bab 18

7.5K 186 0
                                    

Jam 11 malam, Lingga belum kunjung masuk kamar. Sejak Lingga pulang kerja dan selesai makan malam tadi sampai sekarang belum mengajak salma bicaranya sepatah kata pun.

Salma berusaha berdiri dari kasur lalu membuka pintu kamarnya. Salma memilih turun ke lantai bawah untuk mengambil cemilan dan juga air minum karena tidak bisa tidur kembali.

Saat sampai di dapur dia melihat Lingga sedang berdiri di depan kulkas Salma memutar langkah berniat kembali menuju kamar. Namun, langkahnya terhenti saat akan menaiki tangga karena Lingga menangkap salah satu lengan istrinya.

"Kenapa balik lagi?"

Lingga mengajak istrinya untuk duduk di ruang keluarga, Salma hanya mengikuti langkah suaminya yang masih menarik pelan lengannya.

Salma mengelus pelan perutnya saat duduk di sofa panjang bersama Lingga. Perutnya terasa semakin tidak enak diikuti dengan kram perutnya terasa keras membuat salma menahan rasa sakitnya.

"Lapar lagi? Mau makan apa? Biar mas cariin sayang." bujuk Lingga tau Salma akhir-akhir ini sering merasa lapar saat malam seperti saat Ini. Lingga melihat istrinya menunduk mengerutkan kening dan mengelus perut.

"Sayang, kenapa? Sakit?"

Salma mengangguk tanpa melihat wajah suaminya. Lingga menatap istrinya yang sudah berlinang air mata.

"Loh, kenapa? Kok nangis? Sakit?" tanya Lingga khawatir duduk di samping Salma.

Salma hanya menganggukan kepalanya, Lingga sadar dia sudah membuat kesalahan memeluk tubuh istrinya tanpa berkata apapun, suara isakan istrinya terdengar semakin keras walaupun kramnya sudah mereda.

"Maaf, mas minta maaf." ucap saat istrinya melepas pelukannya.

"Tadi ayah dateng bawain kolak ubi kesukaan kamu, mau dimakan sekarang?" tanya Lingga sambil mengusap pipi salma menghapus air matanya.

Salma mengangguk "kok gak bilang kalo ayah kesini, aku kan mau ketemu ayah"

"Ayah cuma antar kolak ubi terus pulang udah mas suruh mampir dulu tapi nggak mau, katanya mama nunggu di rumah. Tunggu disini biar mas ambil ya, Perutnya masih sakit?"

Salma mengangguk dan menggeleng menjawab pertanyaan suaminya Lingga tersenyum melihatnya.

"Gimana sih dek? Jawab yang bener masih sakit perut nya?"

"Udah mendingan, tapi aku masih sakit hati sama mas." ucap Salma.

"Mau kolak ubi nggak?" tanya Lingga yang di jawab anggukan kepala oleh salma

Lingga mengangguk mengerti lalu pergi ke dapur mengambil mangkok untuk menuang kolak ubi di dalam kulkas.

"Udah," Salma menolak suapan sendok berisi kolak ubi dari Lingga.

"Beneran gak mau lagi? Ini masih banyak loh,"

"Eneg mas," protes Salma padahal biasanya dia bisa menghabiskan kolak ubi buatan mamanya sendirian.

"Loh kok bisa? Padahal tadi ayah bilang ini makanan kesukaan kamu loh sayang,"

"Ya nggak tau."

"Udah balik galak lagi,"

"Ayo ke kamar, udah malam gak baik buat ibu hamil belum tidur jam segini,"

***

"Mas minta maaf sayang, udah buat kamu nangis. Mas salah gak seharusnya bentak kamu,"

Salma tidur memunggungi Lingga di peluknya tubuh istrinya lalu mengecup bahunya.

"Ya aku juga salah mas."

"Maaf ya tadi siang mas sampe bentak-bentak kamu."

"Aku juga gak bakalan lakuin suatu hal yang membahayakan diri aku dan anak kita. Lagian aku juga hati-hati bawa motornya. Tadi itu spontan aja kepengen naik motor" jawab Salma masih membela dirinya membuat Lingga mau tak mau mengiyakan saja.

"Iya mas tau, tapi kamu itu udah punya suami, Sebentar lagi jadi ibu. jangan melakukan semuanya sendiri, ada mas suami kamu, Kalau mau apa-apa izin dulu sama mas."

"Iyaaa, Maaf."

"Memang harus banyak sabar nikah sama Salma."

"Kok gitu panggil nya?" tanya Salma melepas lengan Lingga dari pinggang nya lalu berusaha mendudukan tubuhnya.

"Kenapa? Emang mas ada salah ngomong? " bukannya menjawab pertanyaan istrinya Lingga malah balik bertanya pada Salma yang sudah duduk bersandar di punggung ranjang mereka.

"Tadi mas panggil aku apa?"

"Salma? Emang kenapa? Itu kan nama kamu," jawab Lingga sambil merangkul pinggang Salma dengan posisi tiduran.

"Ishh... Gak peka banget jadi suami!"

"Dulu kamu selalu nyuruh mas panggil pake nama kamu aja karena nggak mau di panggil dek atau sayang." Lingga tidak bermaksud mengungkit tapi kini dia ingin mengajak istrinya bercanda.

"Ya udah kalau kamu mau begitu aku panggil kamu om." ketus Salma membuat Lingga tertawa keras karena berhasil membuat istrinya kesal menurut Lingga wajah Salma terlihat menggemaskan saat Salma sedang kesal.

Lingga mencium bertubi-tubi perut Salma lalu ber ucap "mama cantik banget ya adek bayi kalo mulutnya manyun papah jadi pengen cium mama terus," Salma tersenyum Malu-malu mendengar Lingga sedang mengajak bicara bayi di kandungan nya.

"Awas tangannya aku mau tidur!" seru Salma merebahkan tubuhnya di samping Lingga.

"Selamat tidur istri cantik mas Lingga," ucap Lingga yang memeluk Salma dari belakang tangannya mengusap-usap perut istrinya.

***

Pagi ini Salma bangun lebih dulu dari pada Lingga. Menatap wajah suaminya yang masih tertidur pulas, Salma mengakui jika Lingga tampan walaupun usia nya sudah kepala 4 belum lagi badannya tegap nya tanpa Sadar Salma tersenyum dan ternyata Lingga sudah membuka matanya.

"Hmmm.. Kenapa liatin mas kaya gitu? Baru sadar ya kalau mas ganteng," ucap Lingga dengan percaya diri saat membuka matanya menatap iris mata cantik milik istrinya.

"Emang kenapa? Nggak boleh? Bayi di perut nih yang mau lihat muka papa nya," jawab salma dengan cepat begitu tetapi matanya masih menatap suaminya.

Lingga tersenyum lebar mendengar alibi dari Salma. Semenjak hamil Salma memang banyak perubahan, Lingga tidak paham dengan apa yang di rasakan istrinya tetapi sedikit demi sedikit pria itu bisa memahaminya.

Mulai dari sikap manja, selalu ingin di temani olehnya bahkan tak jarang Salma meminta sesuatu yang aneh. Seperti beberapa hari lalu, salma mual-mual saat di dekat Lingga sampai membuat Lingga kelimpungan.

"Masssss, malah ngelamun sih! Ini loh anaknya pagi-pagi gini udah nendang-nendang aja!" ucap salma membuyarkan lamunannya.

Usia kehamilan nya memasuki bulan ke 5. Salma sering merasakan tendangan dari calon anaknya, hampir setiap malam Lingga harus mengelus perut Salma karena calon anak mereka yang aktif sekali.

"Selamat pagi anak papah, masih pagi ini loh matahari aja belum muncul." ucap Lingga di depan perut Istrinya yang sudah terlihat bulat dan semakin membesar sesekali memberi sentuhan lembut di sana.

"Pinggang nya masih sakit nggak?" tanya Lingga, tadi malam sebelum tidur salma mengeluh sakit pinggangnya.

"Nggak. Mas tolong bantuin aku bangun mau pipis,"

Perut besarnya membuat Salma agak sulit untuk bergerak. Tak jarang dia pun sering meminta bantuan suaminya. Lingga selalu sigap bila istrinya meminta bantuannya.

"Sekalian wudhu ya, kita sholat subuh bareng" ucap Lingga saat melihat Salma akan masuk ke dalam kamar mandi.

Cinta papa sahabat kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang