بسم الله الرحمن الرحيم
Hai pada nungguin yah
Pasti kagakAbella tetap berdiri dengan tatapan kosong. Dadanya ditimbuni rasa sesak, tidak mengerti apa yang terjadi, kenapa bisa terjadi ini semua? Apa ada ikatan cinta antara suaminya dan gadis itu.
"Apa maksud semua ini mas?" Tak ada sepatah kata pun dari sang suami. Abella tertunduk menatap lantai.
"Sudahlah terima saja. Lagi pula kau hanya wanita murahan, tak pantas dicinta apalagi dikasihi" hina
Xianva --- calon istri kedua Gus Al."Hm benar kata adek, gue. Liur anjing lebih baik daripada dirimu!!"
Gus Al hanya menonton dimana istrinya dihina tak ada belaan sama sekali. Begitu menyakitkan dihati Abella.
"Usir saja wanita murahan! Itu dari sini!"
Dengan cepat Abang--- Xianva menyeret Abella keluar dari tempat itu. Lagi-lagi tidak ada reaksi dari suaminya, sungguh saat ini dia membutuhkan suaminya,
bersamanya.Tepat diluar dirinya di hempaskan hingga terhuyung ke dinding. Pelipisnya mengeluarkan darah segar yang terus mengalir, seperti air matanya.
"Pergilah yang jauh!! Jangan pernah ganggu kehidupan adek gue!!"
"Harusnya aku yang mengatakan itu kepadamu"
"Sudahlah, Lo gak nyadar dari tadi suami Lo gak belain sama sekali" ledek pria itu. Kemudian kembali masuk kedalam dan menutup pintu dengan keras dihadapan Abella.
Abella tersentak dan menatap nanar pintu itu, menangis terisak. Malang sekali nasibnya. Abella memilih pergi dari tempat itu. Walaupun tidak tau arah tujuan.
Dirinya tidak membawa uang sepeser pun. Ingin kembali ke hotel pun tidak bisa menaiki kendaraan, tak ada satupun kendaraan yang lewat di sini.
Perjalanan yang amat jauh hingga sampai ke hotel. Dirinya merebahkan diri, letih sekali rohani dan jasmaninya. Iya menatap langit-langit apakah suaminya akan kembali kesini?
🍂🍂🍂
Berhari-hari Gus Al tak kunjung datang ke hotel, uang Abella pun tak cukup membayar biaya hotel, karena uang dan handphonenya pun ia tak tau dimana.
Sudah dua hari Abella tinggal di sebuah masjid, dirinya seperti orang gelandangan tak makan. Dirinya masih menunggu Gus Al menjemputnya. Tapi tidak ada tanda-tanda akan datang nya sang suami. "Kamu dimana mas, tidak ada kah di hati mu diriku?"
"Ya Allah, apa aku harus merelakannya, bersama wanita selain diriku?" Adu nya kepada sang Tuhan.
Pikirannya selalu mengatakan kembali ke tanah air dan meninggalkan suaminya, tapi hati sebaliknya. "Apa aku sanggup?"
Dijari manisnya masih terpasang cincin pernikahannya dan cincin pemberian Edi--- ayahnya. Dari salah satu harus dia jual untuk keperluannya.
Kembali berderai air matanya. Ia harus merelakan cincin pemberian ayahnya untuk keperluan. "Maafin Abel yah"
Bergegas langkahnya menuju toko emas terdekat untuk menjual cincin itu. Senyum terukir manis diwajahnya melihat uang ditangannya.
"Mas, Abel datang" dengan antusiasnya dirinya segera menaiki bus dan kembali mendatangi tempat terakhir dia bertemu sang suami.
Sangking antusiasnya dia melupakan resiko datang kesana. Hingga tiba di sana sesuatu yang ia tidak harapan terjadi.
Dimana suaminya tersenyum dan sesekali tertawa dengan Xavian. Bermain ayunan, dimana Gus Al mengayun Xavian. Abella tetap nekad mendatangi ke duanya.
Seketika senyum di kedua manusia beda gender itu sirna seketika melihat kedatangan-nya. Terlihat sekali dengan raut wajah Xavian berubah menjadi masam, Abella tidak menghiraukan.
Tujuannya adalah suaminya, tapi kenapa suaminya malah seperti tidak mengharapkan kehadirannya, bahkan memalingkan wajahnya, enggan menatap Abella.
Tangan Abella terhulur ingin menyalimi Gus Al, dengan cepat Gus Al menarik tangannya menjauh.
"Untuk apa datang kesini?" Tanya Gus Al dengan sedikit amarah."M-mas"
"Saya tidak menyuruh atau mengharapkan kehadiran mu disini, kenapa dirimu datang ha!!"
Abella tersentak mendengar kata yang begitu menyakitkan dari suaminya itu. Dirinya rela menjual cincin dari ayahnya untuk ongkos menemui suaminya, tapi suaminya malah, ah sudahlah.
Langkahnya mulai mundur dan pergi menjauh dari sana. Hati nya patah mendengar itu semua. Suaminya tidak mengharapkan dirinya lagi. Untuk apa dia bertahan.
Mengalah adalah kata dipikirkan Abella sekarang. Dengan hatinya penuh pilu dirinya kembali ke masjid untuk mengambil barang-barangnya. Keputusannya sudah bulat, untuk kembali ke tanah air. Untung uang penjualan cincin tadi cukup untuk kembali ke Indonesia.
Ketika telah sampai di tanah air. Dirinya tidak kembali ke pesantren suaminya atau kembali ke rumah orangtuanya. Melainkan markasnya, tempat yang lebih tenang.
Tidak ada satupun sahabatnya disini, mungkin kuliah pikirnya. Dengan kosong-nya markas dirinya puas menangis sejadi jadinya. Meluapkan marah, kecewa, benci, menjadi satu.
Dadanya terlalu sakit, hingga dirinya memukul dadanya berkali-kali. "Sesak sekali hiks" matanya bengkak dan kian lelah menangis terus tanpa henti. Dan pemilik tubuh pun tak ada niatan berhenti, terlalu besar sakit di dada.
_____
Gimana puas kan?
Atau mau marah? Tapi marahnya sama Gus Al aja ya, jangan sama aku.DM aja Gus Al nya luapin semuanya
Al_ghifarx ( Ig Gus Al)Abel_pacia(Ig Abella)
Wpdonat (Ig &dan tiktok aku follow yah)
70vot
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sang Gus
Acak"Ayah serahkan anak ayah kepada mu nak jaga dia dan cinta dia." "in syaa Allah ayah" "Terimakasih nak" "tidak perlu berterimakasih ini sudah menjadi tugas Al."