🐾Happy Reading🐾
"Jadi gimana? Temen lo bakal dateng gak?" tanya Zafran sedikit ngegas, karena sudah lebih dari satu jam mereka menunggu salah satu pemilik café.
Di saat Zafran terlihat seperti kesal, karena pertemuan ini tak sesuai dengan waktu yang mereka sepakati. Lain halnya dengan kedua temannya, Faza dan Gandi yang terlihat menikmati suasana café yang nyaman untuk tongkrongan anak-anak muda.
"Ck, berisik banget sih lo. Bukannya dari waktu itu lo yang ngebet minta ke tempat ini?!"
Dia memang sudah lama ingin pergi ke café ini, tetapi waktunya tidak tepat. Bagaimana tidak? Ia rela membatalkan janjinya dengan Fahira karena adanya pertemuan ini. Jika jadinya seperti ini, ia sangat menyesal dengan keputusannya.
"Sebentar, aku hubungin dulu temenku." Kia segera mengetikan sesuatu kepada Lathifah, memastikan apakah temannya itu bisa datang atau tidak.
Namun, ia tak jadi mengirimkan pesan untuk temannya setelah mendengar penuturan Salma.
"Guys maaf sebelumnya, ada sedikit accident. Temen gue gak bisa datang, jadi kita langsung bahas aja." Info yang Salma sampaikan, membuat salah satu lelaki di antara mereka menyernyitkan dahinya.
Accident apa? Kayak waktu itu lagi kah? Batin Gandi bertanya-tanya. Tetapi ia tak mungkin langsung memberi tahu siapa orang yang dimaksud Salma.
Setelah melaui diskusi Panjang, akhirnya mereka membuat kesepakatan kerja sama. Dengan menandatangani kontrak kerja selama satu tahun. Sebenarnya tidak enak membuat kesepakatan tanpa persetujuan langsung dari salah satu pihak yang bersangkutam, tapi bagaimana lagi, yang turut bersangkutan sudah menyerahkan Keputusan pada kedua temannya.
"Ya udah, kalo gitu kalian udah bisa mulai besok malam."
"Okey, gue balik kalo gitu sama yang lain." Ucap Gandi kepada Salma.
Salma dan Kia mengangguk, "nice to meet you, guys. Gue harap kerja sama kita lancar."
✨✨✨
Sepertinya sangat sulit sekali mendapatkan ojek online di daerah yang rawan macet ini, tapi daerah Jakarta sebelah mana sih yang tidak terjadi kemacetan. Tapi, sepertinya bukan masalah dimacetnya, melainkan pada aplikasi yang menyediakan promo besar-besaran. Sehingga driver enggan mengambil pesanan di tengah rute perjalanan yang pastinya padat kendaraan dengan bayaran yang tak seberapa.
"Mba belum berangkat juga dari tadi?" tanya Alam yang baru saja keluar dari rumah, dengan pakaian yang sudah rapi, siap untuk pergi bekerja.
"Belum Om, ojeknya gak ada yang nyangkut."
"Ayah antar ya? Lagi pula kita searah, sekalian sama Lulu juga."
Lulu memang sudah orang tuanya sekolahkan di daycare. Agar Lulu bisa mendapatkan banyak teman dan mengenal ilmu sejak dini, terlebih ilmu Agama. Melihat hari yang semakin siang, ia pun menerima ajakan Alam.
"Kita naik motor aja, biar bisa nyelip-nyelip."
Hanya membutuhkan setengah jam perjalanan sebenarnya untuk sampai di tempat kuliahnya, tetapi kemacetan yang ada benar-benar menguras waktunya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai."
"Duhh, Ayah gelah banget tau Lulu. Kenapa juga kita pake motoy cih? Kan macih ada mobiw. Mobiwnya udah jeyek ya, makannya gak dipake?" comelnya anak ini jika sudah cerewet seperti ini.
"Kan biar sepet sampai sayang, kalo pakai mobil nanti kita semua telat." Tutur Alam lembut seraya mengecup dan mengusap kepala Lulu, bahkan Lathifah pun tertegun dengan nada bicara dan perlakuan Alam. Sudah begitu lama telinganya tak disapa dengan suara lembut milik bapaknya. Suara dan tutur kata bapaknya yang membuat Lathifah merasa begitu sangat disayangi oleh pria itu. Terlebih perlakuan bapaknya yang jauh dari kasar, tapi sayangnya itu dulu.
Lathifah tak munafik, bahwa ia rindu masa-masa itu. Ia rindu peran seorang ayah dalam hidupnya, ia juga ingin seperti Lulu yang hatinya leluasa menyebut ayah pada pria di hadapannya ini.
"Mba pulang jam berapa? Mau Ayah jemput?"
"Gak usah Om, sore ini aku mau ke café dulu."
"Ya udah kalo gitu, hati-hati ya. Langsung kabarin Ayah aja kalo ada apa-apa."
Lathifah tersenyum dan mengangguk, ia pun tak lupa menyalami tangan Alam, dan tindakan Lathifah berhasil membuat perasaan Alam menghangat. Alam menatap haru putri sambungnya itu. Peningkatan yang sangat pesat menurutnya.
"Ayah berangkat ya."
"Dadah Mba I." Pamit Lulu, menunjukan rentetan gigi putihnhya.
Namun seruan dari arah belakang Lathifah, mengurungkan niat Alam untuk menancap gas.
"AYAHHH!" seru seseorang itu.
Lathifah pun ikut menengok ke arah belakang, mendengar suara yang tak asing. Terkejut? Oh, pasti. Ia tidak menyangka, bahwa lelaki itu saudara tirinya. lathifah tidak tahu bahwa dia lah anak Alam dari pernikahannya yang pertama. Karena ketika acara pernikahan mereka berdua tidak mengikutinya sampai akhir. Bahkan saat ijab kabul saja mereka sudah tidak berada di tempat.
🐾To Be Continue🐾
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Rasa Milik Kita (SEGERA TERBIT)
Romance"𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐮𝐧𝐲𝐚𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐧𝐲𝐚. 𝐓𝐚𝐩𝐢, 𝐚𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐢𝐭𝐮 𝐝𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧𝐧𝐲𝐚?" Begitu sekiranya pertanyaan yang ada dalam benak Lathifa Putri Anindita. Selalu mempertany...