Ashana | 07 |

62 18 0
                                    

"Ini bekalnya, di makan ya." Asha datang ke kantin dan memberikan kotak makan ke Genta yang duduk bersama teman-teman nya.

Genta melirik kotak makan tersebut.

"Ini beneran tidak apa-apa?"

"Iya, tidak apa-apa kok." Balas Asha. Tersenyum manis.

"Awas kalau tidak di makan, nanti bekal nya nangis. Pun aku juga akan ikutan sedih." Genta mengangguk. Tersenyum tipis.

"Iya. Akan ku makan. Terima kasih, Asha."

Asha melebarkan senyumnya. "Sama-sama!!"

°°°

"Asha, aku pulang duluan ya?" Pamit Kenya pada Asha yang duduk bersama nya di halte sekolah.

Asha mengangguk. "Sudah di jemput ya? Oke deh, hati-hati Kenya!!"

Kenya tersenyum. "Dadah, Asha."

"Iya. Dadah!" Tangannya melambai ke arah Kenya yang duduk di dalam mobil.

Selepas Kenya pergi, Asha kemudian kembali masuk ke dalam lingkungan sekolah untuk mengambil motornya yang ada di parkiran.

"Wahhh, ada Genta. Samperin ah!" Dengan antusiasnya Asha langsung menghampiri sosok Genta yang hendak menaiki motor besarnya.

Dia menepuk bahu pemuda itu beberapa kali.

"Kiw, kiw, ganteng... Mau pulang ya?"

Genta menoleh, menatap Asha yang tersenyum genit ke arahnya.

"Iya. Mau pulang bareng?" Tawar Genta. Karena pemuda itu berpikir jika Asha mendekati nya agar bisa pulang bareng seperti kemarin.

"Tidak. Asha bawa motor." Tunjuknya ke arah motor merek scoopy berwarna kuning.

"Kamu ternyata bawa motor juga ke sekolah?"

"Iya." Jawab Asha. Tersenyum manis.

"Bagus tidak motor Asha?"

"Bagus." Jawab Genta. Asha tersenyum senang.

"Terus kenapa kemarin tidak bawa motor?"

"Sengaja, biar bisa pulang bareng sama Genta hehehe." Genta menggelengkan kepalanya.

"Kan Asha lagi tahap berjuang biar Genta luluh dan mau jadi pacar, Asha. Jadi Asha harap, Genta jangan ilfil ya? Kalau memang nanti Genta sudah muak sama perlakuan Asha, bilang saja... Biar Asha berhenti nanti."

Hening sejenak.

"Kalau aku tidak bilang?"

"Ya maka Asha akan tancap gas terus sampai Genta jadi pacar Asha hehehe." Genta tersenyum.

"Genta..." Panggil Asha.

"Iya?"

"Gimana bekal yang Asha kasih tadi? Enak tidak?"

"Enak." Balas Genta. "Itu kamu yang buat ya?"

"Bukan, ibu Asha yang buat." Genta mengangguk.

"Asha cuma bisa masak air doang, jadi besok deh Asha bawain air yang Asha masak sendiri." Genta tertawa di tempatnya.

"Boleh juga. Bawain ya?"

"Oke!" Senyum Asha terukir sempurna.

"Eh, itu... Asha hampir lupa, wadah makanannya sini Asha bawa pulang."

"Tapi kan kotor, biar aku cuci dulu di rumah." Tolak Genta.

"Tidak usah, nanti ibu aku tanyain wadah makanannya mana. Soalnya itu barang kesayangan ibu Asha. Biasa Tupperware, lebih berharga dari sang anak."

Genta lagi-lagi tertawa. Dia pun mengeluarkan kotak makan milik Asha dari tasnya.

"Sekali lagi makasih ya Asha."

"Iya." Balas Asha sambil tersenyum. "Besok aku bawain lagi sama airnya." Lanjutnya. Genta mengangguk.

"Aku pulang duluan ya Genta. Genta hati-hati di jalan... Jangan ngebut."

"Iya." Balas Genta.

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AshanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang