11. Berita Buruk

10.8K 147 4
                                    

Suara denting sendok mengisi keheningan pagi itu. Semua anggota keluarga berada di dapur untuk sarapan. Tentu saja ada Jeriko yang hanya memakan roti seperti biasa.

Tidak ada yang aneh, tapi jika di perhatikan lebih jelas kedua saudara baru itu pasti terlihat sekali kecanggungannya. Mereka seolah bingung bersikap di depan orang tua mereka karena kelakuan yang dia lakukan di belakang keduanya. Padahal orang tuanya juga tidak mengetahui kelakuan tidak patut itu.

Berdahem pelan, Jeriko mencoba untuk bertanya karena tidak tahan saling diam. Lagi pula, tumben sekali Mama Keyna juga diam saja. Biasanya wanita itu banyak bicara jika sedang makan begini.

"Ada masalah kah, Pa? Kok pulang cepet."

Papah Sanjaya mendongak, mengunyah makanan dalam mulut dan menelannya. Sebelum menjawab beliau mengelap bibirnya terlebih dahulu.

"Ada," jawabnya lugas.

Dahi Jeriko mengerut dalam, menatap bingung Papahnya.

"Masalah kantor?"

"Bukan,"

"Terus."

"Kamu."

Kali ini bukan Sanjaya yang menjawab, melainkan Mama Keyna.

Jeriko jadi menatap bingung, begitu pun Keyna yang sejak tadi hanya menyimak.

"Hah?? Kok aku?" herannya.

Sepasang suami istri itu saling menatap, kemudian kembali menatap Jeriko yang bingung.

"Bu Rahel sama keluarganya mau kesini."

"HAH?? MAU APA!?" seru Jeriko langsung. Dia melotot lebar ke arah Papahnya.

Pak Sanjaya hanya menatap dalam kepada sang anak. "Mereka ingin di percepat, Je."

Semakin membola seperti ingin lepas mata Jeriko, jantungnya langsung berdetak tak karuan.

"Pahh,"

"Kenapa? Udah deket juga, kan? Dan kemarin Papah dapet laporan kalian liburan bareng pas Papah tinggal. Papah gak mau sesuatu terjadi duluan, Je."

Jeriko sontak menyahut cepat. "Pah, bukan gitu kejadiannya. Gak ada aku liburan bareng."

"Papah udah di kasih tau fotonya, kamu mau ngelak gimana, lagi?"

Jeriko mengeraskan rahangnya, tidak suka dengan situasi yang ada. Giginya bahkan bergemeletuk. Dia siap meledak tapi masih di tahan.

"Aku mau bicara berdua."

Setelah mengatakan kalimat itu, Jeriko pergi tanpa pamit. Meninggalkan keheningan lagi di meja makan keluarga itu.

Sanjaya menatap kepergian sang anak, kemudian menghela napas karena sepertinya akan sulit lagi membujuk Jeriko.

Pria paruh baya itu beranjak tanpa kata, kemudian melangkah mengikuti sang anak. Meninggalkan dua orang baru yang duduk di sana dengan bingung. Lebih tepatnya, hanya Keyna yang bingung.

Keyna yang semula hanya bisa menoleh kanan kiri kini menatap Mamanya, raut wajah yang sejak tadi tidak enak di pandang.

"Mama kesel pulang liburan cepet?"

Wanita itu mengangkat bahunya. "Bisa gitu, bisa enggak. Udah jadi orang tua harus ngalah, kan? Apalagi anaknya dua yang tentu saja Mama gak kenal baik Jeriko. Tapi kalau di tanya kesel enggaknya ya sebenernya kesel. Secara kita tadinya miskin, Key. Wajar dong kalo Mama menikmati apa yang ada sekarang. Tapi, lagi-lagi gak boleh egois. Soalnya udah punya anak." terangnya masih tidak bersemangat.

My Crazy Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang