'Bukan tanggung jawabmu untuk selalu memenuhi ekspetasi orang lain, hiduplah sesuai aturanmu sendiri, jangan menjadi anjing penurut ketika tuannya menyuruh untuk duduk diam. Jadilah singa liar yang memangsa semua incarannya.'
»»---->HAPPY READING<----««
Di pagi buta, langkah Martha berpijak di sebuah halaman belakang yang luas milik keluarga Vincere, Ia mengambil sepeda milik nya yang terparkir di ujung halaman di bawah sebuah pohon besar yang menjadi salah hiasan disana, setelah beberapa saat Ia sudah berhasil keluar dari Mansion Bak Istana megah itu.
Namun, saat dirinya melewati pintu gerbang utama, Sebuah motor melaju melewati pintu gerbang yang sudah terbuka secara otomatis itu, Martha yang menghentikan laju sepeda nya terdiam saat pengendara motor sport berwarna hitam yang tidak lain adalah Karina itu melaju kencang melewati nya.
Yah, Martha tinggal di dalam Mansion utama milik keluarga Vincere, tidak sebagai anak ataupun sebagai saudara, melainkan anak dari Pelayan utama yang bertugas melayani Karina, Layla. Layla ibu dari Martha yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun lama nya hingga di beri kesempatan untuk membawa anak satu satu nya itu ikut tinggal di Mansion megah keluarga Vincere, terlebih saat Suami Layla sudah tiada membuat Martha tidak ada yang lagi yang menjaga.
Martha tidak hanya tinggal menumpang hidup disana, Ia sering kali membantu ibu nya mengerjakan pekerjaan nya, dan lagi-lagi kebaikan dari Allison membuatnya tersentuh saat Allison membantu diri nya untuk bisa masuk ke dalam sekolah paling diminati seantero negeri dan impian bagi semua orang.
Namun, Bukan tidak mungkin jika dirinya memiliki rasa iri di dalam hati nya, melihat bagaimana sempurna nya kehidupan seorang putri dari Keluarga teratas itu, Sepatu, baju, tas, semua dari brand brand ternama di dunia, makanan, minuman, bahkan pakaian gadis itu di sediakan oleh para pelayan.
Kehidupan yang sempurna bak seorang putri raja. Setelah lama larut dalam lamunan nya, Martha kembali mengayuh sepeda nya menuju Tempat dimana kesempurnaan, kemewahan, dan kemegahan, selalu tersaji di dalam nya. Namun tidak pernah bisa Ia rasakan.
...
Di tempat yang berbeda, Tepat nya di Koridor Genus yang masih begitu sepi, terlihat seorang laki-laki tengah berjalan, Ia tidak mengenakan seragam Genus yang menjelaskan jika laki-laki itu bukan murid disana, mata nya terus memandang dingin tempat yang di balut oleh kemewahan, terdapat setitik Kesedihan dan amarah yang ada di kedua mata nya.
Tak berselang lama, Ia sudah sampai didepan sebuah pintu yang terdapat dua orang bodyguard bertubuh kekar tengah berjaga disana, Setelah salah satu bodyguard itu membukakan pintu untuk nya, Ia langsung melangkah masuk kedalam ruangan megah dan luas.
Matanya langsung menangkap satu sosok yang menjadi tujuan utama nya hari ini, Dia adalah Gage Delexos Fablio. Pemilik dari Genus High School.
Gage menyunggingkan senyum nya miring menatap rendah pada pemuda yang tengah berdiri penuh kemarahan di depan nya, terlihat jelas lengan dan rahang laki-laki itu sudah mengeras akibat menahan gejolak kemarahan saat ini.
Dia adalah Hunter Tiberius Joehana.
"Selamat datang di Genus kembali, duduklah, Saya pikir kemarahan itu bisa membakar tempat ini sebentar lagi." Ucap Gage santai, namun dapat memancing kemarahan berlipat dari Hunter.
"Anda benar, Saya memang berniat untuk bisa membakar tempat ini dengan Anda di dalam nya!" Ujar Hunter tajam.
Gage tertawa keras seraya bertepuk tangan, Lalu bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Hunter yang kini kedua mata nya sudah memerah penuh kebencian.
Gage kini berdiri tepat berhadapan dengan Hunter, "Mari kita lihat, Jika setelah kau mendengar hal ini, apakah kau masih berniat membakar ku?" Ucap Gage menyeringai, lalu berjalan melewati Hunter dan duduk di sebuah sofa besar yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMOU$ & GLAMOUR : money=power [ON GOING]
Fiksi RemajaWARNING! KISAH INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA SENDIRI! "Bukankah hati dibuat untuk di patahkan?" Takdir, ketulusan, pengkhianatan, dan pengorbanan. Ada didalam satu kalimat, Cinta? Ataukah mungkin hanya sebuah kalimat biasa dalam sebuah takdir ke...