Ashana | 04 |

66 18 0
                                    

“Wah, kamu rupanya masih ingat sama alamat rumahmu dulu.” Ujar Asha setelah turun dari motor.

Genta membuka kaca helmnya.

“Genta mau mampir?” Tanya Asha.

“Kapan-kapan saja ya.” Balas Genta lembut agar Asha tidak kecewa.

Asha mengangguk. “Lagi pula, Ibu sama Ayah tidak ada di rumah... Jadi benar kata Genta, kapan-kapan saja mampirnya.” Gadis itu tersenyum kemudian.

“Terima kasih ya Genta sudah anterin aku pulang.”

“Iya.” Balas Genta. Kembali menutup helmnya.

“Aku pulang ya, Asha.”

“Tunggu!” Tahan Asha dengan mencengkram ujung seragam milik Genta.

“Asha hampir lupa, Asha boleh minta nomor handphone Genta?”

Genta terdiam sebentar.

“Asha minta nomor Genta biar Asha bisa ngobrol sama Gentha lewat chat.” Lanjut gadis itu. Menatap Gentha penuh harap.

“Boleh tidak?” Tanya Asha lagi.

Genta mengangguk. “Sini handpone kamu.”

Asha tersenyum senang. Lantas melompat ke udara.

“Terima kasih, Genta!” Asha kemudian memberikan handphone nya ke arah Genta.

“Aku kasih nama nomormu Gentha ganteng ya? Hehehe.” Tanpa bisa di cegah, Genta terkekeh kecil.

“Terserah kamu.” Balasnya kemudian.

Seusai menyimpan nomor Genta, Asha kembali memusatkan perhatiannya ke arah Genta.

“Nanti aku chat ya, awas nanti kalau chatku tidak di balas.”

Genta mengangguk. “Iya. Nanti aku balas chat kamu.” Asha tersenyum malu mendengarnya.

“Oke, bye-bye Genta... Hati-hati di jalan ya.” Asha melambaikan tangannya.

Genta mengangguk. Mulai menancap gas. Meninggalkan Asha yang kini tersenyum bak orang gila setelah mendapatkan nomor dari Genta. Pemuda yang dia di sukai dari masa SMP.

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AshanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang