✨Nostalgia 5✨

4 3 2
                                    





🐾Happy Reading🐾

"Jadi gimana, kamu ngerti kan?"

"Insyaallah kak."

"Ok, besok sore sehabis pulang sekolah, kita mulai dekor ya."

"Siap ka."

Lathifah dan Kia hanya mengiyakan saja apa yang dikatakan kaka kelasnya itu, padahal aslinya tidak terlalu paham. Pokoknya saat mengerjakan, mereka hanya akan menunggu arahan saja. Bukan kah begitu info yang tadi diberikan oleh Rayna, kakak kelas mereka.

"Ya udah, kami pamit dulu ya ka." Ucap Lathifah.

"Ok."

Lathifah pun berjalan bersama Kia, Lathifah sengaja megajak Kia untuk berjalan melewati kelas lelaki yang belakangan ini membuat hatinya resah.

"Kok kita lewat sini sih Fah, kan muter jadinya. Orang tangga kita ada di sebelah sana."

"Udah, kamu ikut aja."

Kia hanya pasrah mengikuti kemauan sahabatnya.

"Sini deh Ki."

"Apa?"

"Kamu liat laki-laki yang lagi ngobrol di pojok kelas itu deh." Ucapnya, sambil menunjuk ke arah lelaki itu dari luar jendela.

"Hooh, kenapa emang."

"Eummmm." Lathifah seperti ragu-ragu ketika hendak mengatakan hal ini.

"Apaan sih, ham hem ham hem mulu. Dah kaya sebelah aja."

"Tapi ini rahasia ya."

"Halah cewe, rahasia-rahasia. Tau-taunya satu kampung juga bakal tau."

"Ih, aku gak kayak gitu ya. Kecuali kamu yang ember."

"Iya-iya, apaan emang? Ah aku tau, suka kamu ya!" tebakan yang sangat tepat sasaran sekali. Lathifah hanya meringis malu, karena tebakan Kia yang tak salah.

"Itu bukannya anak Ustadzah Hani ya? Iya bener. Wih bisa banget ngincernya, yang glow luar dalam."

"Ishhh apaan sih, suka biasa doang."

"Iya, awalnya biasa. Lama-lama luar biasa."

"Ya jangan lah, masih kecil, gak boleh cinta-cintaan."

"Dih, masalah hati mah gak mandang umur. Lagian wajar ko, asalkan tau batasan. Setiap rasa kan pemberian Allah, tinggal kitanya aja yang harus pinter-pinter ngolah rasa itu."

"Maasyaallah siap-siap ustadzah."

"Gak gitu ya, ini efek kaka sepupuku yang suka bagiin reels kajian-kajian kayak gitu."

"Iya-iya."

Tanpa keduanya sadari, objek yang menjadi perbincangan mereka sudah lama memperhatikan dari dalam kelas. Sedetik kemudian, tatapan mereka bertemu. Lathifah yang ketahuan sedang mengintip pun reflek memejamkan matanya, kemudian langsung saja memutar badannya dan berlalu tanpa membawa Kia bersamanya.

✨✨✨

Beberapa hari berlalu, tibalah saatnya ketika acara PENSI sedang berlangsung. Semua kaka kelas yang menjabat sebagai OSIS begitu sibuk ke sana kemari, mempersiapkan banyak hal. Karena setelah penampilan drama musikal, akan ada penampilan hiburan yang dibawakan siswa-siswi baru.

"Duh Nan, kayaknya yang mau tampil habis drama kita cancel aja gak sih?" ucap Layla dengan nada panik.

"Gak bisa gitu lah, lo gimana sih."

"Masalahnya yang mau tampil, pasangan duetnya gak hadir hari ini."

"Gue gak mau tau, cari penggantinya. Gue mau ngurusin penampilan fashion show dulu. Lagian kenapa kalo gak bisa, dia gak minta orang untuk gantiin. Ribet kan kalo kayak gini."

"Nah iya, dianya juga gak bisa dihubungin dari tadi."

"Ck, baru juga masuk. Udah berani-beraninya nyepelein kegiatan sekilah." Cerca Kinan, kesal dengan adik kelas yang tidak bertanggung jawab atas tugas yang sudah diberi. Padahal sebelumnya mereka sudah ada bersepakat untuk sam-sama mengsukseskan PENSI ini.

Kinan pun langsung meinggalkan Layla yang sedang menahan amarah, bisa-bisanya ia yang kena omelan si paling Ketos itu.

Lathifah pun yang mendengarkan percakapan keduanya, ketika ia hendak memasuki ruangan dimana acara sedang berlangsung, ia memberanikan diri untuk bertanya. Siapa tahu dia bisa membantu permasalahan yang ada.

"Eumm maaf ka, tadi aku gak sengaja denger kalian ribut-ribut. Ada hal yang bisa aku bantu?"

"Iya nih Fah, ketos yang satu itu bikin puyeng. Tinggal cancel penampilan doang, kalo emang yang tampil kagak bisa."

"Eman gada kendala di penampilan apa ka?"

"Itu, sehabis drama in ikan ada penampilan nyanyi duet nih dari angkatan lo. Eh, pasangan duetnya malah gak dateng hari ini, tanpa kasih kabar lagi. Kan kalo gini susah cari penggantinya."

"Eummm emang lagu apa yang mau ditampilin ka?"

"Lagunya Rossa sih, yang Ayat-ayat Cinta."

"Eumm kalo gitu, boleh aku coba."

"Hah, gimana maksdunya? Lo mau gantiin dia?" Lathifah pun mengangguk ragu.

"Aku coba ya ka, maaf aja kalo suaranya gak bagus-bagus banget."

"Halah bodo amat gue, mau suara lo model begimana pun. Yang penting gue gak kena semprot lagi ama ketos. Lo langsung ke belakang panggung aja, nanti pasangan duet lo munculnya dari panggung sebelah kanan, lo sebelah kiri. Terus ketemu dah di tengah panggung, pokoknya begitu dah kurang lebih ya. Gue mau ngurus yang lain dulu."

Lathifah pun langsung menuruti arahan yang tadi disampaikan oleh kaka kelasnya. Lima belas menit ia gunakan untuk lirik dan nadanya, semoga hasilnya tidak mengecewakan, meski latihannya sedadakan ini. Kini dia sudah berdiri di belakang panggung sebelah kiri, dan bersiap-siap untuk naik ke atas setelah namanya dipanggil untuk maju.

Betapa terkejutnya, ketika melihat teman duetnya adalah orang yang diam-diam ia suka. Ingin rasanya ia berbalik, dan turun dari panggung. Kabur dari acara ini, mengurung dirinya di dalam kamar, tidur dan berharap ini hanya mimpi.

Seketika hatinya diliputi rasa sesal, karena sudah dengan mudah menawarkan bantuan. Jika seperti ini, bisa-bisa hatinya tak lagi berada di tempat aslinya. Tapi bagaimana lagi, semua sudah terlanjur, tidak mungkin Lathifah mempermalukan dirinya sendiri. Ia harus bertanggung jawab dan menanggung konsekuensinya setelah ini.

Lathifah tak terlalu menghiraukan mimik datar lelaki yang ia ketahui dari Kia bernama Faza itu. Ia tetap mengikuti kemana alunan nada membawanya dalam lautan rasa, yang tanpa sadar hal ini akan membawa serpihan kaca ke dalam hatinya.

Setiap lirik yang dibawakan mampu menghipnotis semua orang yang berada di dalam ruangan. Mereka mendengarkan sembari ikut bergeming, menirukan setiap kata yang terucap.

Entah apa yang harus Lathifah lakukan setelah ini, pokoknya ia tidak akan menampakkan dirinya di hadapan lelaki ini lagi.

Rahasia Rasa Milik Kita (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang