13

1.8K 338 6
                                    

Lio terbangun dari tidurnya saat cahaya matahari menyilaukan matanya, dia meraba kasur yang sudah kosong didekatnya.

"Mm.. dia sudah pergi" gumam Lio karena samar-samar tadi pagi dia mendengar Evan berpamitan pergi kerja juga mengecup singkat dahi Lio.

Lio memaksa bangun dari posisi berbaring walaupun dia masih merasa mengantuk, dia berniat pergi mandi tapi rasa kantuknya langsung hilang saat melihat Ryan berdiri didepan kamar tamu tempat Lio dan Evan tidur tadi malam.

"Ada apa ?" Tanya Lio.

Ryan melipat kedua tangannya didepan dada lalu menyandarkan tubuhnya di bingkai pintu kamar dengan wajah tanpa senyuman.

"Tubuh mu penuh dengan tanda merah" ujar Ryan.

Lio langsung melirik bagian dada dan pahanya, dia tersenyum sinis.
"Memangnya kenapa ? Wajar saja kan kalau pasangan ku memberi aku tanda cinta" jawab Lio dengan ketusnya.

Ryan menatap Lio.
"Pergilah sebelum aku meminta Evan untuk mengusir mu"

Lio menarik selimutnya lalu memasang selimut itu untuk menutupi bagian bawah tubuhnya karena Lio sekarang tidak memakai pakaian.

Lio berjalan kearah Ryan.
"Hei, kamu punya calon suami.. urus kisah cinta mu dengannya dan biarkan Evan memiliki kisahnya sendiri lagipula kamu tengah hamil sekarang"

Ryan tiba-tiba meremas kedua pipi Lio dengan tangan kanannya.
"Aku kenal Evan dan dia tidak semudah itu jatuh cinta pada orang seperti mu.. aku tau kamu hanya mendekatinya untuk mengambil uangnya saja"

Lio menepis tangan Ryan darinya.
"Oh ya ampun.. " Lio mengurut-urut pelan pipinya yang terasa sakit akibat cengkraman Ryan.

" ..andai kamu tidak hamil, aku bisa saja bergelut dengan mu sekarang"

Bukannya mendengarkan apa yang Lio katakan, Ryan malah menampar wajah Lio.
"Persetan dengan kehamilan ku !! Kalau kamu mau berkelahi ayo lakukan !!"

Lio tersenyum kaku.
'Ya ampun, apa ini sifat MC saat ada yang mendekati orang terdekatnya.. sebenarnya mereka egois akan perasaan mereka sendiri tanpa perduli perasaan orang lain' batin Lio.

Lio mencoba tenang, dia tidak mungkin berkelahi dengan omega yang tengah hamil dan seperti yang Evan katakan Ryan cukup sensitif.

"Coba tenangkan diri mu, aku tidak berniat berkelahi dan aku paham kamu marah karena teman dekat mu memungut orang seperti ku tapi kamu bisa lihat sendiri bagaimana dia memperlakukan ku dan.. " Lio menyentuh beberapa tanda merah di tubuhnya.

" .. bagaimana dia menikmati setiap inci tubuh ku ini" lanjut Lio yang semakin membuat Ryan kesal.

"Pelac*r sialan !!" Ryan langsung memukul Lio tapi Lio tidak melawan, dia membiarkan Ryan memaki bahkan melayangkan pukulan padanya.

Saat sore tiba, Evan pulang ke rumah. Evan terdiam saat melihat Lio makan ayam goreng di dapur dengan wajah membiru.

"Ah, kamu sudah pulang" Lio tersenyum manis.

"Apa yang terjadi ?! Kenapa wajah mu jadi seperti ini ?!" Evan terlihat sangat panik.

"Um.. bagaimana ya.." Lio melirik kearah kamar Evan, perlahan Evan melepas tangannya dari Lio lalu berjalan menuju kamarnya.

Dia bisa mendengar Ryan menangis di dalam, Lio berdiri di belakang Evan.
"Dia marah padaku, aku yang babak belur tapi dia yang menangis" bisik Lio.

Evan menghela nafasnya berat, dia mencoba tersenyum lalu berbalik menatap Lio.

Evan menangkupkan kedua tangannya di wajah Lio.
"Aku minta maaf atas nama Ryan, aku akan mengobati mu nanti tapi bisakah aku bicara berdua dengannya ? Ku mohon tunggu aku di ruang tamu"

"Hm, silahkan" Lio tidak mempermasalahkan itu semua karena setelah ini dia tau pasangan Ryan akan datang menjemputnya.

Lio menurut, dia menunggu Evan di ruang tamu sementara Evan bicara berdua dengan Ryan, dari dalam kamar Lio bisa mendengar suara Ryan yang mengatakan kalau Evan tidak seharusnya memilih orang tidak jelas seperti Lio sampai akhirnya pernyataan Evan membuat Ryan diam.

"Aku menyukainya !! Dari mana pun dia berasal !"

Deg. Deg. Deg.
Lio menyentuh dadanya, ada getaran aneh saat dia mendengar Evan mengatakan kalau dia menyukai Lio.

Setelah Evan mengatakan hal itu, tak ada suara lagi dari kamar Evan seolah Ryan tak bisa berkata-kata lagi.

Tak lama kemudian, suara bel terdengar.
'Ah, ini dia' Lio ingat bagian ini ada di chapter selanjutnya saat pasangan Ryan meminta dia pulang untuk membahas masalah mereka.

Dengan penuh semangat, Lio membuka pintu walaupun wajahnya membuat pasangan Ryan terkejut karena membiru dan bengkak.

"Wah, untung lah kamu datang .. ayo masuk ~" Lio menarik pasangan Ryan masuk ke dalam rumah dan memberitahu mereka berdua kalau ada tamu yang datang.

Perlahan pintu terbuka, mereka berdua keluar dari kamar sementara Ryan masih berlinangan air mata.

"Ada apa ? Kamu menangis" pasangan Ryan terlihat khawatir tapi Ryan mengelengkan kepalanya lalu meminta untuk pergi.

Ryan bahkan tidak menoleh ke belakang yang membuat Lio merasa sedikit tidak enak karena sudah membuat hubungan dua teman ini renggang.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Lio saat melihat Evan diam.

Evan merangkul pundak Lio, dia tersenyum kecil.
"Ya, aku tidak apa-apa karena aku punya kamu disini"

Lio ikut tersenyum karena saat ini ilustrasi dari halaman novel itu berubah, Evan tidak lagi menatap pintu dengan punggung kesepian tapi sekarang dia beralih menatap Lio dengan senyuman.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Bersambung ...

Instant Lovers (Omegaverse 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang