bab 4

12.3K 323 2
                                    

Makan malam kali ini berbeda dari biasanya. Salma pernah beberapa kali makan bersama Lingga dan Tiara namun, kali ini sangat berbeda statusnya kini sudah menjadi istri dari Lingga, ayah sahabatnya sendiri.

"Masakan bi warsih emang selalu enak iya kan mam?" ucap Tiara seusai makanan di atas piring mereka habis.

"Iya, lain kali panggil kaya biasanya aja ti."

"Ya makanya mulai sekarang gue panggil mama biar ter biasa. Bukannya itu lebih baik kan pa?" Tiara melemparkan pertanyaan pada papah nya dan di Iya kan lewat anggukan kepalanya.

"Enggak usah di beresin, biar nanti bi warsih aja." titah Lingga saat melihat Salma akan membereskan piring kotor di atas meja Salma hanya diam tidak menjawab apapun lalu pergi begitu saja ke kamarnya.

"Pa kenapa? Salma marah? Masa baru sehari nikah udah marahan sih?" tanya Tiara yang di balas dengan gelengan kepala dari sang papah.

"Gak tau. Kamu jangan tidur malam-malam. Papa mau bujukin mama kamu dulu." ujar Lingga yang kemudian pergi ke kamarnya.

***

Lingga melihat istrinya sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel nya. Jujur Lingga merasa cemburu melihat istrinya bisa tersenyum lebar tidak seperti saat bersama nya Salma selalu tidak ekspresi. Bahkan saat ini saja Salma tidak peduli dengan nya yang ada di ruangan yang sama.

"Dek, " panggil Lingga pada istrinya yang langsung menatap nya dan merubah ekspresinya dari senyum menjadi datar.

"Kenapa? Bisa gak sih gak usah panggil aku dek atau sayang ! Bisa gak!" ketus Salma

"Kamu masih marah gara-gara nama panggilan kamu? Atau kamu masih marah karena yang tadi sebelum kamu mandi? Bisa enggak kalo di depan Tiara kita terlihat seperti pasangan harmonis, enggak kaya tadi. Please aku minta tolong sama kamu," Lingga memohon sambil berlutut di bawah sofa tempat Salma duduk.

"Ya, aku usahakan !" balas Salma lalu menaruh ponselnya.

"Berdiri, duduk di atas sini jangan disitu!" ucap Salma yang menepuk-nepuk sofa di sampingnya.

"Tolang, nanti kalo tidur jangan main peluk-peluk, aku gak mau kalo nanti sampai kamu melakukan yang lebih dari itu. Aku belum siap,"

"Iya. Maaf. Aku akan nunggu kamu sampai siap,"

"Sebentar-," ucap Lingga menggantung lalu berjalan kearah laci dan mengambil dompetnya yang di simpan di sana.

"Ini sekarang punya kamu. Kamu bebas pakai kartu ini kapanpun kamu mau. " Lingga memberikan satu kartu atm pada Salma "Kata sandinya tanggal pernikahan kita" lanjutnya .

"Ya. Makasih. " jawab singkat dari Salma.

"Boleh minta tolong enggak?" tanya Salma pada Lingga yang di balas anggukan kepala. Baru kali ini istri nya meminta tolong.

"Tolong mintain pembalut sama Tiara. Punya ku udah habis lupa belum beli," ucap Salma sambil menahan sakit perutnya karena ini adalah haid hari pertama,

"tunggu sebentar " ucap Lingga lalu pergi ke kamar anaknya.

Setelah mengganti pembalut, Salma memilih merebahkan badannya di atas kasur. Dia tidak banyak bicara dengan Lingga yang kini sedang mengoperasikan laptopnya mungkin mengerjakan pekerjaannya.

"Kenapa dek? Masih sakit perut?" tanya Lingga yang melihat istrinya mengalihkan pandangannya.

"Ya sakit lah." ketus Salma

"Minum air putih yang banyak, biar rasa sakitnya hilang." ucap Lingga dengan lembut.

"Gak usah deh ngusulin kaya begitu. Gak mempan yang ada perut kembung sakitnya tetep masih." ucap Salma kesal mendengar usulan dari Lingga.

Cinta papa sahabat kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang