Dengan sisa ketawanya, Flora melepaskan satu persatu kancing kemeja coklat itu. Mataku fokus ke tiap jari lentiknya melepas kancing, sampai seluruhnya lepas. Karena terlalu longgar kemeja itu, meskipun sudah lepas semua kancing kemejanya, aku masih belum bisa lihat apa-apa.
"Nungguin, ya?"
Sial.
Flora tertawa dengan renyahnya seperti mengejek. Sementara aku jadi kikuk dan membuang pandanganku ke sembarang arah. Saat aku kembali menatapnya, Flora sudah menyingkap sisi kiri kemeja coklat itu. Payudaranya yang disangga bra warna hitam pun mencuat. Kuakui, payudara itu begitu besar. Bahkan lebih besar jika dibanding milik Kak Gracia.
"Nih, susunya," kata Flora sembari membusungkan dada. Aku refleks mendekat, tapi tiba-tiba Flora sedikit menjauh. "Sabar dong. Buka dulu bungkusnya, baru minum susu," katanya lagi.
"Aku yang bukain?"
"Iya."
Flora semakin menjauh hingga bersandar pada dinding yang menempel dengan kasur. Aku mengikutinya, naik ke atas kasur dan duduk di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Tanganku mendekat, meraih kemejanya. Kuusap pelan kemeja itu sebelum kusingkap perlahan. Kini mataku disuguhkan pemandangan yang luar biasa. Dada Flora yang padat dan cukup besar.
"Aku buka semuanya ya, Kak?"
Flora mengangguk, lalu tanganku menarik kemeja itu untuk turun. Flora membantunya ketika aku hendak melucuti semua kemejanya. Dan kini, tubuh atasnya hanya dibalut bra warna hitam.
"Ada bungkusnya lagi nih," kata Flora dengan gemas sambil membusungkan dadanya.
"Boleh aku buka lagi?"
"Silahkan."
Tanganku hendak meraih payudaranya, tapi Flora kembali menghindar. "Talinya dulu," katanya sambil melirik tali bra yang ada di pundaknya.
Sial. Aku terlalu bernafsu hingga terburu-buru seperti ini. Rasanya sedikit malu, tapi tatapan Flora yang menggoda itu melunturkan rasa malu ku.
Aku menarik kedua tali bra yang melingkar di pundaknya hingga melorot ke siku. Bra yang menyangga payudara itu jadi sedikit mengendur. Areolanya mengintip, membuat aku semakin tak sabar.
"Segelnya dulu," kata Flora, lalu kedua alisnya terangkat.
Aku butuh beberapa detik untuk memahaminya. Setelah itu tanganku melingkar di punggungnya. Tiga kait bra yang terpasang berhasil kulepas setelah mencoba beberapa detik. Setelahnya, bra hitam ini benar-benar mengendur.
Aku sedikit memberi jarak, mempersiapkan diri untuk melihat apa yang ada di balik bra hitam yang dipakai Flora. Mataku mengerjap, lalu menarik bra hitam ini hingga terlepas dari kedua tangannya.
"Gila," aku bergumam saat melihat payudara Flora yang cukup besar ini menggantung dengan bebas. Puting coklat muda yang berada di pucuknya begitu menggemaskan.
"Silahkan," ucap Flora, membusungkan dadanya.
Aku mendorong kedua pundaknya hingga punggung Flora menempel pada dinding. Puting kirinya aku kulum. Kujilat sesekali dan kuhisap kuat sambil kutarik. Aku dapat merasakan kedua tangan Flora menekan belakang kepalaku. Terkadang menjambak rambutku.
"Tunggu, tunggu," ucap Flora di tengah-tengah aku sedang asik menjilati puting kirinya. "Gue lebih suka kalo lo jilatin areola gue, ketimbang puting gue lo mainin pake lidah," jelasnya.
"Hmm?" Kedua alisku mengangkat, lalu kembali mengulum putingnya. Seperti penjelasannya itu, aku mempraktekkannya langsung. Lidahku memutar, menjilati areolanya secara melingkar. Seketika itu kepala Flora langsung mendongak dan erangannya terdengar.