bab 1

24.8K 453 2
                                    

"Mau cari yang kaya gimana lagi? Ayah sudah gak tau lagi harus ngasih tau kamu kaya gimana, Lingga itu laki-laki baik. Kenapa kamu tolak dia secara kasar seperti itu. Ayah gak ajarin kamu buat kurang ajar begitu, mana sopan santun mu." kata Darma Ayah dari Salma

"Aku tau dia baik yah. Tapi gak sama laki-laki yang umur nya seumuran sama ayah. Bahkan dia ayah dari sahabat ku sendiri. Dia duda ayah! " ucap Salma yang mengeluarkan uneg-uneg yang ia tahan sejak tadi pagi karena ayahnya selalu membahas itu itu saja.

"Kamu masih mikirin omongan orang, ya kan? Gak akan ada habisnya Salma, kalo kamu mikirin omongan orang lain yang belum tentu itu benar." omel Amel—Mama Salma yang jengah dengan segala alasan dari anaknya.

"Lingga itu duda karena di tinggal mati istrinya, Bukan duda cerai, salma." geram makanya

"Bukan nya seneng ada yang ber niat jadiin kamu istri. Tapi kamu malah sia-siain dia kaya begitu, gak baik anak perawan nolak lamaran lelaki, sayang." Darma sambil mengusap lembut puncak rambut anak sulungnya lalu melangkahkan kakinya ke arah Terus rumahnya.

"Lingga itu baik sekali, Salma. Kamu ingat dua tahun lalu waktu toko kelontong kita hampir bangkrut ?" tanya Mama nya yang kini duduk di samping Salma.

"Iya. Aku masih ingat kok," jawab Salma. Tentunya Salma. Mengingat di mana hari dirinya dinyatakan lulus test seleksi masuk perguruan tinggi tapi kedua orang tuanya mengeluh tidak memiliki biaya untuk dirinya melanjutkan ke perguruan tinggi.

"Tagihan spp adik-adik kamu. Belum lagi tagihan bank ayah yang udah nunggak tiga bulanan, sampai di tagih sama orang bank tiap hari." Mama nya kembali bercerita.

"Semua itu bisa lunas karena Lingga yang bantu. Ayah udah berkali-kali bujuk buat ganti yang nya tapi Lingga gak mau di ganti uangnya dia ikhlas bantu kita. " tambah Mama melihat wajah sedih Salma.

Salma ingat sekali saat itu dirinya sangat merasa putus asa tidak bisa masuk perguruan tinggi padahal dirinya sudah dinyatakan lulus test. Tetapi ayahnya berjanji saat ekonominya stabil pasti ayahnya akan mendaftarkan Salma ke perguruan tinggi yang Salma inginkan.

"Aku ke kamar dulu." pamit Salma pada Mama nya. Lalu melangkahkan kakinya ke kamarnya dengan hati yang tidak karuan.

***

Kini Salma merebahkan badannya di atas kasur. Salma berfikir keras harus bersikap bagaimana pada Lingga. Setelah mendengarkan cerita dari Mama nya Salma merasa menjadi perempuan jahat, padahal Lingga baik sekali pada keluarganya.

Drtt... Drttt...

Salma terbangun dari lamunannya saat ponselnya bergetar karena ada panggilan Telpon dari Tiara sahabatnya. Salma segera mengangkat Telpon dari sahabatnya.

"Ada apa Ti?" ucap Salma dengan suara lesu.

"Lesu banget lo? Kenapa? Habisnya nolak Papa lagi?" tanya Tiara yang mendengar suara lesu dari sahabat nya

"Bukan. Bukan itu masalahnya ?"

"Terus apa? Setau gue masalah lo itu cuma papah gue kan?" suara atawa Tiara terdengar kencang sekali Salma sampai menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Gue jahat banget, ya?"

"Pasti lo mau pms nih maka nya lebay gini"

"Gue udah selesai pms dari 3 hari yang lalu."

"Wih... Udah kepincut nih sama papa cerita nya? Ya udah tinggal terima lamaran Papa gue Terus nikah udah hidup lo pasti terjamin, Sal."

"Iya. Gue terima lamaran om Lingga besok." ucap Salma dengan lantang yang di sambut oleh kegembiraan Tiara.

"Kalo telat lamaran gue tolak lagi." ketus Salma pada sahabatnya, yang langsung di matikan sambungan telpon olehnya.

Tiara kegirangan, gadis itu berlari dari kamarnya menuju ruang kerja papah nya di lantai bawah.

"Papa, aku punya kabar gembira buat papa!" teriak Tiara saat membuka pintu ruangan kerja Papah nya.

"Nggak usah teriak-teriak Tiara. Pelan-pelan kalo ngomong papah gak budeg," ujar sang papah

"Besok jam delapan pagi  kita ke rumah salma," Tiara menjeda sejenak menatap papah nya terlihat raut wajah nya ber ubah menjadi muram. "Pa, jangan sedih dong," lanjut Tiara agar papah nya tidak ber sedih.

"Papa rasa Salma pasti akan tetap nolak Papah, Ti." papahnya sudah pasrah.

"Hati Salma terlalu keras untuk di luluhkan, rasa sayang papah sama dia terlalu besar sampai papa gak bisa buat menyangkal kalo papa gak cocok buat dia," curhat papahnya pada anak semata wayangnya.

Tiara tersenyum lebar melihat papahnya begitu menyayangi Salma."Papa yakin mau ngelepas Salma? " tanyanya yang mendapatkan jawaban gelengan kepala dari sang papa.

"Tadi salma telpon aku," Tiara sengaja menggantung ucapannya agar sang papah penasaran.

"Salma ngomong apa? Jangan bikin papa penasaran Tiara"

"Makanya besok kita kerumah Salma!"

"Salma nyuruh begitu?"

Tidak ada jawaban dari Tiara, gadis itu sengaja ingin membuat papahnya Semakin penasaran.

"Jawab Tiara! Papah gak pernah ya ajarin kamu buat bikin orang penasaran kaya gini!" suara papahnya terdengar tegas .

"Iya,iya. Semua tentang Salma pasti papah penasaran!" jawab Tiara

"Terus, terus ngomong apa lagi?"

"Terus, terus emang aku tukang parkir!"

"Ya ampun, Tiara. Kamu kok makin nyebelin sih sekarang!" gumam papa yang masih bisa tiara dengar.

"Kasih tau apa yang Salma omongin sama kamu. Nanti papa langsung transfer."

Yess, tepat sasaran. Ini yang Tiara mau. Papahnya itu sangat bucin, "oke."

Sesuai kesepakatan mereka Tiara menceritakan kembali tentang bahwa sahabatnya akan menerima lamaran papah nya besok, dengan catatan jangan sampai telat.

***

Lingga tidak Bisa tidur semalaman. Ia tidak percaya ternyata perjuangannya selama ini berbuah manis. Perempuan yang ia cintai akan menerima lamarannya, setelah satu tahun perjuangan meyakinkan perempuannya.

Setelah 20 tahun menduda karena istrinya meninggal saat melahirkan Tiara, akhirnya dia akan mengusai kan masa duda nya. Perasaannya sangat bahagia sekali.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu terdengar menyadarkan lamunan lingga.

"Tiara, kenapa?" tanya Lingga pada anaknya yang terlihat sudah ber pakaian rapih.

"Papa kok belum siap-siap sih! Ini udah jam lima pa. Kita gak boleh sampai telat nanti si Salma berubah pikirannya!" pekik Tiara yang melihat papahnya masih mengenakan pakaian santai nya.

"Masih jam lima ti. Jangan lebay deh kamu."

"Kita harus sampai sana sebelum jam delapan pa. Salma gak boleh sampai nolak lamaran papah. Kali ini harus lebih serius lagi dari sebelum-belum nya."

"Lah, kamu pikir yang sebelumnya papah becanda, serius lah."

"Pokoknya cepetan mandi, pake baju yang rapih habis itu semprot parfum yang wangi biar Salma makin yakin sama papah." usulan Tiara yang kemudian keluar dari kamar Lingga.

Cinta papa sahabat kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang