bab 5

12.9K 301 1
                                    

"Mau kemana, sayang? Cantik banget sih," suara serak khas orang baru bangun tidur mengagetkan salma yang sedang memoles bibirnya dengan liptint.

Hari ini adalah hari minggu yang Salma tau semenjak menikah dengan Lingga, pria itu selalu tidur kembali setelah melaksanakan sholat shubuh saat hari libur.

"Bisa gak sih jangan ngagetin !" protes Salma karena hampir saja belepotan saat memoles liptint.

"Maaf sayang aku selalu bikin kamu kaget " Lingga menjeda sejenak ucapannya lalu mendekati istrinya yang duduk di meja rias.

"Mas pengen peluk boleh? " lanjutnya saat ini berdiri di belakang kursi meja rias yang salma duduki. Semenjak minggu lalu Salma membolehkan suaminya untuk memeluknya asal izin terlebih dahulu.

Salma juga membuat perjanjian dengan Lingga. Gadis itu hanya mengizinkan untuk berpelukan tidak lebih jika Lingga melanggarnya maka Salma akan menyuruh Lingga tidur di sofa atau lantai beralas karpet.

"Ini udah pagi, gak ada peluk-peluk! Aku mau kerumah mama sama ayah hari ini ulang tahunnya gina semalem mama juga kasih tau buat datang kerumah." ucap Salma sambil mengechek ulang isi tasnya.

"Tiara gak bisa ikut. Dia ada acara sama temen kampusnya hari Ini. Kamu gak perlu ikut istirahat aja" Salma melihat Lingga hanya mengangguk menandakan dirinya paham apa yang di ucapakan istrinya.

"Tunggu, mas mau ikut, dek."

"Ya udah sana cepetan mandi. Aku tunggu di bawah." ucap Salma lalu berjalan ke arah pintu kamar tetapi saat akan memegang handle pintu tangannya di tahan oleh suaminya.

"Apa?" Salma menatap suaminya yang kini tersenyum lebar. Salma paham apa yang dimaksud Lingga

"cepetan sebentar aja," ucap Salma yang langsung di peluk oleh Lingga.

Cup

Lingga mengecup singkat dahi istrinya kemudian lari secepat kilat ke kamar mandi sebelum mendengar ocehan dari istrinya.

"Kebiasaan main cium-cium," dengus Salma yang membuka pintu lalu menutup pintunya kembali.

"seriusan gak mau ikut, ti?" tanya Salma pada Tiara yang kini mereka sedang duduk di ruang keluarga.

"Yakin, ini acaranya penting banget soalnya." jawab Tiara dengan yakin. Kali ini memang dirinya sengaja tidak mau mengganggu papah dan mamanya. Kebetulan juga hari ini ada acara ulang tahun temen kuliahnya.

"Ya udah deh terserah." Salma pasrah membujuk Tiara yang sudah keukeuh tidak mau ikut ke rumah orang tuanya.

"Tapi inget kalo ada apa-apa langsung telpon gue atau papa ya?"

"Iya."

"Sayang, ayo kita berangkat" teriak Lingga yang membuat Tiara mendengus kesal Papah nya seperti di hutan saja teriak-teriak.

"Pa, gak usah teriak-teriak juga kan bisa!" protes Tiara pada Papah nya yang kini duduk di samping mamanya merangkul bahunya.

Melihat itu Tiara ikut senang akhirnya sahabat yang kini menjadi ibu sambungnya sudah menerima kenyataan sedikit demi sedikit.

"Dunia milik berdua! Yang lain ngontrak!" seru Tiara membuat Lingga tertawa keras Mendengar celetukan dari anaknya yang saat ini berjalan menjauh dari mereka.

****

Sepanjang perjalanan menuju rumah orang tua Salma. Tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing, Lingga melihat gerak-gerik istrinya seperti tidak nyaman.

"Kenapa, dek?" tanya Lingga yang melihat gerak-gerik Salma seperti orang yang tidak nyaman dengan sesuatu.

"Kenapa di ganti pengharum mobilnya. Kepala ku pusing nyium pengharum wangi jeruk" keluh Salma

"Yaampun, maaf sayang. Kenapa gak bilang dari tadi, Mas kira kamu bakal suka soalnya mas lihat parfum yang sering kamu pakai wangi citrus,"  Lingga merasa bersalah melihat Salma yang seperti terus memijat pelipisnya, Salma diam tidak membalas permintaan maaf suaminya.

"Lain kali kalo ada apa-apa bilang, sayang. Mas gak tau kalo kamu gak ngomong. " Lingga melepaskan pengharum ruangan itu lalu menghentikan mobilnya kemudian membuang pengharum itu.

"Udah, gak bau kan?" tanya Lingga yang di balas deheman oleh Salma

"Dari tadi kek kalo di buang! Ini sama mah udah mau nyampe baru di buang, " seru Salma.

"Berhenti! Aku mau turun di sini aja!" titah Salma yang minta di turunkan di depan toko milik ayahnya yang tidak jauh dari rumahnya tetapi tidak di hiraukan oleh Lingga, membuat salma Semakin kesal.

"Sedikit lagi sampai, dek. Jangan ngambekan ngambek terus nanti cepet tua," gurau Lingga yang membuat Salma Semakin kesal.

Lingga menghentikan mobilnya di depan rumah mertuanya. Belum selesai memarkirkan mobilnya Salma sudah turun lebih dulu di sambut oleh mamanya.

"Loh kok pucet banget muka mu," tanya mamanya pada Salma yang duduk di kursi yang ada di teras rumahnya.

"Hmmm... Pusing banget ma, peluk dong anaknya Pulang bukan di sambut pelukan. " ucap Sal ma

Hueekkkk......

Salma merasa mual, Lingga segera melangkah lebih cepat ke teras rumah mertuanya.  "Ke dokter aja yuk dek, takut nya lebih parah!" usul Lingga pada istrinya.

"Mbak, kamu udah isi?" tanya mamanya dengan wajah gembira. Lingga yang mendengar pertanyaan dari mama mertuanya hanya tersenyum tipis melihat Salma menatap tajam Lingga.

"Belum, ma. Doain aja ya. Ini Salma mabok gara-gara saya pasang pengharum jeruk di mobil," Lingga menjawab pertanyaan dari mama mertuanya.

"Owalah... Kirain udah isi. Yaudah ayo masuk dulu. Lingga kamu antar istri mu ke kamarnya dulu. Setelah itu baru kamu samperin ayah di halaman belakang rumah," Lingga hanya tersenyum tipis saat melihat mama mertuanya berjalan menjauhi mereka.

"Kuat jalan gak, sayang?" tanya Lingga yang Melihat istrinya masih memijat pelipis nya sendiri.

Salma diam tidak menjawab lalu berdiri dengan pelan ia berjalan menuju kamarnya di ikuti Lingga berjalan tepat di belakang Salma.

"Sana ke halaman belakang aja, aku mau tiduran bentar." ucap Salma sesampai di kamarnya. Suaminya tidak banyak bicara ia sudah hapal sifat istrinya yang akan mengomel jika tidak di turuti perintahnya.

****

Setelah istirahat sejenak, Salma pergi ke dapur membantu mamanya yang sedang membuat tumpeng nasi kuning dan juga berbagai lauk pauk untuk ulang tahun Gina.

Mamanya memang selalu membuatkan tumpeng nasi kuning saat ada yang berulang tahun. Tidak mahal memang perayaan ulang tahun ala keluarga nya tapi menurut Salma itu sudah sangat sangat membahagiakan baginya.

"Kenapa gak pergi honeymoon, mbak?" tanya mamanya pada Salma yang sedang memotong-motong tempe dan tahu.

"Mas Lingga sibuk sama kerjaan di kantor. Lagian honeymoon itu buat pengantin yang baru nikah, aku kan udah sebulan nikah, jadi udah kadaluarsa honeymoon nya,"

"Tapi kamu udah pernah melayani suami kamu dengan baik kan? Walaupu gak honeymoon tapi kalian pernah melakukannya,  bukan?" tanya mamanya menatap Salma

Beberapa detik menunggu jawaban namun tidak membuahkan hasil baik. Mamanya memejamkan matanya. Tak lama kembali membuka matanya, menatap tajam Salma .

"Ya ampun mbak. Kamu kok tega sama suami sendiri." ucap mamanya sambil berusaha menahan amarahnya.

"Gimana kalo sampe dia jajan di luar sana, kamu jangan egois, mbak. Sekarang kamu udah jadi istri, kamu juga harus pikirin tuh suami kamu!" mamanya menasehati nya

"Dia gak pernah minta, berarti bukan salah aku dong!"

"Ya karena suami mu tau kalo dia minta yang ada kamu marah,"

"Nih tempenya udah selesai di potongin," Salma mengalihkan pembicaraan.

"Jangan ngalihin pembicaraan, kebiasaan keras kepala mu itu harus bisa di hilangin. Lingga selalu ngalah sama kamu, akan ada saatnya dia cape ngalah terus sama kamu!"

Salma terdiam beberapa detik membuat sang mama memanggil nya.

"Nih sana bawain minum buat ayah sama suami mu!" titah mamanya yang langsung menuruti perintah sang mama.

Cinta papa sahabat kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang