Ashana | 20 |

60 14 0
                                    

"Bapak, terima kasih banyak ya karena sudah menjaga Lily." Asha dengan senyuman manisnya berujar kepada satpam sekolah yang sebelumnya dititipkan kucing oleh Asha.

Bapak satpam itu mengangguk. Ikut tersenyum.

"Sama-sama, nak. Kucing kamu bagus sekali namanya Lily."

"Tentu dong, kucing Asha yang cantik harus punya nama yang cantik." Seru Asha bangga dan penuh semangat. Genta yang berada di belakang gadis itu tersenyum tipis karena suara lucu Asha.

"Iya-iya. Kucingnya memang cantik. Begitupula nak Asha." Asha tersenyum senang.

"Lily tidak menyusahkan bapak kan? Terus Lily banyak makan tidak?"

"Tidak. Lily tidak menyusahkan, dan dia sangat suka makan. Bahkan makanan yang nak Asha titipkan sudah habis karena di makan."

Asha mengangguk. Matanya kemudian menatap Lily yang sedang tertidur. Sepertinya kucing itu kekenyangan. Terbukti dari perutnya yang amat buncit.

Lucu sekali.

"Sekali lagi terima kasih ya bapakkkk!"

"Iya."

"Dan ini Asha ada hadiah untuk bapak." Asha memberikan sebuah gantungan kunci berbulu ke arah bapak satpam.

"Eh, apa ini?"

"Itu gantungan kunci, Asha baru beli kemarin... Dan itu bisa bapak pasang di kunci sekolah atau kunci yang lain."

"Wah, terima kasih nak Asha." Bapak satpam itu langsung memasang gantungan kunci tersebut ke kunci motornya.

"Sama-sama." Dia merasa senang ketika hadiahnya langsung dipakai.

"Genta, ayo pulang. Lily nya juga sudah Asha ambil." Ajak Asha pada Genta yang sedaritadi diam.

Genta mengangguk. Rencananya hari ini Genta akan mengajak Asha ke rumahnya. Selain untuk melepaskan rindu dengan Lily, dia juga mengajak gadis itu agar bisa lebih dekat dengan Luca. Kembarannya Lily.

"Eh tapi motor Asha tidak mungkin di tinggal dong." Gadis itu baru teringat motor miliknya ketika hendak menaiki motor Genta.

Genta menoleh ke belakang karena hal tersebut.

"Jadi gimana?" Tanyanya.

"Ya jadinya Asha naik motor Asha sendiri." Balas nya. Dia menatap Genta. "Jadi Genta nanti duluan... Terus Asha nyusul di belakang. Oke?" Genta mengangguk.

"Dan Lily nya Asha titip sama Genta ya? Biar tas Genta Asha yang bawa."

"Iya." Genta pun menggendong tas kucing Asha. Dan Asha mengambil tas Genta.

"Genta tunggu sebentar ya, Aku mau ambil motor dulu."

"Iya." Balas Genta.

°°°

"Genta pulang." Sesampainya kedua remaja itu di rumah Genta. Asha dan juga pemuda itu langsung saja masuk ke dalam rumah.

"Wah, rumah Genta besar dan bagus sekali." Asha yang melangkah di belakang Genta melebarkan mulutnya. Menatap kagum rumah Genta yang teramat besar.

"Rumah kamu juga besar lho Asha." Genta terkekeh pelan karena raut yang gadis itu tampilkan. Asha cengegesan.

"Anak mami sudah pulang?" Celina yang belum menyadari keberadaan Asha langsung datang menghampiri Genta.

"Iya mi." Balas Genta. Dia kemudian menoleh ke belakang. "Dan Genta bawa-"

"Halo tante~!" Asha lebih dulu menyapa dengan menyembulkan kepalanya dari punggung tegap Genta.

"Lho? A-Asha?" Celina sangat terkejut karena kehadiran gadis itu. Dengan senyuman lebarnya dia langsung membawa gadis itu ke dalam pelukan.

"Huhuhu, ya ampunnn... Ini beneran Asha kan?"

Asha membalas pelukan Celina. "Iya tante. Ini Asha. Asha Dwilantri."

Celina masih tersenyum.

"Tante hampir tidak kenal lho tadi, kamu makin cantik ya?" Celina memperhatikan wajah Asha yang tersenyum manis ke arahnya.

Asha tertawa. Kedua pipinya memerah. "Tentu dong tante. Asha kan putrinya Evelyn!" Kini gantian Celina yang tertawa.

"Huhhh! Iya-iya, anak Evelyn memang cantik! Dan tante suka!" Asha tersenyum sumringah sampai giginya yang rapi terlihat.

"Tante kangennnn bangetttt sama Asha tahu!" Celina kembali berujar sembari memeluk lengan Asha.

"Asha kangen sama tante tidak?"

Asha mengangguk cepat.

"Iyaaa, dan ibu Asha juga kangen sama tante." Celina tersenyum mendengarnya.

"Ini Asha sudah makan belum? Kalau belum makan, ayo makan. Kebetulan tante masak enak lhooo hari ini."

Kedua mata Asha berbinar cerah.

"Wahhh, perut Asha seketika jadi lapar tante."

Celina terkekeh gemas.

"Kalau lapar, cus langsung saja kita ke meja makan. Nanti tante kasih makanan yang banyak!"

"YEAYYY!!"

Tanpa mengindahkan Genta, Asha dan Celina langsung saja pergi ke ruang makan.

Genta yang posisinya daritadi dikacangin hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ibunya itu saat tinggal di rumah lama memang suka sekali mampir ke rumah Asha demi agar dapat melihat gadis itu.

Dan karena sudah cukup lama tidak bertemu, Genta dapat memaklumi jika Celina pasti sangat senang karena kini dapat bisa bertemu lagi dengan Asha.

Ya meski kini dirinya di anggap seperti hantu yang tak kasat mata, Genta tidak masalah.

Maminya bahagia. Itu hal utama yang harus Genta perhatikan.

Termasuk dengan membiarkan maminya menghabiskan waktu bersama Asha hari ini.

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AshanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang