumah yang lumayan luas, bahkan dua kali lipat lebih luas dari rumahnya. Tapi sepertinya ini hanya di bagian depannya saja, karena ketika ia mulai memasuki halaman rumah itu, terdapat dua bangunan lagi yang di tengah-tengahnya terdapat musola yang lumayan besar. Jika di isi orang cukuplah untuk seratus orang, karena musola itu terdapat dua lantai, dengan pelataran muola yang masih bisa digunakan untuk kegiatan.

"Maasyaallah, ini mah gede banget. Rumah siapa sih, eh tapi kayaknya ini modelannya kaya ada pondokannya juga deh." Ucapnya ketika baru saja ia melihat anak-anak ramai keluar dari musola.

"Kayaknya bakal ada acara deh di sini, soalnya kaya ada spanduk-spanduk gitu."

Lathifah membaca-baca tulisan yang tertera pada spanduk, di sana tertulis 'KAJIAN REMAJA' dengan bertemakan 'RUANG RASA UNTUK SI MUDA'.

"Ekhmm cari siapa ya?"

Lathifah terlonjak kaget mendengar suara yang tiba-tiba datang dari arah belakang. Tak asing dengan orang yang tadi bertanya kepadanya, tapi siapa?

"Oh ini, akum au anterin pesenan kue." Ucapku, sembari melepas ikatan kue, dan memberikan kepadanya.

Bukannya diterima, lelaki itu malah memintanya untuk memberikan langsung kepada Pemiliknya di dalam rumah yang baru saja iya tunjukkan.

"Kamu masuk saja ke dalam, Ummah yang akan membayarnya nanti."

"Okey, makasih ya." Ucapnya, sembari sedikit membungkukkan kepalanya. Yang juga dibalas sama oleh lelaki itu.

Belum juga Lathifah menginjak teras rumah, Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, walaupun ada sedikit kerutan yang nampak di wajahnya. Wanita itu begitu Anggun dengan balutan gamis berwarna putih, juga jilbab yang senada dengan warna gamisnya.

"Eh, ini pesanan kue Ummah bukan?"

"Emm Iya Tan, ini pesanannya."

"Iya, tadi Ibu kamu menghubungi Ummah. Kalo pesanan kue akan diantarkan sama anaknya." Ucap Wanita itu dengan ramah. Lathifah hanya tersenyum kikuk, mendengar perkataan Wanita di hadapannya.

"Kamu kayaknya seangkatan sama anak Ummah deh, kamu sekolah dimana Nak?" tanyanya dengan lembut.

"Aku sekolah di SMPN Cendekia Tunas Bangsa Tan."

"Loh, sama dong, anak Ummah juga di sana. Faza Namanya."

"Ouhmm." Jawab Lathifah, menganggung-ngangguk seperti orang yang tahu saja.

"Kamu tahu?"

Lathifah hanya menggelengkan kepalanya, sembari tersenyum malu. Dirinya ketahuan sok tahunya.

"Wajar sih, diakan orangnya dieman. Pasti kerjanya ngedekem terus di kelas." Lagi-lagi Lathifah hanya mampu tersenyum.

"Kalo gitu, aku pamit dulu ya Tan. Takut Ibu butuh bantuan lagi."

"Ah iya, kamu ke sini naik apa Nak?"

"Sepeda Tan."

"Kalo gitu, biar anak Ummah temani kamu pulang ya."

"Eh, gak usah Tan. Aku bisa kok sendiri."

"Gak papa, nanti anak Ummah juga pake sepeda anterin kamunya."

"Beneran Tante, gak perlu. Aku bisa sendiri, lagian deket kok Tan. Aku juga ma uke rumah dulu sebelum ke toko. Gak enak kalo aku bawa temen cowo ke rumah."

"Emmm gitu ya. Ya udah deh, kamu hati-hati ya di jalan."

"Siap Tan."

Setelah berpamitan, Lathifah pun langsung menancapkan pedal sepedanya untuk cepat-cepat pergi ke toko ibunya. Ia sengaja berbohong, karena jika ia tidak bilang seperti tadi, pasti Wanita itu akan tetap memaksa dirinya diantar oleh sang anak.

"Huh, aku sampai lupa menanyakan nama gadis itu."  



🐾To Be Continue🐾         

Rahasia Rasa Milik Kita (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang