Tamu sudah ramai hadir di pekarangan kediaman Lingga, hari ini akan diadakan acara syukuran atas kelahiran putra pertama Lingga dan Salma.
Baru satu minggu kelahiran putranya itu di sambut hangat oleh keluarga. Kebahagia atas kelahiran putranya itu menyebar di kalangan para pengusaha tidak heran jika hari ini banyak yang hadir di acara putranya. Kemungkinan para tamu kan terus hadir sampai malam acara Syukuran atas kehadiran putra dari Lingga yang akan menjadi pewaris tahta di keluarganya.
"Mas Lingga kemana sih Ma, kok gak kelihatan dari tadi?" tanya Salma yang menanyakan keberadaan suaminya pada mama Amel.
"Di depan lagi nyambut tamu sama ayah mu. Udah kamu tenang aja itu di susuin dulu Arga nya mbak." ucap mama Amel
"Iya ma. Arga kuat banget nyusunya,"
"Ya anak laki begitu mbak, bapaknya juga gitu kan?" kelakar mama Amel membuat Salma menahan rasa malu. Karena beberapa hari lalu Salma kegep oleh mamanya tidak sengaja masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu karena Arga sudah menangis kencang saat Lingga sedang menyesap asinya.
"Gina kok gak dateng sih ma?" tanya Salma mengalihkan pembicaraan agar mamanya tidak lagi membahas hal yang membuatnya merasa malu.
"Halah malu segala mbak. Sama mama sendiri kok malu mama juga paham kok." sahut mama Amel yang melihat anak sulungnya merasa malu.
Salma menganggukkan kepalanya lalu tersenyum kearah mamanya yang duduk di sebelah nya.
"Kamu mau makan lagi gak? Biar mama ambilin sekalian."
"Gak usah ma. Bawain buah-buahan aja sama air minum. Arga susah lepasnya ini kalo udah nyusu." jawab Salma pelan karena melihat anaknya sudah tertidur tetapi mulut kecilnya masih menyesap asi.
"Ya udah. Tunggu ya." ucap mama Amel kemudian pergi meninggalkan Salma yang sedang menyusui Arga di kamarnya.
***
Dan benar saja, sore harinya acaranya berlangsung lebih besar. Dengan tenda yang dipasang memenuhi halaman rumah yang lebar dan panjang. Butuh waktu yang lama untuk memasang tenda berwarna putih tersebut. Sejak kemarin pagi sampai tengah malam baru selesai semuanya dengan rapi.
Tuan rumah, terutama Lingga, Salma dan baby Arga mereka sore ini tampil dengan sangat rapi dan wangi. Keduanya terlihat mencolok dari yang lainnya, karena memakai seragam yang kompak bernuansakan putih. Begitu pun dengan baby Arga yang memakai baju samaan dengan papanya.
Acara berlangsung sangat meriah, dengan dihadiri oleh banyak sekali tamu. Kursi di sana sudah ludes terisi penuh oleh para tamu yang terlihat antusias hadir. Hingga acara selesai para tamu sudah pulang hanya tersisa keluarga saja yang kini masih di rumah mereka.
"Jadi kapan lagi ada acara besar di keluarga ini?" tanya Pras, kakak sepupu Lingga.
"Loh acara apa lagi memangnya mas?" jawab Lingga yang bingung denga pertanyaan kakak sepupunya.
"Itu Tiara gak ada niatan serius apa pacarnya? Aku lihat dari kemarin dia nempel terus gitu." ucap Pras yang melihat ponakannya sedang bersendar di bahu pacarnya tak jauh dari tempat mereka sedang mengobrol.
"Aku belum siap lepasin Tiara. Justru Devan sudah menanyakan hal itu dari dua bulan yang lalu." Jawab Lingga menghela nafasnya yang terasa berat, ia belum bisa melepaskan anak sulungnya.
"Tiara udah besar. Mau sampai kapan kamu tahan dia buat menikah sama pasangannya, Lingga? Walaupun mas gak punya anak perempuan tapi mas udah anggap Tiara itu anak perempuan mas,"
"Iya mas. Aku memang sudah merestui hubungan mereka tapi rasanya berat untuk merelakan Tiara menikah muda."
Pras menepuk pelan bahu Lingga lalu berucap, "Tiara juga sama, nggak mudah loh merelakan papa nya menikah lagi dengan wanita pilihannya mana itu sahabatnya lagi yang kamu nikahin. Bisa aja kan Tiara menentang hubungan kalian tapi apa dia bisa merelakan kamu menikah lagi dan malah membantu kamu untuk melancarkan pernikahan kamu dan istri mu sekarang."
Lingga terdiam, benar juga apa yang di ucapkan Pras. Apa ia sudah saatnya merelakan anak gadisnya untuk menikah dengan pria yang anaknya sendiri pilih.
"Devan juga anak baik-baik. Keluarganya juga baik. Aku udah lihat profil latar belakang Devan sejak pertama tau kalo dia sedang dekat dengan Tiara?"
"Kamu jangan kaget gitu dong. Aku jadi dosen di kampus Tiara jadi gerak-gerik anak mu selama di kampus aku tau" Pras menjawab pertanyaan yang adik sepupunya tanyakan lewat tatapan matanya.
"Jadi kapan mas mau nyusul aku, jadi duda itu sepi kan mas gak ada yang menenin Tidur." goda Lingga. Kakak sepupunya itu sudah bercerai 10 tahun dengan mantan istrinya tetapi tidak kunjung menikah lagi sampai saat ini.
"Nanti deh cari yang lebih muda biar bisa ngalahin kamu." jawab Pras sambil tersenyum.
"Emang ada yang mau sama mas udah umur 50 tahun."
"Heh main lebih-lebihn umur ku aja kamu. Umur ku masih 46 tahun masih lama 50 tahun itu." sahut Pras yang tidak rela umurnya di lebih-lebihkan oleh adik sepupunya.
"Empat tahun lagi itu sebentar lagi mas nggak kerasa. Makanya cepetan nikah lagi biar punya anak lagi gak ngiri apa sama aku yang punya jagoan nih sekarang."
"Iya sabar deh. Kira-kira Tiara masih punya sahabat deket lagi gak ya?"
"Buat apa? Mau mas nikahin juga?" Lingga geleng-geleng kepala melihat kakak sepupunya itu yang ingin mendapatkan daun muda.
"Nggak ada. Kalo mau cari aja mahasiswi mu sendiri." sahut Lingga
"Mas Lingga, tolong dong gendongin Arga dulu aku mau ke kamar mandi sebentar." ucap Salma yang berjalan mendekati Lingga dan Pras.
"Ya udah sini. Mama kemana?"
"Nggak tau. Masih di depan kali ngobrol sama temen-temannya." jawab Salma. Tamu yang hadir hari ini bukan hanya tamu Salma dan Lingga saja tetapi ada beberapa tamu kenalan ayah dan mamanya.
"Kamu udah makan?" tanya Lingga saat menimang Arga dan melihat istrinya baru saja kembali dari kamar mandi sedangkan Pras kakak sepupunya sudah berpamitan untuk pulang.
"Belum nanti aja sekalian makan malam." jawab Salma yang duduk di sebelah suaminya.
"Makan dulu mama sayang. Arga biar papa yang urus, mama pasti udah laper kan, mana Arga nyusu nya kuat banget lagi."
"Iya sih. Sama kaya papanya." bisik Salma di telinga suaminya.
"Apaan tuh bisik-bisik." ucap Tiara yang berdiri didekat papa dan mama nya di ikuti Devan yang berdiri di belakangnya.
"Om, tante saya pamit dulu mau pulang." ucap Devan yang berpamitan pada kedua orang tua pacarnya.
"Oh ya, hati-hati di jalan ya Devan. Makasih ya udah datang." ucap Salma dengan ramah dan sopan.
"Jangan kebut-kebutan di jalan kalo mau jadi menantu saya." ucap Lingga membuat Salma memelototkan matanya kaget dengan ucapan Lingga. Apa suaminya itu sudah bisa merelakan anak perempuan satu-satunya itu.
"Iya siap. Om." ucap Devan senyum lebar mendengar papa pacarnya itu sepertinya sudah merestui untuk menjalin hubungan lebih serius lagi dengan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta papa sahabat ku
RomanceSalma gadis cantik ber umur 20 tahun yang sehari- harinya hanya menjaga toko kelontong milik ayahnya sendiri. Tiba-tiba di lamar oleh ayah dari sahabatnya sendiri yaitu Lingga pria 43 tahun. Penolakan yang di lakukan Salma tidak membuat Lingga berke...