Salma ditahan di kantor suaminya hingga sore hari, tak tahukah dia jika selama menunggu itu, Salma selalu terpikirkan dengan putranya yang ada di rumah. Hingga dirinya merasa tidak tenang selama di kantor.
Ponsel tak pernah lepas dari genggamannya, dia pergunakan untuk menelpon beberapa menit sekali pada mamanya. Mungkin karena saking risihnya ditelepon oleh Salma, mama nya tersebut seketika mengatakan hal yang membuat Salma sudah tak menelepon dia lagi.
"Nanti kalau Arga rewel, atau asinya udah nipis, pasti mama kabari mbak Salma." Ucap mama Amel beberapa saat yang lalu.
"Kan mas udah bilang, mama itu udah pengalaman ngurus anak. Pasti dia ngabarin kalau Arga rewel atau asinya habis. Udah kamu duduk tenang saja, biar mas kerjanya juga tenang, biar cepet selesai dan pulang." Sahut Lingga dari tempat duduknya.
Salma hanya menghela napas panjang, tanpa berkomentar apapun mengenai ucapan yang terlontar dari mulut suaminya barusan. Sampai tak terasa dia tertidur di atas sofa dengan kepala yang mendongak dan bersandar di sandaran sofa. Lingga menggelengkan kepalanya, kemudian melanjutkan pekerjaannya yang sebentar lagi juga akan selesai.
Tiga puluh menit kemudian, pekerjaan yang ada di hadapannya telah berhasil dia selesaikan sebelum waktu pulang bekerja. Dia melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul setengah empat sore, sedangkan pulangnya seluruh pekerjanya di kantor masih setengah jam lagi. Dia membereskan seluruh peralatan kerjanya, kemudian memasukkan ke dalam tas kerjanya dan berjalan mendekati sang istri yang asyik dalam dunia mimpinya.
"Sayang bangun, ayo pulang!" Salma yang pada dasarnya sudah peka akan sekitar, karena terbiasa dengan suara putra yang menangis sewaktu-waktu, menjadikan dia seketika terbangun.
"Udah mas?" Tanya Salma menyipitkan matanya.
"Udah, ayo pulang." Lingga mengulurkan tangannya dan disambut oleh sang istri dengan cepat.
Kemudian keduanya berjalan beriringan menuju pintu keluar ruangan Lingga.
"Citra, pulang dulu ya!" Sapa Lingga pada sekertaris nya tersebut.
"Iya pak hati-hati." Citra seketika berdiri dan menganggukkan kepalanya seraya tersenyum pada keduanya.
"Mari mbak.." Sahut Salma pada perempuan cantik yang masih bekerja tersebut.
"Iya bu, hati-hati." Citra melakukan hal yang sama pada istri dari atasannya tersebut.
Kemudian Lingga dan istrinya berjalan beriringan menuju lift yang ada di pinggir tengah bangunan. Keduanya memasuki lift yang masih kosong tersebut menuju basement langsung. Dan tak membutuhkan waktu yang lama untuk keduanya telah sampai di basement kantor.
Tujuan mereka adalah mobil suv berwarna hitam metalik yang terparkir rapi berjejer dengan mobil-mobil yang lainnya. Salma segera menaiki mobil tersebut begitu kunci mobil dibuka oleh sang suami dari jarak yang tak begitu jauh. Ibu satu anak tersebut duduk di kursi samping kemudi dengan alas kaki yang terlepas dan juga kaki dinaikkan di atas kursi.
"Ada yang mau dibeli nggak?" Tanya Lingga begitu mobil melaju pelan meninggalkan basement.
"Aku nggak pengen apa-apa mas kalau kayak gini, kepikiran Arga di rumah ayah." Sahut Salma dengan cepat.
"YA sudah.." Jawab Lingga pelan.
Kemudian mobil melaju dengan kecepatan sedang cenderung cepat, karena jalanan juga masih belum terlalu ramai orang pulang kerja. Keduanya di dalam mobil saling berdiam diri dengan pikiran masing-masing yang berbeda.
Sepuluh menit kemudian, Salma tersenyum lebar saat melihat Arga sedang di gendong mamanya di halaman depan rumah ayahnya.
"Arga gimana ma, rewel nggak?" tanya Salma setelah menciumi pipi anaknya yang masih di gendongan sang nenek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta papa sahabat ku
RomanceSalma gadis cantik ber umur 20 tahun yang sehari- harinya hanya menjaga toko kelontong milik ayahnya sendiri. Tiba-tiba di lamar oleh ayah dari sahabatnya sendiri yaitu Lingga pria 43 tahun. Penolakan yang di lakukan Salma tidak membuat Lingga berke...