✨Selangkah Menuju?✨

12 9 0
                                    



🐾Happy Reading🐾

Di dalam kamarnya, Lathifah sedang memandang foto pada layar ponselnya. Empat tahun sudah foto itu menghuni galerinya, entah lupa atau bagaimana, sehingga ia masih menyimpannya. Padahal foto itu yang menjadi sumber patah hatinya. Dua manusia berbeda gender itu saling berhadapan dan tersenyum.

"Padahal rasa itu udah lama banget, tapi kenapa masih tetep ada ya. Beberapa kali nyangkal, tapi malah balik lagi. Di sini sebenernya aku yang salah, salah menempatkan rasa yang gak semestinya ada." Ucapnya sembari menyimpan ponselnya di atas nakas.

"Selama ini sekampus, tapi sama sekali aku gak ketemu sama dia. Eh, sekalinya ketemu keadaanya kaya minggu lalu." Ucapannya terpotong karena ponselnya berbunyi.

"Wa'alaikumussalam, iya gimana Sal?"

"Gue udah nemu orang yang bisa ngisi di café."

"Alhamdulillah, tapi kok cepet banget sih. Perasaan baru satu minggu lewat kita diskusiin."

"Biasalah, ordal gitu loh, heheheh."

"Terus mereka bisa kapan ngisinya?"

"Nah nanti kita bicarain bareng-bareng aja sama mereka, katanya lusa mereka bisa dateng untuk diskusiin ini."

"Okey deh, kalo gitu. Makasih ya Sal infonya."

✨✨✨

Seorang perempuan kini sedang berada di kediaman sepupu tercintanya. Mencari keberadaan seseorang yang tak kunjung ia lihat batang hidungnya. Ingin memastikan suatu hal yang menurutnya penting. Karena ini menyangkut sahabat lamanya juga.

Tak kunjung ada apa yang ia cari, perempuan itu pun akhirnya menghampiri tantenya yang sedang asik memasak untuk mereka makan siang.

"Ummah, Faza lama banget sih pulangnya. Aku udah lumutan nungguinnya." Rengeknya kesal.

"Lagian kamu ngapain ke sini di hari dia ada jadwal kuliah."

"Kan tadi aku sekalian pulang check up Umm."

"Ya udah, dari pada kamu tantrum gak jelas, mending kamu istirahat aja di kamar Fauza."

"Gak deh kalo di kamar dia, gak aman. Bangun tidur bisa-bisa aku pindah alam, aku di kamar tamu aja."

"Ya udah terserah kamu aja."

Perempuan itu pun melangkah menuju kamar tamu yang berada tepat di samping ruang tv. Mengistirahatkan sejenak tubuhnya seusai memenyhi jadwal check up-nya.

Selang beberapa menit kemudian, datang seorang lelaki dengan gaya seperti biasanya. Kaus polos yang dibaluti kemeja dan celana senada, tak lupa topi yang melindungi kepalanya dari sinar UV-B dan UV-E, hihihi canda.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, akhirnya kamu pulang juga. Tuh Ara, dari tadi nungguin kamu."

"Loh, dia gak ada bilang apa-apa sama Abang. Terus sekarang dia dimana Ummah?"

"Lagi istirahat di kamar tamu, dibanguninnya nanti aja. Keliatannya di kecapean habis check up."

"Kalo gitu, Abang ke atas dulu. Mau bersih-bersih, terus sholat." Ucapnya, lalu pergi menuju kamarnya.

✨✨✨

"Anak Alam, ayo dong. Masa lo gak mau bantuin pdkt sih sama dia. Ini itu salah satu cara buat gue bisa deket, gue juga bakal jaga Batasan kok. Yah yah please." Bujuk Salma, merayu sahabatnya itu.

"Sopan lo bawa-bawa nama bapak ge kayak gitu? Panggil nama gue dengan baik dan benar."

"Ihhhh, Gandi Alamsyah, anaknya bapak Alamsyah Pratama. Tolongin gue ya." Pinta Salma sekali lagi, berharap laki-laki di hadapannya luluh.

"Aelah ribet banget sih lo, yang punya rasa lo, kenapa mesti gue yang ikut ribet sih."

"Membantu sahabat itu lancar pahalanya. Kalo kata sahabat gue ni ya, barang siapa yang mempermudah urusan orang lain, maka urusannya akan dipermudah. Semoga aja dengan lo bantuin gue, urusan lo sama si Azre Allah lancarin iya kan."

Salma masih tak ingin menyerah, dia harus bisa menaklukan hati sahabatnya ini. Jauh-jauh dia dari rumahnya, hanya ingin mengajak kerja sama dengan sahabatnya. Sangat jauh jarak rumah mereka, sampai-sampai membuka jendela kamar saja sudah nampak rumah sahabatnya itu.

"Sa-ae lo. Share lock aja, ntar kapan-kapan gue dateng."

"Kok kapan-kapan sih?"

"Lah terserah gue lah."

"Gak, gue udah bikin jadwalnya, dan itu lusa nanti. Lo harus dateng lusa, harus wajib, dosa kalo lo ingkar."

"Pemaksa."

"Bodo amat. Tuh udah gue kirim lokasinya, bye gue balik dulu." Setelah memutuskan sepihak, Salam langsung berlari ke luar rumah. Karena dia enggan menerima penolakan dari sahabatnya itu.

Sedangkan Gandi terdiam melihat Lokasi yang dibagikkan oleh Salma.

Bukannya ini café yang waktu itu,  tanyanya dalam hati.

"Wuww bakal ada drama friendzone nih kayaknya." 

🐾To Be Continue🐾

Rahasia Rasa Milik Kita (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang