Chapter 7: Kemalasan yang Membelenggu

3 0 0
                                    

Malam telah tiba, dan Theo merasa seperti beban yang berat sedang menekan dirinya. Setelah berhasil mengatasi Greed, dia tahu bahwa tantangan berikutnya adalah melawan Lazara, yang mewakili Sloth atau Kemalasan. Theo merasa tidak berdaya dan lambat seiring dengan berjalannya waktu, dan suasana malam semakin memburuk, seolah-olah mengundang kehadiran Lazara.

Theo berjalan menuju sebuah hutan tua di pinggiran desa, tempat di mana dia merasa seolah-olah waktu dan ruang menjadi tak berarti. Dalam hutan ini, segala sesuatu tampak lambat dan malas, dengan pohon-pohon yang tampak seolah-olah melambat dalam gerakan mereka, dan udara yang penuh dengan rasa lelah. 

Theo merasa seolah-olah ada sesuatu yang menghambat gerakannya, dan dia tahu bahwa ini adalah tanda kehadiran Lazara.

Di tengah-tengah hutan, Theo menemukan sebuah pondok tua yang tampak kusam dan tidak terawat. Di dalam pondok itu, terbaring seorang pria dengan ekspresi malas dan lelah, mengenakan jubah yang kusam dan membosankan. Pria ini adalah Lazara  Sloth.

Lazara melirik Theo dengan tatapan tidak peduli, seolah-olah Theo tidak lebih dari gangguan kecil. "Oh, kau akhirnya datang," ucap Lazara dengan suara yang lemah dan malas. 

"Aku sudah menunggu di sini. Aku tidak terlalu peduli tentang apa yang kau lakukan, tapi aku harus memberitahumu bahwa kemalasan adalah sesuatu yang sangat menarik."

Theo mendekati Lazara dengan hati-hati, merasa berat dengan suasana malas yang menyelimuti. "Apa yang kau inginkan dariku, Lazara?" tanya Theo dengan tegas. 

Lazara menguap dan melirik ke arah Theo dengan malas. "Aku di sini untuk menunjukkan betapa nyaman dan mudahnya hidup dalam kemalasan. Kadang-kadang, melakukan apa-apa adalah hal yang paling menyenangkan. Bagaimana jika aku memberimu kesempatan untuk merasakan betapa indahnya tinggal di tempat ini, tanpa harus melakukan apa-apa? Bukankah itu lebih baik daripada harus terus-menerus berjuang dan bergerak?"

Theo merasa suasana di sekelilingnya mulai menekan dan membebani dirinya, seolah-olah segala sesuatu di hutan ini berusaha mengikatnya. Dia merasakan dorongan untuk berhenti bergerak dan hanya berbaring, terjebak dalam kemalasan yang menyelimuti tempat itu. 

Namun, Theo tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan dirinya terjerat dalam perasaan ini.

"Lazara, aku tahu betapa merusaknya kemalasan itu," kata Theo dengan penuh tekad. 

"Kemalasan hanya akan membuatku merasa tidak produktif dan kehilangan tujuan hidupku."

Lazara tertawa lemah, seolah-olah pernyataan Theo adalah hal yang sangat lucu. "Oh, kau masih belum mengerti. Kemalasan bukan hanya tentang berhenti bergerak, tapi tentang menikmati ketidakpedulian. Ketika kau berhenti memikirkan segala sesuatu dan hanya merasakan kenyamanan, hidupmu akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Kadang-kadang, tidak melakukan apa-apa adalah hal yang terbaik."

Theo berjuang untuk tetap fokus, meskipun suasana malas dan menenangkan seolah berusaha menariknya ke dalam. Dia tahu bahwa dia harus melawan dorongan untuk menyerah pada kemalasan dan tetap bergerak maju. Dengan setiap langkah yang dia ambil, dia merasa semakin berat, tetapi dia berusaha keras untuk tidak menyerah.

"Aku tidak akan membiarkan kemalasan menguasai diriku," kata Theo dengan tegas, meskipun suaranya terdengar lelah. 

"Aku tahu bahwa bergerak dan bertindak adalah bagian penting dari hidupku. Aku tidak akan menyerah pada dorongan untuk berhenti."

Lazara mengangkat satu alis, tampak terkesan dengan usaha Theo. "Kau memang memiliki semangat yang luar biasa. Tapi ingatlah, kemalasan tidak akan pernah jauh dari dirimu. Akan ada saatnya ketika kau merasa lelah dan ingin menyerah, dan saat itu, aku akan ada di sana, siap untuk membawamu ke dalam lingkaran kemalasan."

Dengan kata-kata terakhirnya, Lazara berbalik dan kembali terbaring dengan malas di pondoknya, meninggalkan Theo yang berdiri di tengah hutan dengan rasa lelah dan kepuasan. Meskipun suasana kemalasan mengelilinginya, Theo merasa semakin yakin dan kuat dengan setiap langkah yang dia ambil.

Saat dia meninggalkan hutan, Theo merasa bahwa dia telah mengatasi godaan kemalasan yang menghimpitnya. Meskipun perjalanan melawan dosa-dosa ini belum selesai, dia merasa semakin kuat dan siap menghadapi apa pun yang akan datang berikutnya. 

Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Theo melanjutkan perjalanannya, berharap untuk menemukan kekuatan dalam dirinya untuk menghadapi tantangan berikutnya.

----

vote and coment juseyoo:)

The seven deadly sinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang